Tak sedingin hujan

19 0 0
                                    

"Yahh, gerimis" Keluh Kare yang menengadahkan telapak tanganya ke atas, mencoba merasakan rintikan hujan yang turun.

Akhir-akhir ini cuaca memang sering hujan. Polosnya Kare tidak pernah membawa payung atau apapun yang bisa dimasukkan kedalam tasnya sebagai alat untuk mengantisipasi kalau kalau kehujanan dijalan.

Tak jauh dari tempat Kare berjalan ada halte bus yang seolah menggoda Kare agar segera berteduh.

Kare pun berlari dan menepi. Ia duduk di salah satu bangku yang tersedia disana. Hujan semakin deras, tubuh Kare mulai terasa dingin. 

Dari kejauhan terlihat seorang pengendara motor sport berwarna merah mendekat, mencoba menepi di halte bus tempat Kare berteduh.

Seorang pria berperawakan tinggi tegap mencoba memarkirkan motornya di pinggir jalan dan segera melepaskan helmnya.

"Lu?" Tanya Kare ketika berhasil mengenali wajah pria tersebut. Artame. 

"Kenapa? ini kan tempat umum" Jawab Artame singkat.

Kare hanya diam.

"Cuek banget sih jadi cowok" Gerutu Kare dalam hati.

Sudah hampir setengah jam, bukannya reda hujan malah turun semakin deras.

Sementara itu, baik Artame maupun Kare tidak ada yang mau membuka suara untuk memulai obrolan. Mereka hening, larut dalam lamunan masing-masing.

Tiba-tiba terdengar suara bersin.

Hachhimm..  Hachhimm..

Kare bersin berkali-kali. Ia mengucek-ngucek hidung mancungnya yang mulai terasa gatal.

Kare menggigil kedinginan. Matanya terkatup-katup, kepalanya mulai terasa pusing, wajahnya pucat pasi, dan bibirnya mulai membiru. Sejak kecil Kare memang rentan terhadap dingin.

Artame yang tak sengaja menengok ke arah Kare dengan sigap melepas jaket hoodie yang sedang ia kenakan dan langsung memakaikannya pada Kare.

Tinggal lah kaos lengan pendek membalut tubuh sixpacknya. Dengan mengenakan sepatu kets dan celana jeans yang tidak terlalu ketat, Artame terlihat seperti tipe orang yang easy going.

"Lu pake jaket ini, lu kedinginan, bibir lu biru, muka lu pucet banget"  Ujar Artame khawatir begitu tahu kondisi Kare.

Entah setan apa yang memasuki tubuh Artame, nalurinya seolah berkata bahwa ia harus melindungi Kare saat itu juga.

Kare hanya pasrah ketika tangan kokoh milik Artame menyentuh tubuh Kare hanya untuk memakaikan jaket yang ia kenakan.

Seperti sedang merogoh sesuatu, Artame mengeluarkan korek api dari dalam saku celananya. Artame adalah perokok aktif, maka tak jarang jika ia membawa korek api kemana-kemana.

Ia menghidupkan korek apinya dan mencoba meraih tangan Kare.

Kare tersentak kaget dan segera menarik kembali tangannya.

"Maaf kalau gue kurang sopan, saat ini cuma ini satu-satunya cara agar badan lu sedikit terasa hangat. Tenang aja, Gue gak akan ngebakar tangan lu dengan korek api ini." Ujar Artane dengan suara yang tetap cool mencoba meraih kembali tangan Kare untuk yang kedua kalinya.

Kare hanya diam. Ia mulai tak menghiraukan apa yang akan dilakukan oleh Artame. Saat ini ia hanya ingin terselamatkan dari rasa dingin yang mulai mencekam.

Artame mulai menghidupkan korek api miliknya di dekat telapak tangan Kare lantas kemudian menggosok-gosokkan dengan telapak tangannya yang juga di panasi korek api.

KareninaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang