PROLOG

55 5 1
                                    


HALLO!✋
SEMOGA RESPON KALIAN BAGUS DICERITA INI😇
JANGAN LUPA DUKUNGAN VOTE DAN COMENTNYA YA!👃
OKE,  SELAMAT MEMBACA CERITA BIMA & KAISA!😊

❤❤❤

Seperti malaikat penolong,  disaat aku membutuhkan bantuan, kamu akan datang dengan sendirinya tanpa kuminta.

-Kaisa Azahra

❤❤❤

"Lo Kaisa kan?"

Gadis itu mendongak. Lalu berdiri memandang remaja lelaki dihadapannya. Seingatnya,  namanya adalah Bima Agara. Dan,  seingatnya juga,  kelas mereka bersebelahan,  dan dia cukup terkenal disekolah. Wajahnya yang lumayan tampan membuat banyak kaum hawa  mengaguminya dalam diam. Karena mereka tahu,  jika ada yang terang-terangan menunjukan perasaanya terhadap Bima,  lelaki dihadapannya ini akan menjauh. 

Dari rumor yang sering Kaisa dengar, Bima bisa dibilang remaja idaman.

Kenapa? 

Dia tampan,  pintar,  bertanggung jawab,  selalu berpenampilan rapih,  jauh dari image murid nakal,  murid kesayangan guru,  dan alhamdulillah  dia jomblo.

Kaisa mengangguk.

Bima duduk diatas motor maticnya yang berwarna putih dengan kaca helm yang sudah terbuka. "Nunggu jemputan?" tanyanya.

"I-iya."
"Mau pulang bareng gue nggak?"

"Eh---?" tawarannya sukses membuat Kaisa terkejut dan membulatkan kedua bola mata. Apakah dirinya tidak salah dengar?

"Daripada nunggu lama,  mendingan lo bareng gue aja. Lagian, mau sampai kapan lo disitu?"
"Sampai Papa jemput."
"Disekolah udah nggak ada orang. Jalanan udah sepi. Angkot udah jarang yang lewat. Tukang ojeg udah pada pulang. Lo nggak takut?"

Kaisa bungkam. Sebenarnya,  Kaisa takut. Tapi,  mau bagaimana lagi?  Kalau nanti Papanya datang dan dia tidak ada disini,  dia pasti akan dimarahi.

"Tuh,  kan. Lo takut. Udah,  bareng gue aja, ayok."

"Kalau nanti Papa dateng aku nggak ada,  nanti dia marah."

Bima membuka helmnya dan menaruhnya dikaca spion. Dia menatap Kaisa, Bima menghembuskan nafas gusar. "Kalau gitu gue tunggu sampai lo dijemput."

"Nggak usah, Bim. Mendingan kamu pulang aja. Nanti aku nggak enak sama kamu."
"Santai aja, kita kan teman. "
"Kalau Papa lama datangnya gimana?"
"Gue akan tetap nunggu sampai dia datang."
"Kalau Papa nggak dateng?"
"Gue yang antar lo pulang. Dan lo harus mau. Harus."
"Dih,  kok gitu?"

"Ya,  emang gitu. "

Bima mengambil ponsel disaku jaket abu yang dipakainya, dia lebih memilih memainkan ponselnya diatas jok motor untuk menunggu Papa Kaisa datang menjemput. Sedangkan Kaisa kembali duduk dikursi halte. Ia pun memainkan ponselnya.

Mendadak, ponselnya menerima sebuah panggilan masuk. Dan,  nama Papa tertera disana. Tanpa pikir panjang,  Kaisa menggeser tombol berwarna hijau dan mendekatkan ponselnya ketelinga.

"Hallo,  Pah?" Kaisa melirik kearah Bima yang ternyata sedang meliriknya juga. "Kai udah nunggu Papa daritadi. Terus,  Kai pulang sama siapa------"

"Gue."

"Iya,  dia cowok. Teman. Iya,  yaudah nggak papa. Kai mau pulang sama temen Kai aja. Temen cowok Kai yang barusan bilang 'gue'. Mau ngapain? Iya,  sebentar."

"Bima,  katanya Papa mau ngomong." Kaisa menyodorkan ponselnya kearah Bima.

Bima menerima ponsel milik Kaisa. "Siang Om. Iya,  saya teman Kai disekolah. Bawa kok,  Om. Iya,  Om. Iya,  Om. Iya,  Om. Siap Om. Waalaikumsallam."

Bima menyodorkan kembali ponsel milik Kaisa dan gadis itupun menerimanya.

"Papa bilang apa sama kamu?"
"Bawa helm apa nggak,  jangan ngebut dijalannya, harus mentaati peraturan lalu lintas,  harus bawa lo kerumah dengan keadaan tanpa luka, ya,  pokoknya gitu deh."

"Papa aku bawel, ya?"
Bima mengangguk. "Lumayan. Tapi,  wajarlah dia begitu. Lo kan anak cewek."

"Mau pulang sekarang nggak?" tanya Bima yang sedari tadi tidak pernah turun dari motor maticnya itu.

"Papa kan belum jemput."

Bima mengambil nafas panjang. "Pulang bareng gue,  Kai. Papa lo nggak bisa jemput. "

"Oh,  iya. Lupa. "

Pikun.

"Yaudah,  deh. Aku numpang sama kamu ya."  Lebih baik dia pulang bersama Bima. Toh,  Papahnya juga tidak akan datang menjemputnya. Intinya,  daritadi dia menunggu dengan sia-sia. Kalau tahu tidak akan dijemput, Kaisa mungkin sudah pulang daritadi menggunakan angkot atau ojeg. Tidak usah menunggu selama ini. Menyebalkan. Tapi,  mau bagaimana lagi?

Bima langsung memakai helm,  dan mengambil helm berwarna abu yang sudah menggantung ditempat biasa. Bima memberikannya kepada Kaisa,  "Pakai. Papa lo bilang lo harus pakai helm. "

Kaisa menerimanya. "Kamu sengaja bawa dua helm, Bim?"

"Tiap hari juga gue bawa dua. Buat jaga-jaga kalo ada yang butuh tumpangan kayak lo."

Kaisa hanya bisa ber-oh panjang.

Tanpa membuang waktu drinya segera memakai helm itu.

Bima mulai menyalakan mesin motornya. Merasa tidak ada pergerakan. Bima menoleh kearah Kaisa yang ternyata masih mematung memandang dirinya dan Bimapun menunjuk jok motor dengan dagunya. "Ayo, kita pulang."

Masalahnya,  Kaisa tidak terbiasa pulang dibonceng memakai motor oleh seorang pria. Selain karena Papa yang sering antar dan menjemputnya sekolah, Papanya juga melarang berboncengan dengan lawan jenis.

"Kenapa nggak naik?" tanya Bima bingung.

"A-aku...... "
"Kenapa?" tanya Bima dengan nada lembut. Bahkan,  mungkin sangat lembut.

Kaisa menunduk memandang sepatunya. Gadis itu meremas ujung rok abunya. "Aku takut."

"Karena?" alis Bika naik satu.
"Aku baru pertama kali dibonceng sama teman cowo."
"Haa?" beo Bima dengan kedua mata membulat.

❤❤❤

Ekspresi Bima ketika tahu alasan Kaisa😦😧

Bye,  sampai jumpa dichapter satu:v😅

BIMA & KAISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang