Kemampuan

447 53 6
                                    

Mata Nara mulai terbuka pelan. Seseorang yang tengah duduk di pojok ruangan itu, berdiri mendekati bed pasien tempat Nara terbaring, "Apa yang kamu rasakan sekarang, Nar?" tanya orang itu dengan nada khawatir. Nara mencoba untuk bangun, tapi selalu gagal. Tubuhnya terasa begitu lemah. Seketika orang itu memegang kedua bahu Nara dan sedikit mendorongnya agar Nara bisa duduk. "Oh iya, kaca matamu." ucapnya sembari mengambil kaca mata di meja sampingnya. Lalu memasangkan benda itu ke mata Nara. Sekarang semua yang tadinya kabur, kini menjadi lebih jelas. Pandangannya langsung tertuju pada orang itu. Terlihat semakin jelas Oky yang sedang berdiri disampingnya dengan wajah yang begitu murung.

"Maaf ya, Nar!" ucap Oky dengan nada bersalah.

Mendengar itu, Nara ter-flashback segala kejadian sebelumnya. Dia ingat atas apa yang Oky lakukan padanya. Wajahnya berubah menjadi takut.

"Maafkan kami, Nara! Noky melakukan itu bukan tanpa sebab!" ucap Pak Amon yang baru saja masuk ke ruangan itu. "Lihat luka di perutmu, itu akan sedikit menjelaskan tujuan kami melakukannya." lanjutnya sambil menunjuk Nara yang masih mengenakan kemeja putih dengan semua kancing baju yang terbuka. Tidak terlihat sedikit luka ataupun bekas tusukan di tubuh itu. Sembuh dalam artian benar-benar sembuh. Nara tertegun, padahal dia ingat jelas jika perutnya itu tertusuk cutter sebelumnya. Bahkan bekas sobekan dan darah Nara masih membekas di baju itu.

Tiba-tiba Oky membungkukkan badannya ke arah Nara. Dia menangis, "Maafkan a-aaku, a-aaku benar-benar minta maaf ..." kata itu beberapa kali diulang olehnya dengan lirih. Bagaimana dia tidak merasa bersalah. Sebelum Nara pindah, kakeknya sudah beramanat kepada Oky untuk membantunya menjaga Nara. Kakek bilang, dia sudah menganggap Oky sebagai cucunya. Kakek Nara juga berharap Oky bisa berteman dengan Nara karena Nara merupakan cucu satu-satunya yang saat ini memang memerlukan perhatian khusus atas beberapa trauma dari kejadian yang dia alami. Kakek tau, bahwa Oky juga berbeda sama seperti juga Nara.

Pak Amon juga mengklarifikasi, jika itu merupakan perintahnya. Beliau hanya butuh bukti atas apa yang Oky laporkan kepada beliau. "Untung kamu punya kemampuan itu, Nar! kalau tidak ya, wassalam." ucap Pak Amon. Mendengar itu, suara tangisan Oky semakin keras.

Kedua tangan Nara kemudian mengangkat kepala Oky yang masih membungkuk. "Dih, cengeng!" ejek Nara dengan senyum. Oky pun memeluknya. "Maaf ya, Nar. Aku cuma mau membuktikan apa yang aku lihat di kelas." Nara pun segera melepas pelukan itu, "Najis anjir."

"Kalau boleh bapak tau, sejak kapan kamu bisa melakukan hal seperti ini." tanya Pak Amon. Mendengar itu, Nara kebingungan. Sampai sekarang dia tidak paham atas segala keanehan yang dia alami. "Boleh saya menjawabnya, Pak?" ucap Oky sambil mengucek matanya yang masih berair. Oky mengatakan bahwa Nara sudah bisa melakukan hal itu sejak kecil. Dahulu, hal yang sama pernah terjadi saat Nara kecil sedang bermain di sebuah tempat yang begitu banyak pohon disana. Dia berlarian mengejar seekor hewan yang Oky pun tak tau hewan apa itu. Tak sengaja, dia terjatuh karena tersandung akar pohon yang tumbuh merambat di jalan yang Nara lewati. Dengkul dan kaki kanannya terluka. Nara kemudian menangis, suaranya membuat ayahnya datang menghampirinya lalu menggendong Nara pulang untuk di obati. Sesampainya di rumah, ayahnya sangat terkejut. Luka yang ada di kaki Nara benar benar hilang, hanya tersisa debu dan tanah yang menempel di kakinya.

Nara kembali tertegun mendegar perkataan Oky. Bagaimana bisa, Oky tau cerita tentang kejadian itu yang bahkan Nara sendiri lupa dengan cerita lengkapnya. Bahkan sepertinya kakek tidak pernah tau juga akan cerita itu, sedangkan Ayahnya juga belum pernah bertemu dengan Oky sebelumnya. Lalu bagaimana dia tau segala hal mengenai Nara?

"Hmm.. Apakah mungkin, Nara merupakan salah satu anak yang rumornya diincar saat penyerangan di kota aderpati dahulu? Jika benar, kamu harus mulai hati-hati sekarang." ungkap Kepala Sekolah itu.

Mahasura (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang