There

23 1 0
                                    

Hari ini Ivan tampak lesu. Dia semalam demam. Bundanya sudah melarang Ivan untuk kesekolah hari ini, tapi Ivan tetap kekeuh untuk kesekolah dengan alasan ujian. Ya, memang hari ini ada ujian matematika dikelasnya. Bukannya Ivan rajin, tapi siapa yang akan memberinya contekan jika dia ulangan susulan nanti. Membayangkannya saja, Ivan sudah bergidik ngeri.

"van, kekantin kuy." ajak raka. Sahabat Ivan satu satunya. Ivan tidak memiliki banyak teman karena dia tidak mudah percaya. Sebenarnya banyak sih yang mau berteman dengannya. Hanya saja, melihat wajahnya yang kelihatan sangar dan dingin, membuat nyali siapa saja menciut. Kecuali raka. Mereka sudah berteman semenjak Mereka menduduki bangku sekolah menengah.

"nggak deh, rak. Kepala gue sakit." eluh ivan

"yaudah, gue duluan." raka berlalu meninggalkan Ivan sendiri dikelas.

                            🌺🌺🌺

"Rania." panggil raka pada Rania ketika melihat cewek itu duduk dikantin bersama Eva.

"iya. Ada apa kak raka?" jawab Rania sedikit bingung. Karena ini pertama kalinya raka mengajaknya berbicara.

"suami lo sakit tuh." kata raka yang membuat Rania bingung.

Rania mengernyitkan. Suami? Siapa? Menikah saja belum.

"Rania nggak punya suami kak." tuh kan lemotnya mulai lagi.

"emangnya lo nggak mau Ivan jadi suami lo?" Rania tersedak mendengar ucapan raka.

"ya mau lah, kak."rania menyengir. Eva saja yang duduk disebelahnya geleng geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.

" udah deh, lo cepetan kesana. Sebelum diska dateng. Gue itu nggak suka sama dia."rania segera berdiri meninggalkan Eva yang melongo ditempatnya.

"eh, lo sahabatnya Rania, yah?" tanya raka pada Eva setelah Rania pergi.

"iya kak." jawab Eva sedikit kikuk. Kapan lagi diajak bicara sama kakak kelas yang cogan. Sahabatnya Ivan lagi. Siapa sih yang tidak mengenal Ivan di Sma Nusantara. Seorang the most wanted yang sangar dan dingin.

"Gue boleh duduk, nggak?" kata raka yang langsung duduk saja disamping Eva.

Mau dilarang juga udah terlanjur duduk.

"eh iya kak."jawab Eva.

Mereka pun mulai berbincang mengenai sahabat sahabat mereka sampai pribadi Mereka masing masing. Sebenarnya sih bukan Mereka berdua. Karena hanya raka saja yang bercerita, sedangkan Eva hanya mendengarkan sesekali menyahut.

                            🌺🌺🌺

Rania berlari menuju kelas Ivan. Namun Rania tidak menemukan cowok itu. Kemana perginya? Rania segera berlari lagi, berharap Ivan berada disana. Uks. Tempat yang dituju Rania saat ini. Saat sampai di Uks, Rania melihat Ivan berbaring sembari memegang kepalanya.

Belum sempat rania melangkah mendekati Ivan, dia melihat diska berjalan menuju ke Ivan dari arah berlawanan dari Rania sembari membawa baskom berisi air serta kain bersih. Berarti diska sedari tadi disini menemani Ivan. Rania terlambat lagi.

Walaupun demikian, Rania tetap melangkah mendekati Ivan. Apa salahnya menanyakan keadaan Ivan?

"ehm." deheman Rania yang berhasil menyadarkan kedua makhluk itu. Ivan memutar bola matanya jengah. Cewek itu selalu saja mengganggu waktunya dengan diska.

"ngapain lagi sih lo kesini?" tanya Ivan ketus pada Rania. Diska tersenyum miring mendengar itu.

Namun Rania tidak menjawab. Justru dia balik bertanya. "kak Ivan nggak papa kan?"

"lo kesini cuman mau nanyain itu doang? Lo bisa liat sendirian gue baik baik aja, jadi lo bisa pergi sekarang." usir Ivan pada Rania dengan suara otoriternya.

Rania mengerucutkan bibirnya. Dia merasa kesal. Kenapa Ivan tidak pernah mau berlaku lembut padanya?

" nggak mau, ah. Rania mau disini aja ngobatin kak Ivan. "Rania tidak mau menyerah.

" udah ada diska disini, jadi lo bisa pergi sekarang. "sakit yang dirasakan Rania saat Ivan mengatakan itu.

" iya Rania, aku aja yang ngobatin Ivan. "kata diska yang diam sedari tadi. Katanya sangat lembut. Diska tersenyum pada Rania.tapi rania anggap itu sebagai senyuman mengejek.

Cih, dasar bitch. Batin Rania.

" tapi kan, kak-"

"gue bilang lo pergi sekarang"bentak Ivan keras pada Rania. Diska saja yang mendengarnya, kaget. Apalagi Rania yang ditujukan bentakan itu.

Rania langsung saja keluar dari Uks itu. Pandangannya mulai mengabur akibat air yang berkumpul di pelupuk matanya. Air itu dapat tumpah kapan saja saat Rania mengedipkan matanya. Rania tidak boleh menangis. Memalukan. Rania yang biasanya ceria tidak boleh menangis.tapi air matanya tidak bisa diajak kompromi.
Air mata sialan.

                            🍀🍀🍀

My hopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang