02:Remember why you started

20 4 0
                                    

Ini bukan perhatian dari seorang kakak kepada adiknya, Hara.

~~

02 Maret 2016

Pagi ini, semuanya sudah sibuk dengan peralatan masing-masing, ternyata, semuanya ikut menginap dirumah Chika, biar bareng-bareng katanya. Oh iya, kalian ingat kan? Hari ini Final tanding basketku.
"Aduh ieu leg sleeve urang kamana? Kamari aya didieu, manya tuyul nu nyokot, sia nya Chika?" Tuduh Lala
(Aduh, ini leg sleeve aku kemana ya? Kemarin ada disini, masa tuyul yang ambil, kamu ya Chika?)
"Eh bebel, duka teh teuing atuh urang mah, matakan tong cul culan, lengit lebok siah!" Ucap Chika
(Eh dasar, ya gatau dong akumah, makanya jangan jorok,ilang tau rasa kamu!)
Aku hanya tertawa melihat mereka, jarang akur, mirip tom and jerry haha! Oh iya, aku bahkan belum mengecek handphoneku dari semalam, mati rupanya, tapi syukurlah, Cungha sudah mengchargernya.
"Cungha, handphone Hara mana?" Tanyaku
"Itu diatas nakas" Jawabnya
Aku langsung menghampiri nakas, lalu menyalakan hamdphoneku, betapa terkejutnya aku saat melihat 38 missed call dan 115 unread massage dari Kak Narial,

Ku perjelas lagi,

KAK NARIAL!

Ah ya! Aku lupa, kemarin kan aku sudah berjanji untuk pulang bersama Kak Narial, duh! Dasar pelupa! Tiba tiba, Kak Narial menelfonku.
"Ra! Dimana? Astaga, kenapa kemaren ga ngabarin? Aril khawatir, kemaren pulang sama siapa? Nginep dirumah siapa?"
"Em, maaf Kak,kemaren baterai hp Hara abis, trus lupa hehe, kemaren Hara nginep di rumah Chika, ini juga masih dirumah Chika, mau berangkat lagi"
Tapi sebentar, Kak Narial mengkhawatirkanku? Kak Narial? Khawatir padaku? Ah! Memikirkannya membuat jantungku tidak baik sepertinya.
"Yaudah kalo gitu, Aril jadi tenang, fighting yaa!!"
"Iya Kak, makasihh"
"Yaudah, gih sana siap siap"
"Iya"
Panggilan itu terputus, aku senyum senyum sendiri jadinya, ah! Kak Narial, bisa saja membuat jantungku tidak normal. Tak lama, Meira datang, sepertinya dia tahu tadi Kak Narial menelfon.
"Har, peka dikit napa dah? Gemes aku" Ucap Meira
"Lah? Peka apanya?" Aku berbalik tanya
"Greget aing, gini ya, aku jelasin, semua perhatian Kak Narial itu, bukan perhatian dari seorang Kakak ke Adeknya, Hara" Jelas Meira
"Hah? Maksudnya apaan dah? Eh malah ninggalin:("
Meira hanya mengulas senyum, lalu pergi, apa yang dikatakan Meira membuatku berfikir bahwa-Ah! Tidak mungkin, tapi, sepertinya perkataannya itu membuatku harus berfikir lebih keras sepertinya.

~~

"Hara passing!" Teriak Meira
Hap! Bola itu melayang lalu ditangkap Meira, ia men-dribble bola itu terus hingga berhenti di garis pitraw, lalu melakukan shoot dengan bagus sehingga bola itu masuk. Skor saat ini 9-6, timku 9, lawan 6, tapi kemudian, kami harus mau berada di posisi 2, kami kalah setengah bola dari mereka.
"Bebel! Aing tadi disuruduk, nyeri kieu aduh, heeh apal awak aing teh letik, make disuruduk, beki letik" Protes Lala
(Dasar! Aku tadi di dorong, sakit banget aduh, iya tau badan aku kecil, make di dorong, makin kecil)
Kami semua tertawa, kecuali Lala yang memanyunkan bibirnya.
"Eta biwir tong di manyun manyun, der jeding" Ucap Chika
(Itu bibir jangan manyun manyun, nanti dower)
"Bacot jones" Jawab Lala
Kami semua tertawa lagi, Chika kesal, namun ia ikut tertawa.
Tepat pada pukul 15.00, kami pulang dari Bandung, hujan mengguyur begitu deras, aku suka hujan, sangat malah!
Karena kami bosan, akhirnya kami teriak-teriak tidak jelas dari jendela, setiap orang yang melewati mobil kami, pasti akan diteriaki, dan ini malam minggu, banyak sekali orang berpacaran, kami mengatainya mulai dari "cie, pacaran" kami teriak hingga seluruh jalan mendengarnya! Haha! Atau kami meneriaki "jomblo" jika dia terlihat sendirian, setelah itu kami tertawa terbahak-bahak karena Chika merasa tersindir.
Kami mampir dulu ke sebuah restoran karena Lala mengamuk ingin makan, maklum, dia main paling lama diantara kami.
"HAYU DAHAR ADUH LAPAR KIEU AING BISI BEKI LETIKKK" Teriaknya
(Ayo makan aduh lapar banget akuu nanti makin kecilll)
"Sabar jomblo, lagi dipesenin" Jawabku
"WOY TEREH ATUH LAH, LAPAR IEU, TE KUAT" Teriak Lala lagi
(Woy cepetann, lapar ini, gakuat)
"Astagfirullah, bukan temen aing" Ucapku berbarengan dengan semuanya, Lala hanya mendengus.


Kami sampai Jakarta tepat pada pukul 21.00, kami diantar pulang ke rumah masing-masing, sepi, pasti Papa belum pulang dari Jerman, sampai suara Abang mengagetkanku.
"Woi! Ngelamun mulu!"
"Ihh Abang, kaget Hara" Kesalku
"Hehe, maaf, gimana tandingnya? Seru?" Tanya Abangku, Devan Grashya, Dia diluar rumah memang cool, dingin, tapi berbeda jika sudah berada rumah, petakilan, manja.
"Seru!! Tapi Tim Hara kalah setengah bola" Aduku
Abang mengusak rambutku, lalu Dia Cium
"Gapapa, nice try little girl" Ucapnya
"Ih Abang! Hara udah gede!" Seruku
Abang hanya terkekeh lalu mengajakku ke dapur untuk makan, dirumah hanya ada kami berdua, Bibi sedang pulang kampung, katanya, anaknya sakit, padahal Papa mengizinkan Bibi membawa anaknya, tapi Bibi menolak, takut ngerepotin katanya. Setelah makan, Aku pergi ke kamar untuk bersih-bersih dan tidur.

~~

Pagi ini, Aku sudah siap dengan seragam sekolahku, rok pendek selutut berwarna hitam, kemeja putih, dasi kupu-kupu, juga Almamater dengan warna yang senada dengan rok-ku, rambut panjangku dibiarkan tergerai, dengan sepatu hitam, juga tas berwarna soft blue.
"ABANG! HAYUK BERANGKAT!" Teriakku
"Astagfirullah de, gosah teriak teriak, sakit kuping abang!"
"Abang kan budeg!"
Abang Devan tak menjawab, Dia memilih pergi, membuatkanku bekal, lalu menyalakan mesin mobilnya.
"HARA! AYO!" Teriaknya dari depan
"IYA!" Balasku teriak.

~~

"SAMLEKUM GAIS HARA KEMBALI" Teriakku saat masuk kelas
"Sianying, baru datang udah tereak tereak jomblo" Cibir Daffa, teman sekelasku
"Mirror!" Jawabku
Hari ini hari Senin, hari yang paling dibenci oleh banyak siswa, upacara yang begitu lama, membuat kakiku serasa akan copot, untunglah semua itu sudah berakhir.
"Har, kantin kuy?" Tanya Meira, Aku dan Meira memang sekelas
"Pagi pagi dih, kuy" Jawabku
"Malesin sia" Kata Meira sambil merotasikan matanya, Aku hanya terkekeh.

Aku dan Meira sedang mencari tempat duduk untuk memakan makanan kami, saat sibuk mencari, Ada yang menyapaku
"Ra"
Aku tau, sangat tahu, suara itu juga panggilan itu, aku berbalik dan
"Oh Kak Narial, kenapa?" Tanyaku
Ya, yang menyapaku itu Kak Narial, mati matian aku menahan rasa gugupku saat itu.
"Engga, Aril duluan ya" Ucapnya
"Eh iya" Jawabku
Aku membuang nafasku, percayalah, saat itu aku menahan nafas saking gugupnya!
"Gaje budak" Meira akhirnya bersuara, aku menggidikkan bahu acuh, lalu duduk ditempat yang Meira sudah tempati.

Kak Narial sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi Dia tahan, ah! Masa bodo deh. Batinku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello,You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang