Tepat setelah bel istirahat berbunyi, semua kelas menyemburkan isinya. Koridor sekolah ramai dipenuhi para siswa yang berhamburan keluar. Termasuk sekumpulan anak kelas 10 yang berjalan menuju kantin untuk mengisi perutnya masing-masing.
Namun tiba-tiba dari arah berlawanan, seorang siswi menerobos kerumunan sambil berteriak agar semuanya minggir. Seketika rombongan itu terbelah menjadi dua, memberi jalan siswi cantik yang berlari terbirit-birit dengan seorang temannya di belakang. Mereka menyaksikan dua siswi kondang itu dengan kebingungan.
"Minggir!! Minggir! Minggir! maaf banget, ini darurat!!" teriak Vivi kencang.
"Vivi tungguin gue!"
Vivi tak peduli dengan Febby yang terus memanggilnya. Ia terus memacu kakinya untuk berlari, rasanya sakit sekali. Vivi meringis, ia sudah tidak kuat lagi untuk menahan beban yang terus mendesaknya keluar.
Febby yang mengejar Vivi kaget bukan main ketika sahabatnya itu berlari menuju tempat paling sensitif dan 'memalukan' bagi perempuan. "Vivi! Seriusan lo mau kesana?! Vivi!" cegahnya.
Ini keputusan terakhir, Feb. Gue gak tahan! batin Vivi.
Kakinya yang gemetar kini sampai ditujuan. Vivi berhenti didepan ruang-ruang persegi. Matanya langsung menjelajah sekitar, hatinya mencelos lemas karna semua pintu tertutup, membuatnya mau tak mau harus menunggu.
Dengan nafas menderu, Vivi duduk di kursi panjang yang berada didekatnya, kemudian meremas ujung rok abunya sambil menunduk dalam. Hari yang menyebalkan.
Tiba-tiba datang Febby yang langsung duduk disebelah Vivi. Nafas mereka sama sesaknya.
"Nekat banget lo, Vi, sumpah!" protes Febby ngos-ngosan.
Vivi menoleh. Febby dapat melihat jelas ekspresi Vivi yang memelas tak menjawab.
Febby mengatur nafasnya cukup lama. Kemudian kepalanya terangkat, membaca tulisan yang tertempel ditembok.
Tawa Febby pecah sambil berkata, "Kenapa harus kesini si Vi, mentang-mentang toilet yang paling deket sama kelas!" ucapnya tertawa renyah sampai-sampai mengeluarkan air mata.
Vivi mendongak, menatap tulisan itu dengan nanar. 'TOILET COWOK'
"Terpaksa, kebelet banget." lirih Vivi menundukkan kepalanya. Ia merosot kebawah kursi dan berjongkok memeluk kaki. Dalam hati, Vivi merutuki mang ebi yang lupa isi toren toilet siswi.
Febby yang melihatnya tergelitik. "Lo abis minum segalon apa Vi dirumah?"
Vivi menengok. "Ck, Kebanyakan makan es krim!"
Febby tertawa kembali, "Rasain!" ada-ada saja memang kelakuan orang yang menggilai sesuatu, pasti selalu berlebihan.
Klek.
Vivi menoleh cepat dan langsung berdiri. Ia berjalan tergesa-gesa diatas licinnya lantai toilet. Seketika tubuhnya terhuyung ke belakang.
"AAAAAAA!!" jerit Vivi memejamkan matanya.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Vivi berdebar hebat. Walaupum sedang menutup mata, ia yakin, posisinya sekarang ini sudah seperti di film-film yang ia tonton. Klasik sekali. Tangannya mengalung di leher pelaku. Sedang tubuhnya yang hampir jatuh, ditangkap dan di rengkuh.
Dapat Vivi rasakan tangan kokoh, dada bidang, dan bahu yang tegap. Pastinya lelaki. Vivi takut untuk membuka mata. Ia sibuk menerka-nerka dan merapalkan do'a, berharap bukan pedofil yang sedang merengkuh tubuhnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIVAZ
Teen Fiction[On Going] Pernah gak sih kalian, jadi rebutan tiga cowok famous di sekolah? Vivi Exlaurvi, seorang siswi berparas cantik yang digandrungi khalayak kaum adam di sekolah. Seperti trophy dalam perlombaan, dirinya selalu jadi rebutan. Tiga pria populer...