CHAPTER 4

27 8 0
                                    

Bel pulang sekolah tiba, semua murid berhamburan keluar kelas. Tetapi,  tidak dengan Kaisa dan Maya. Kedua gadis itu sengaja berdiam diri terlebih dahulu didalam kelas sampai suasana koridor agak sepi dan tidak terlalu ramai. Kini,  mereka hanya berdua didalam kelas.

Brukk!!

"Astagfirullah!" ujar Kaisa terperanjat. Gadis itu dengan cepat menoleh kearah ambang pintu. Ternyata Fifi adalah pelaku yang baru saja menggebrak pintu sampai membuat dirinya dan Maya terperanjat kaget. "Ngapain kesini?" tanya Kaisa.

Fifi berjalan menghampiri Kaisa dan Maya. "Bawa salin baju bebas nggak,  Kai?"

Kaisa menatap kearah Maya sekilas. Lalu,  kembali menatap kearah kakaknya. "Nggak. Emangnya kenapa?"

Fifi menoleh kearah Maya. "Lo bawa gak?"

"Bawa sweater, Kak."
"Gue pinjem,  dong. Nggak dipake kan?"
"Nggak sih. "

Maya kembali membuka tasnya dan mengeluarkan sweater abu dari dalam tasnya itu. Gadis itu menyodorkannya kearah Fifi. "Nih, Kak."

Fifi menerimanya dan kembali menyodorkannya kearah Kaisa. "Pake buruan, "

Kaisa menautkan kedua alisnya. "Kenapa aku harus pake ini?"

Fifi menggerlingkan kedua bola matanya. "Adikku tersayang,  kita kan mau pergi nonton pertandingan basket antar sekolah."

"Bukannya aku udah bilang sama Kakak dan Papa kalau aku gak mau pergi nonton itu?"

"Emang udah bilang."

"Terus,  ngapain sekarang malah ngajakin aku nonton itu? Kan harusnya kakak udah tahu, kalau aku nggak mau ikut."

Fifi berdecak sebal. "Ayah tadi telepon. Kalau lo gak pergi, gue juga gak boleh pergi. "

"Urusannya sama aku apa?"

"Pake nanya lagi. Ya lo mau gak mau harus ikut guelah."

"Ih.... aku kan nggak mau ikut."

"Udah, buruan dipake. Cepetan. Gue tungguin."

"Kok kak Fifi maksa, sih?"

"Gue bilang ayah nih,  kalau lo baru aja beli lima novel minggu kemarin." ujar Fifi seraya tersenyum miring. Ayah memang tidak pernah menyukai jika Kaisa membeli banyak novel seperti itu. Katanya lebih baik uangnya ditabung untuk membeli kebutuhan lain.

Tapi,  kebutuhan Kaisa adalah membeli novel minimal satu setiap 3 bulan sekali,  kalau ada rezeki lebih ya bisa tiap bulan beli 1 buah novel.

Mata Kaisa membulat saat itu juga. "Ih,  jangan dong! Nanti Kai dimarahin." dengan malas Kaisa mengambil sweater ditangan Fifi dan mulai memakainya. "Curang. Mainnya ngancem-ngancem." gumannya.

"Maya,  kamu ikut nonton juga?" tanya Kaisa setelah selesai memakai sweater Maya yang ternyata pas ditubuhnya. Iyalah pas,  toh badan mereka kan seukuran.

Maya menggeleng. "Nggak. Gue ada acara keluar----- eh lupa!  Duluan yak!  Bunda kayaknya udah jemput deh."

Tanpa menunggu balasan dari Kaisa,  Maya langsung berlari meninggalkan kelas.

"Yuk.  Nanti ketinggalan bis, " Fifi langsung menggenggam tangan kaisa. Dan segera membawa gadis itu untuk kedepan gerbang sekolah. Karena bus sekolah sudah terparkir disana.

Saat sudah sampai didepan gerbang Fifi melepas lengan Kaisa. Dia berbalik menghadap adiknya. "Inget ya. Lo harus selalu ada dideket gue."

"Iya, "

"Jangan jauh-jauh dari gue, "

"Iya."

"Hp jangan dimatiin."

BIMA & KAISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang