Disclaimer © Masashi Kishimoto
Pairing : Sasusaku⚠️ Banyak Typo
Enjoy and happy reading my storry ^^.
H
A
R
U
N
O
.Tubuhnya bergetar, Sakura yakin itu adalah orang yang selama ini ia cari. Orang yang membuat dirinya tumbuh menjadi seorang gadis tanpa teman. Menjadi seorang yang ceria dibalik kesepiannya menghadapi kerinduannya terhadap orang tua yang entah kemana.
"Tousan ," ujarnya lirih.
Emeraldnya menatap pria didepannya dengan sayu. Kakinya perlahan mendekat kearah tousannya. Air mata taidak dapat dibendung lagi. Air yang selama ini tak dapat ia keluarkan entah mengapa kini mengalir begitu saja melewati pipinya yang sudah kotor oleh tanah. Tangannya hampir saja menyentuh pria di depannya sebelum sebuah tangan mencengkram kerah belakangnya. Sakura berusaha memberontak dan ingin memeluk sang ayah.
"LEPASKAN AKU ! SIAPA KAU ?! TOUSAN TOLONG," teriak sakura histeris.
Orang di belakangnya segera membekap mulut Sakura lalu membawanya kedalam pelukan hangat. Didalam dekapan itu Sakura masih berteriak dan terisak memanggil - manggil nama Papanya. Dan orang yang memeluknya semakin memper erat pelukannya agar gadis tegar dihadapannya ini tenang.
"Sssst tenang Sakura tenang," ujarnya lirih.
Tidak dapat dipungkiri, kekuatan Sakura sangat besar sehingga orang di belakangnya harus memeluknya lebih erat lagi. Dia hanya bisa memberikan bisikan-bisikan lirih kepada Sakura, mencoba membuat gadis merah muda itu tidak menangis.
Sakura sudah kembali tenang, namun sekarang pandangannya kosong. Entah apa yang ia pikirkan. Tubuhnya masih dalam rengkuhan seorang yang tubuhnya sedikit lebih besar darinya. Mata hazelnya menatap emerald Sakura yang terlihat kosong lalu orang itu mencentikkan jarinya tepat dihadapan Sakura. Membuat Sakura mengerjapkan matanya sesaat.
"Aniki ?" Hal pertama yang Sakura ucapkan setelah berhenti meraung.
"Hm," hanya gumaman yang dihasilkan mulut sang kakak.
"Kenapa niichan disini ? Aku sudah bukan anak kecil lagi ! ini ujian chunin Saso-nii. Sakura tak perlu bantuan dari siapapun aish sudahlah. Aku harus ketempat peristirahatan dulu. Aniki ! Lakukan misimu sendiri dan jangan ganggu kami "
"Hm,"
Setelah sang adik meninggalkan Sasori sendiri, ia kembali ke alam hutan. Tujuan utamanya asbbalah untuk menemui seseorang yang membuat Sakura menangis.
-o-
Mata hazel itu menatap lekat orang yang berada di hadapannya. Mulutnya menyunggingkan senyuman tidak simetris. Seringai yang menggambarkan rasa ketidak sukaannya terhadap pria berambut hitam di hadapannya.
"Untuk apa kau mendatangi kami lagi ?" tanyanya sinis.
"Sasori."
"Tidak kah cukup untuk membunuh okaasan karena percobaanmu itu? Apa sekarang kau ingin mengambil imouto untuk uji cobamu lagi? " tanya Sasori sinis.
"Kau tidak mengerti Sasori. Aku melakukan itu demi dirimu dan ibumu juga."
"Dengan mengorbankan nyawa Okaasan?!"
"Aku sangat menyayangi kalian bertiga. Segala cara ku lakukan demi kalian. Ibu kalian mati, itu bukan karena diriku !"
Bugh
Sebuah pukulan Sasori hadiahkan di pipi kiri sang ayah. Matanya berkobar menatap ayahnya nyalang. Mengabaikan ayahnha yang mengeluarkan muntahan darah.
"BUKAN KARENA MU KAU BILANG? LALU KARENA SIAPA, JELASKAN ! JELASKAN SEMUANYA PADAKU ! BAHKAN aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kunai mu itu menusuk jantung Ibuku, KEPARAT !"
Sasori menunduk, menatap tangannya yang baru saja ia gunakan untuk memukul orang yang dulu merawat dirinya dan Sakura. Masih teringat bagaimana kehangatan yang pernah mereka rasakan sebelum semuanya berubah saat ia melihat sang ayah membunuh ibunya sendiri.
Saat itu ia langsung berlari meninggalkan ayahnya yang juga merasa terkejut akan kehadiran anaknya. Sasori berlari masuk ke dalam kamar Sakura dan membawa adiknya yang masih berusia setengah tahun itu keluar dari rumah dengan cara menggendongnya dengan sebuah selendang yang sering digunakan ibunya untuk menggendong sang adik. Kaki mungilnya ia langkahkan menuju ke rumah neneknya. Dia mengatakan segalanya yang membuat nenek Chio bergegas ke rumah Sasori.
Di dalam rumah sang nenek ia hanya bisa menatap kosong ke arah depan sembari menepuk-nepuk sang adik agar tetap tertidur. Ada dua orang yang menemaninya, dia adalah anak nenek Chio yang umurnya satu tahun di atasnya.
-o-
"Kau melakukan itu sekarang Yashamaru? Di depan anakmu sendiri? Sungguh aku tidak mempercayainya," ujar nenek Chio melihat anaknya yang masih gusar.
"Astaga ibu, aku tidak tahu apa yang harus aku jelaskan kepada mereka nanti. Ini demi kebaikan mereka juga. Mebuki yang menyuruhku untuk melakukan ini, seharusnya aku tidak mendengarkan perkataannya. Tapi dia selalu bisa meyakinkanku bahwa dua nyawa lebih berharga daripada satu nyawa. Kenapa? Kenapa aku melakukannya ! AAAAGGHHRRR" Yashamaru meremas rambutnya kasar.
Sang ibu memeluk anaknya erat. Seseorang yang belum pernah sama sekali mengeluarkan air mata, kini terlihat rapuh. Meringkuk bagaikan bayi yang baru saja melakukan kesalahan. Nenek Chio mengerti bagaimana perasaan sang anak kali ini. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana kedepannya. Dia sangat yakin bahwa Sasori akan membenci orang tuanya sendiri.
-o-
.
S
A
K
U
R
A
.Halo ayam kambek. Maappin Lala yg baru up hari ini setelah sekian lama menggantung cerita. Ada beberapa hal yg membuatku tidak bisa update selain karena tugas sekolah yang menggunung aku juga harus menyelsaikan beberapa pekerjaan yg kini sedang ku tekuni eaaa.
Salam literasi..🐙

KAMU SEDANG MEMBACA
Haruno Sakura
FanfictionUjian chunin dilakukan dengan tanpa ada kejanggalan apapun sampai ujian terakhir membuat kelompok 7 kewalahan. Mereka harus menangani tim yang berasal dari desa Otogakure. Setidaknya itu yang mereka tahu sejak tim itu memperkenalkan dirinya dengan s...