Noky - atau sering dipanggil Oky. Orang pertama yang berhasil membuat Nara menjadi sedikit lebih cair. Usia mereka juga sepantaran, tubuhnya hanya selisih sekitar 5 cm lebih tinggi dari Nara. Dia memiliki dua gigi gingsul yang seakan terlihat seperti taring yang terpasang di dua sisi mulutnya.
Karakter dia yang begitu story telling membuatnya gampang bergaul dengan orang lain. Bahkan dia tidak pernah kehabisan topik untuk segala celotehnya.
Keluarga Oky juga sangat dekat dengan Kakek Aryo, alias kakek Nara. Bahkan tidak jarang juga Oky membantu Kakek Aryo ketika ada event besar di cafenya.
(...)
Hari Selasa - hari kedua sekolah. Terdengar suara motor yang berhenti di depan rumah itu. Suara yang sudah tak asing lagi bagi telinga Nara dan Kakeknya. Beberapa ketukan mulai terdengar dari pintu luar.
Tok.. Tok.. Tok.
"Paket...!"
"Halahh, ngga usah bikin onar kamu pagi-pagi! Masuk sini!" teriak keras kakek.
Oky yang mendengar itu sedikit terkekeh. Dia melepaskan sepatu lalu meletakannya di rak kayu, di samping pintu masuk. Langkah kakinya mulai terdengar mendekati ruang meja makan.
"Hehe, Nara udah siap belum, kek?"
"Tumben awal banget jemputnya. Sini duduk, sekalian sarapan. Mumpung kakek lagi masak seafood" ajak kakek itu sambil menurunkan piring besar berisikan udang yang ditumis dengan saus asam manis.
"Ngga usah repot-repot kek, aku udah sarapan di rumah. Oky cuma mau latih Nara biar jadi cucu kakek yang rajin kayak Oky." seru anak muda itu dengan nada bangga.
"Selain itu, udara pagi juga bagus buat kesehatan, kek!" lanjutnya.
Mendengar itu, Kakek Aryo sedikit tersenyum sinis. "Heleh, kamu kalau nggak kena omel sama bapakmu, mana bisa kamu bangun pagi?" ucap Kakek Aryo meledek.
"Ah, gaseru ah.. bongkar-bongkar aib kek gini!"
"Yah cucu kakek yang katanya paling rajin jadi ngambek!!" ledek kakek lagi.
"Oh okeyy, fineee.... Hubungan kita lebih baik usai disini, Kek! Mulai sekarang kita putuss...."
Mendengar omongan mereka yang makin hilang arah membuat Nara tertawa pelan. Mereka yang tadinya saling beradu omongan langsung berhenti seketika.
"Wah.. wahh.. momen langka nih!" ucap Oky yang tertegun setelah melihat Nara yang duduk di sebelahnya.
"Bisa di museum-in ngga sih, kek? Langka loh ini" lanjutnya.
"Dah, cepet kelarin, Nar. Pening kakek ama ocehan temenmu ini." ucap kakek meninggalkan mereka berdua di meja itu.
Beberapa menit selanjutnya, kakek kembali dengan secangkir cappucino coffe yang diletakkan di depan Oky.
"Wihh, ngrepotin jadinya!" Oky tersenyum senang. Dia kemudian langsung menyeruput minuman itu dengan puas.
"Hemm.. kamu tuh sama kek bapakmu dulu. Minuman yang sama selalu kakek sajikan ketika bapakmu main ke sini!"
"Dah, cepet abisin. Tuh, Nara juga udah kelar keknya. Buruan berangkat. Katanya biar rajin!" lanjut kakek yang diakhiri dengan nada ledekan.
(...)
Menepati ucapannya, Oky mendorong Nara yang masih repot memasukkan beberapa buku ke dalam ranselnya menuju pintu utama. Keduanya mulai mengambil sepatu di rak, lalu memakainya. Selepas itu, mereka menghampiri motor Oky yang terparkir di depan rumah.
"Nih, helm!"
"Mulai nanti simpen aja dah helm-nya! Mager aku bawa tuh helm tiap hari."
Nara hanya mengangguk, meng-iyakan keluhan temannya itu. Dia menggunakan helmnya, dan langsung menyusul Oky yang sudah naik di atas motor. Dua roda itu mulai berputar, membuat motor itu kemudian melaju. Melewati rute yang mulai tak asing lagi bagi Nara.