24. Pembicaran unfaedah

283 17 3
                                    

Pagi itu, gue datang pagi pagi cuma buat satu hal paling unfaedah di hidup gue.

Yaitu.

Bisa liat Rendi lebih lama.

Rendi yang  rumahnya jauh ini selalu berangkat di pagi pagi buta.

Seperti sekarang ini.

Biasanya, gue, seorang Julia ini berangkat saat bel sekolah akan berbunyi tiba tiba dateng jam 6 lebih 10 menit.

Gila gak tuh?

Bahkan, pak Mario selaku satpan galak gue aja belum dateng. Guru guru aja belum dateng. Pak Nyomnyom aja belum dateng. Masa gue udah dateng aja, apa kata dunia?

Saat gue menginjakan kaki di kelas suram itu, masih sepi gan. Cuma ada 2 makhluk penghuni kelas sekarang yang lagi asik asiknya menukar candaan.

Sabdoel dan Rendi.

Jadi sekarang, lo denger sesuatu gak sih?


Suara hati gue yang lagi kretek kretek.

Pengen masuk takut ganggu.

Gue udah di depan pintu, dari ngitung kancing serangam "masuk, enggak, masuk, nggak"

Sampai ngitung gituan  dengan nomer absennya si Rendi.

Walaupun selalu sama, takdir nyuruh gue buat masuk, tapi keberanian gue bener bener NOL BESAR.

"Masuk,nggak, masuk,enggak, masuk"

"Ah syid"

"Masuk, enggak, masuk, enggak,masuk, enggak, masuk"

"What the hell"

Lalu, tiba tiba, gue ngerasa ada tangan jahanam yang narik gue.

"Ya tuhan, lindungilah hamba dari setan terkutuk" ucap gue pelan dengan mata tertutup.

Asli, gue takut men.

Ini masih pagi.

Setan masih melek.

Manusia masih tidoor.

"Siapa sih Li setan ganteng ini" katanya.

Gue memberanikan diri buat melihat sosok di depan gue.

Ternyata Rendi.

Berdiri tepat di depan gue.

"Em, ano, Ren.. Duh" kata gue gugup.

"Santai lah Li, kayak sama siapa aja" jawabnya.

"Em, iya, eh, gue mau masuk ya..?"

"Diluar dulu yuk?" ajaknya.

"Tapi, Sabdoel Ren...?"  but, setelah itu tangan gue lagi lagi di tarik sama setan ganteng macam Rendi. Untj.

"Udah ah, gapapa, kantin yuk?"

Gak guna jugasih tanya.

Orang ini gue dipaksa.

Rendi mendudukan gue di kursi kantin bu Afifah.

Kantin halal 100%

"Pasti belum sarapan kan lo?" tebak Rendi.

Pengen gue jawab gini 'iya beb, duh demi qm itu lho' tapi apa daya dipalaq preman.

Fusing syudah ini kepala.

"Udah kok, gausah lagi"

"Yaudah, gue pesenin teh anget aja ya?masih pagi gaboleh minum es teh"

"Air kosong ade?" jawab gue.

"Adanya gelas kosong yang"

WHAT THE FAK?

YANG?

YANG DIGOYANG DIGOYANG YANG~

YANG AOS YANG AOS YANG AOS?

SUMPAH GAN.

INI APA INI APA.

HATI AQ SEPERTI TERTEMBAK BUNGA MUSIM SEMI.

"Dih paan sih elah jijik monyek, anjir kambing"

Ingin mengumpat.

"santai atuh Li, aqua aja nih?" gue pun mengangguk tenang.

Padahal mah, hatinya itu loh

Udah kayak dugem.

Jedag jedug jedag jedug




"Eh, Ren." kata gue membuka percakapan setelah hening yang sangat lama.

"Apa?"

"Mau tanya nih gue" jawab q.

"Iya apa?"

"Ano, kenal gak lo sama Dion?" tanya gue.

"Jangan bawa bawa nama mantan di antara kita Lia"

"DIH APAAN MANTAN MANTAN?!" sahut gue ngegas.

"Mantan gue" jawab Rendi.

"WHAT? TERNYATA LO GAY? PERCUMA DONG GUE GINI KE ELO?!"

"gini gimana hayoo~bercanda atuh Li, serius bener" lalu Rendi ngakak dengan tenangnya.

Gue ini.

Jangan ditanya lagi.

Sudah pingsan.

Sudah kejang.

Sudah mual muntah kesemutan.

Lalu setelah gue bangun dari kenyataan, kita kembali melantunkan ocehan ocehan gak berguna khas kita.

Dari yang awalnya ngomongin Loli, sampai waifu, sampai yaoi, dan istilah gila lainya.

Kadang kenyataan memang senyata itu, gue yang awalnya cuma pengen ketemu dan memandang dari jauh malah ketiban duren runtuh bisa bicara unfaedah bengini.

"Jadi maksud lo apa Li pas lo bilang 'PERCUMA DONG GUE GINI KE ELO?'"

Dan, Julia Michele Jadug, 14 tahun mati kejang kejang. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Putih BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang