Capt 9

45 7 3
                                    


Dan sosok di balik pintu itu, adalah seorang manusia yang lebih mirip dengan malaikat yang sedang menyembunyikan sayapnya. Sial, dia tampan sekali dengan kemeja putih itu.

Aku menatapnya, bahkan terasa sulit hanya untuk berkedip

“Selamat pagi”

Diikuti senyum yang menumbuhkan candu

Park Chanyeol

“Op-pa, ke-kenapa kau bisa sepagi ini berada disini?”

“Emm, hanya mengucapkan selamat pagi”

“Eh?”

Oh Tuhan, aku mulai penasaran, sebenarnya ada apa dengan dua kata itu? ‘Selamat Pagi’

“Ayo Yeol!”

Tiba-tiba kakakku keluar dari balik pintu. Oh, aku paham sekarang, ternyata dia hanya sedang menunggu kakakku. Beruntung aku tidak se-percaya diri si tetangga baru itu.

“Kalian hati-hati ya”

Ucapku pada dua laki-laki bertubuh tinggi itu

“Tentu”

Kata keduanya bersamaan sambil mengulurkan tangan hendak mengelus rambutku. Kami bertiga terdiam, kenapa mereka sekompak ini?

Kemudian tak beberapa lama, kak Kris menampis tangan kak Chanyeol yang hendak mengelusku pula itu

“Siapa yang mengijinkanmu menyentuh adikku?!”

“Aw, kau galak sekali hyung!”

Aku hanya menghela nafas melihat tingkah mereka berdua yang setiap harinya tak luput dari pertengkaran. Huft, mereka memang bertubuh besar, tapi kurasa mereka masih pantas duduk di bangku sekolah dasar.

Tapi walaupun hampir setiap hari berdebat, mereka selalu saja bersama dan sangat dekat layaknya saudara kandung saja. Aku terkadang iri dengan kak Chanyeol yang selalu bisa bersama kakakku setiap hari dan menghabiskan waktu dengannya. Karena aku saja yang adik kandungnya jarang memiliki waktu bersama.

Tunggu, yakin iri pada kak Chanyeol? Atau sebenarnya pada kak Kris?

Ah, sudahlah terserah. Intinya aku iri pada mereka.

***

Di bawah mendung abu-abu kota Seoul, bersama gerimis yang membawa udara dingin kala sore itu, seorang lelaki berdiri di bawah pohon bertujuan meneduh. Sesekali mengusap-usap kedua lengannya mencari kehangatan. Dia cukup tidak menyukai hujan, karena kulitnya yang sensitive saat terkena airnya.

“Huh, sungguh sial”

Runtuk laki-laki dengan kaos hitam itu

Diselingi beberapa detik, laki-laki tampan itu merasa air hujan tak lagi menerjang tubuhnya. Ia mendongak dan mendapati sebuah payung biru yang meneduhinya. Dilihatnya seorang gadis cantik yang tengah memegang payung itu.

“Seulgi?”

“Jimin, kau sedang apa hujan-hujan begini di bawah pohon?”

“Ehm, aku hanya meneduh sepulang latihan futsal tadi,”jawabnya.

“Ohh”

Aku mengangguk.

“Kau sendiri?”

“Aku? Aku baru saja pulang dari Minimarket, untuk membeli beberapa makanan ringan, lalu aku melihatmu disini. Kau terlihat sangat kedinginan, benarkan? ”

Malaikat Pelindung - PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang