Capt 10

62 6 7
                                    

Tak lama, aku hanya beranjak pergi memasuki kelasku, mengabaikan tatapan tajam dari para siswi yang memandangku.

Dasar …

Jimin.

Aku masuk ke dalam kelas, dan semuanya berjalan seperti biasanya. Ya ... walaupun sedikit berbeda karena Jimin tadi pagi.

Tak lama, Pak Leteuk datang, guru kimia paling keren yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Hahaha, Pak Leteuk memang cukup tampan, dan dia juga masih tergolong muda untuk seorang guru.

“Baiklah anak-anak, hari ini saya mempunyai hadiah untuk kalian.”
Kata Pak Leteuk diikuti sorakan murid-murid, utamanya golongan wanita.

Aku bertanya-tanya dalam diam, memangnya apa yang telah kami lakukan sehingga Pak Leteuk ingin memberikan kami hadiah. Tapi tunggu dulu, hadiah yang dimaksud bukan kertas dengan deretan soal kimia kan?

“Silahkan masuk.”
Kata Pak Leteuk menoleh ke arah pintu.

Lalu seorang siswa laki-laki memasuki kelas. Tunggu sebentar … tiba-tiba saja mataku membulat dengan sempurna tanpa aba-aba.

“Silahkan perkenalkan dirimu.”

Si murid baru itu masih terdiam dan mulai mengeluarkan smirk-nya

Aku masih saja terperanga dengan semua ini

“Hei, biasa saja ekspresinya. Kau seperti tidak pernah melihat laki-laki tampan saja.”
Kata Wendy yang menjadi teman sebangkuku sambil menyenggol bahuku.

Lalu aku tersadar,
“H-ha, eh apa? Tidak, aku hanya tidak menyangka akan ada murid baru, itu saja,” elakku.

Pak Leteuk lalu kembali meminta si murid baru untuk memperkenalkan dirinya.

"Ekhm.. Hai

Gue Lucas"

Aku masih berusaha menelan ludah dengan susah payah.

“Hei … kau itu tidak pandai berbohong tau. Jangan bilang kau jatuh cinta pandang pertama dengan anak baru itu ya … hahaha, aku akui dia memang tampan, dan lihat tubuh proporsionalnya. Wah, aku yakin dia pandai berolahraga.”
Ucap Wendy sambil menaruh kepala di atas tangannya dengan memandangi Lucas.

“Kau gila? Sejak kapan aku jatuh cinta semudah itu? Jangan samakan aku dengan kau ya! Lagi pula dia tidak terlalu tampan bagiku. Amit-amit aku suka padanya.”

“Amit-amit? Kau ini seperti sudah tahu dia seperti apa saja, dasar.”

Lalu setelah perkenalan singkatnya, ia langsung saja menuju bangku yang kosong dan mendudukinya. Padahal Pak Leteuk belum menyuruhnya, dasar tidak sopan.

Bel petanda jam istirahatpun berbunyi

Aku, Wendy, dan Krystal pergi menuju kantin sekolah. Lalu kami duduk di atas kursi yang masih kosong setelah mengambil makan siang.

Tak lama, tiba-tiba aku merasa seseorang duduk di sebelahku. Ya, karena posisinya Wendy dan Krystal duduk berdua di depanku, sedangkan aku sendiri.

Aku menoleh,
“Apa yang kau lakukan?”

“Gua gak kenal siapapun, cuman lu doang. ”
Katanya lalu memasukkan nasi ke dalam mulutnya.

Wendy dan Krystal tersentak,
“Apa?!” Tanya keduanya bersamaan.

“Ekhm … hehe, sebenarnya aku dan Lucas sudah saling mengenal.” Kataku sambil menggaruk leher yang tidak gatal, dan mulai menjelaskan semuanya.

Lalu aku diam-diam melirik sinis Lucas yang sedang dengan lahapnya memakan makan siangnya seperti orang tidak punya dosa.

Dasar menyebalkan …

Malaikat Pelindung - PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang