CHAPTER 2

40 16 0
                                    

 "Boleh minta nomor hp lo?" Bima menyodorkan ponselnya kearah Kaisa yang sudah mematung ditempat.

"Haa? Nggak salah kamu minta nomor hp aku?" tanya Kaisa dengan mata yang mengerjap beberapa kali. Kemarin minta pulang bareng,  sekarang minta nomor ponsel. Apakah ini pertanda bahwa Bima......

"Kai?"

"Eh... " Kaisa terperanjat,  kaget. Gadis itu tersenyum lalu mengambil ponsel milik Bima secara malu-malu. "Boleh." tangannya mulai bergerak dengan lincah diatas keyboard ponsel Bima. Setelah selesai menuliskan dua belas digit angka dan memencet tanda centang,  Kaisa menyodorkan kembali ponsel milik Bima.

Bima menerimanya dan tersenyum penuh arti. "Makasih."

Kaisa menunduk,  menahan degup jantungnya yang tak bisa dikontrol. "I-iya,  Bim."

"Yuk jalan."

Kaisa mendongak. Menatap Bima. "Jalan kemana?"

"Kekelas. Ayo, kelas kita kan sebelahan."

Bibir Kaisa ingin menjawab dengan sebuah penolakan,  tetapi,  kepalanya justru mengangguk.

Bima berjalan lebih dulu didepan Kaisa. Dan Kaisa ikut membuntut dibelakang punggung Bima. Bima mendadak berhenti melangkah dan itu sukses membuat Kaisa menabrak punggungnya untuk yang kedua kali.
Bima menoleh kebelakang,  Kaisa mengelus-ngelus keningnya yang sedikit berdenyut.

"Kamu kalau mau berhenti itu bilang-bilang,  dong. Sakit tahu."

"Lain kali. Lo jangan jalan dibelakang gue."

Kening Kaisa mengerut. "Emangnya kenapa?"

"Karna lo bukan babu gue."
"Oke,  kalau gitu aku akan jalan didepan kamu."
"Jangan."
"Terus,  kalau  depan sama belakang nggak boleh,  posisi aku dimana?"
"Samping gue."
"Kenapa samping? "
"Biar bisa jalan barengan."

Walaupun diucapkan dengan nada santai, Kaisa tidak dapat menahan semburat merah dikedua pipinya. Gadis itu langsung menunduk dalam.
Jantunya kembali berdisko.

"Lo kenapa sih Kai?  Kalau lagi sama gue nunduk terus."
"Karena aku deg-degan,"
"Kenapa deg-degan?"
"Nggak tahu. Padahal biasanya kalau sama yang lain nggak pernah deg-degan."

Bima tersenyum. "Yuk kekelas. Ingat,  lo jalan disamping gue. "

Rasanya, Kaisa ingin berteriak sekencang mungkin untuk memberitahu pada semesta bahwa pagi ini dia sudah mendapatkan sebuah rasa senang yang penyebab utamanya adalah Bima Argara.

❤❤❤

"Mayaaaaaa!" teriak Kaisa dengan kencang. Gadis itu langsung berlari memasuki kelas dan menghampiri Maya yang sedang menyalin jawaban dari buku Putri.

Maya tersentak kaget sampai tulisan tangannya melenceng dan menyebabkan tulisannya jelek. Maya menutup kedua matanya dan berusaha mengatur nafas. Itu adalah cara menenangkan diri paling efektif bagi Maya. Setelah dirasa cukup tenang,  Maya menoleh dengan sebal kearah Kaisa yang sudah menampilkan raut wajah bahagia.

Ralat,  sangat bahagia.

"Ada apa,  sih? Bisa kali lo biasa aja. Nggak usah teriak kayak gitu. Gue kaget!" protes Maya.

Kaisa cemberut,  sebal. Namun,  sedetik kemudian dia kembali nyengir. Aneh memang. "Aku mau cerita. " ujar Kaisa antusias.

"Cerita apa?" balas Maya yang kembali sibuk dengan buku tukis dihadapannya.

"Dih,  Maya. Lihat aku dulu, "
"Udah  lo tinggal ngomong aja,  gue dengerin kok."
"Nggak mau. Lihat dulu."
"Gue lagi nyalin jawaban."
"Lihat duluuuuu, "
"Kaisa,  gue lagi nulis."
"Lihat aku, "
"Astagfirullah!"

Maya menoleh kearah Kaisa dengan malas. "Apa? "

"Yang ikhlas dong nanyanya."

Oke. Jika berhadapan dengan Kaisa,  tingkat kesabaran Maya selalu diuji.

"Mau cerita apa Kaisa sayang?" ujar Maya dengan bibir yang diimut-imutkan. Lidahnya menjulur keluar, pertanda dirinya jijik.

"Ih,  alay! "

"Astagfirullah, Kaisa! Lo maunya apa si?! Mau cerita apa nggak?!  Kalau mau buruan ngomong. Kalau nggak yaudah." ujar Maya dengan satu tarikan nafas.

"Dih." ujar Kaisa dengan kening mengerut.

"Kemarin aku diajak pulang bareng sama Bima."

Maya langsung membulatkan kedua bola mata kaget dan mulutnya menganga. Sedangkan,  Kaisa langsung menempatkan jari telunjuknya dibibir Maya. "Jangan komentar dulu. Masih ada lagi, "

"Hari ini,  dia minta nomor ponselku."
Maya hendak berkomentar. Tapi,  lagi-lagi Kaisa menyuruhnya untuk diam.

"Dan,  tadi kita jalan kekelas bareng, "

Maya menepis telunjuk Kaisa yang ada dibibirnya. "Huaa!  Demi apapun!  Lo beruntung banget,  Kai!  Bima serius antar lo pulang?"

Kaisa mengangukan kepalanya malu-malu.

"Dia minta nomor hp lo?"

Kaisa mengangguk lagi.

"ANJAY,  KAISA DIGEBET-------! "

"MAYA,  MULUTNYA JANGAN GACOR! "protes Kaisa dengan cepat sebelum Maya kelepasan.

"Ups,  sorry."

❤❤❤


BIMA & KAISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang