Nara terbangun. — Dia menoleh ke arah jam digital disampingnya, "Udah pagi ternyata." Mata Nara masih begitu berat untuk terbuka. Semalam dia dan Oky tidur cukup larut karena terlalu seru memainkan game di ponsel mereka. Sesekali kakek juga mendatangi kamar itu karena suara mereka berdua yang terlalu gaduh. Mereka tertidur sekitar satu jam sebelum waktu subuh dengan kondisi seadanya. Bahkan kaca mata Nara juga masih terpasang sampai sekarang.
Tinggg ... Ponsel Nara mendapat Notifikasi Pesan.
Dia mengambil ponsel yang tertindih di bawah badannya. Di dalamnya terdapat beberapa notifikasi pesan. Salah satunya berasal dari kakek yang sudah berangkat menuju cafenya. Kakek mengatakan bahwa dia sudah menyiapkan sarapan untuk Nara. Dia tidak tega membangunkan Nara karena tidurnya yang cukup pulas. Kakek juga mengatakan, kalau Oky juga membantu kakek membawa beberapa barang ke cafe dan kemudian langsung pulang.
Di diatasnya, terdapat notifikasi dari Oky. Nara kemudian membukanya.
Nara mengumpulkan niat untuk bangun. Setelah beberapa menit, dia berdiri. Membenarkan kaca matanya yang sedikit miring lalu melangkah keluar menuju kamar mandi.
(...)
Jam menunjukkan pukul 09.15, terdengar suara motor yang berhenti di depan rumah itu. "Nar, siap belum? Jangan-jangan lu masih tidur?" teriak Oky sambil mengetuk pintu rumah itu beberapa kali. Tuas pintu itu berputar, dan terlihat Oky yang berdiri di depan pintu masuk menggunakan helm dengan Hoodie Hitam dan celana kargo pendek serta sepatunya yang berwarna abu. Nara keluar dari kamarnya menuju ruang depan. "Sabar, gua kunci pintu dulu." ucap Nara sambil duduk menali sepatu putih yang baru saja dia ambil di rak dekat pintu masuk. Oky pun keluar dan menunggu di kursi tamu yang berada di teras rumah itu. Saat itu, Nara menggunakan Switer abu dengan celana pendek berwarna hitam.
"Dah," ucap Nara sambil memasukkan kunci kedalam tas kecil yang dia bawa.
"Lu bisa bawa motor kan?" Oky menyerahkan kunci motor ke Nara.
"Gua belum hafal daerah sini, woy!"
"Gampang, gua yang tunjukin. Dah, naik lu. Keburu siang, makin panas tar!" desak Oky yang sudah menaiki jok belakang motor nya.
Nara menggunakan helm bogo yang biasa dia kenakan. Dia pun menghidupkan motor dan melaju meninggalkan area rumah itu. Segala kecanggungan Nara dengan Oky mulai menghilang. Dia sedikit bisa menerima dan merespon segala lawakan yang Oky lempar di jalan. Sifat dingin Nara mulai mencair sejak saat itu.
Mereka berdua sampai di depan sebuah perpustakan yang cukup besar. Mungkin paling besar dari perpustakaan lainnya. Nara memparkirkan motor dan kemudian mereka masuk ke dalam gedung besar itu. Oky mengajak Nara, untuk langsung menuju lantai kedua dari gedung itu. Terdapat rak yang berada di paling pojok tempat buku-buku tua tersusun.
"Dulu aku pernah baca-baca soal kemampuan yang gua miliki di sini." ucap lirih Oky sambil memilah-milah buku yang berada di susunan paling atas. Oky menjelaskan sebenarnya kemampuan dia bisa lebih dari yang dia kuasai sekarang. Akan tetapi, efek dari kemampuan itu membuatnya akan menjadi pelupa bahkan kehilangan ingatan. Jadi dia hanya berani menggunakan kemampuannya dalam tingkat rendah saja. Sembari mendengarkan perkataan Oky, Nara juga memilah beberapa buku yang berada di susunan tengah.
"Huh.. keknya ngga ada buku soal kemampuanmu dah! Sebenernya gua bisa cari tau, tinggal tidur terus pergi ke beberapa tahun yang akan datang. Cuma ya tadi, efeknya.." Oky menyender ke tembok, merasakan tangannya yang begitu pegal karena terlalu lama memilah-milah susunan buku yang letaknya melebihi dari tinggi badannya. "Gua juga ngga nemu, tapi gua dapet ini" ucap Nara sambil menunjukkan sebuah buku yang bertuliskan "Sejarah Wilayah Canis" ke depan wajah Oky.