Ketika sampai pada harinya, saya kembali mengingat sebagian darah
yang telah lama pergi, sang kepala keluarga. Sejenak saya menundukkan
wajah ini, mendalaminya dengan hati yang penuh marah, meski kaki enggan
terpengaruh untuk berhenti melangkah. Saya tidak pernah punya niat untuk
menggantikan posisimu saat ini, sangat disayangkan adanya sebuah
argumentasi yang membuat kamu memutuskan untuk pergi. Bagaimana
suasana rumah barumu? Sepertinya mewah sampai-sampai kamu enggan
sesekali melihat rumah yang sebenarnya. Saya tidak membencimu, hanya
saja kecewa ini seperti tanpa maaf. Sebab kamu membuat sejarah pengecut
yang sangat mempengaruh di kehidupan saya. Apa saya berharap kamu
pulang? Tidak, sama sekali tidak! Saya hanya ingin ibu merasa aman berada
dengan saya, dan saya tidak ingin melihat hatinya ketika ia bertemu kamu
kembali. Itu hanya akan membuat ia hancur. Maaf, jikalau saya memang
menjadi anak yang tidak bisa menghormatimu lagi. Namun, ketika
saya masih bisa mengingatmu, itu berarti saya masih menganggap
kamu ada. Barangkali bukan untuk di dunia ini, melainkan tempat terakhir
dimana kita akan menghadap sang maha pencipta. Sampai jumpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutipan | Quotes | Story | Sajak | Puisi |
Short StoryHallo brad&sis, yuk kita cek isi dari halaman ini, Cekidot 👈 • •Tag pacar, mantan, sahabat kalian ☺ Share, follow, pasti di follback 😊👆 • •10/10/2018 • •Jangan lupa hastag #virussastra jika ingin di share ya ☺ • @virus.sastra • Thanks 🙏