Seven

18 1 0
                                    

Rania berjalan santai menuju kelasnya. Dikoridor menuju kelasnya, Rania melihat Ivan dan diska sedang berbincang.

"hai kak Ivan." sapa Rania pada Ivan. Rania tidak sudi menyapa diska.

"hai Rania." sapa diska tersenyum miring pada Rania.

"Gue nggak nyapa kak diska." kata Rania tersenyum mengejek.

"tapi kan Ivan pacar aku, jadi sama aja kan, van?" Rania mendengus mendengarnya.

Ivan hanya menganggur pada Diska. Dia memandang datar Rania. Rania yang dipandang pun mengernyit.

"kenapa, kak Ivan?" tanya Rania pada Ivan.

"nggak, kemarin lo sama siapa?" tanya balik Ivan pada Rania. Ivan bertanya dengan wajah datarnya namun terselip rasa marah. Ivan juga tidak tahu kenapa.

"kemarin? Siapa kak?" Rania tidak mengerti.

"ah,sudahlah.yuk,diska balik ke kelas. Bentar lagi bel." Ivan merangkul Diska menuju kelasnya.

Rania ingin sekali menghentak tangan Ivan. Menjauhkannya dari diska. Rania mendengus, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

                            🍥🍥🍥

Guru biologi memasuki kelas Rania. Bu Dita guru biologi sekaligus wali kelas Rania.

"selamat pagi anak anak. Hari ini kalian kedatangan teman baru. Silakan masuk."

Seorang cowok melangkah masuk kedalam kelas sebelas ipa 1.para kaum hawa teriak histeris saat cowok itu berdiri didepan kelas.

"perkenalkan nama saya vian orlando virsdard. Saya pindahan dari Jerman. Senang berkenalan dengan kalian."sapa vian. Rania yang mendengar itu mendongakkan kepalanya. Yang awalnya menidurkan kepalanya di meja kini mendongak melihat vian.

Vian tersenyum kearah Rania. Siswi kelas ipa 1 histeris saat vian tersenyum.

" dia senyuman lo, ran. "histeris Eva.

" dia teman smp gue. "jawab Rania malas sembari menidurkan kepalanya lagi.

Eva melongo tidak percaya.

" seriusan lo? "tanya Eva tidak percaya.

Rania yang ditanya hanya berdehem. Malas menanggapi pertanyaan eva.

Eva dan Rania berteman semenjak kelas delapan smp. Waktu itu Eva siswi pindahan. Sedangkan vian pindah ke Jerman disemester akhir kelas tujuh. Dulu Rania dan vian cukup dekat. Bahkan banyak yang mengira mereka pacaran. Namun sebenarnya tidak. Vian memang sudah mengatakan pada Rania kalau dia menyukainya, tapi Rania menolak dengan alasan tidak ingin merusak pertemanan mereka. Jadilah vian menerima saja alasan cewek itu. Dia tidak ingin memaksa Rania.

"baiklah vian, silahkan duduk." vian berjalan melewati meja Rania. Tidak lupa dia mengedipkan matanya kearah Rania. Rania yang melihatnya sedikit salah tingkah.

                             💠💠💠

Bel istirahat telah berbunyi beberapa waktu yang lalu. Tapi guru biologi itu belum juga keluar dari kelas Rania. Rania mendengus kasar. Biologi adalah pelajaran yang paling dibenci Rania. Tapi mau bagaimana lagi, wali kelasnya seorang guru biologi.

"huft...." Rania menghembuskan nafasnya kasar.

"kenapa, lo?" tanya Eva bingung.

"kenapa sih biologi nggak dihilangin aja, sekalian tuh bawa matematika."

Eva cekikikan mendengar eluhan Rania. Walaupun Rania pintar dipelajaran matematika, tapi itu tidak menuntut Rania harus menyukai pelajaran yang membosankan itu, bukan?

Selang beberapa menit, akhirnya bu duta keluar juga dari kelas ipa 1.rania bernafas lega sembari bangun dari duduknya.

"kanti, kuy." ajak Rania pada Eva.

"Gue boleh ikut, nggak?" tanya vian tepat dibelakang Rania.

"eh, boleh kok.kuy."rania menarik tangan Eva keluar kelas. Sedangkan vian mengikuti kedua cewek itu dari belakang.

Suasana kantin saat ini sangat ramai. Rania memicingkan matanya mencari sosok yang selama dua tahun ini dia perjuangkan.

"nah,ketemu,yuk." Rania menarik lagi tangan Eva menuju meja Ivan yang hanya ditempati cowok itu dan diska.

"hai, ganteng." sapa Rania centil pada Ivan.

Kenapa nih cewek makin hari makin aneh, ya? Celetuk Ivan dalam hati sambil memandang Rania datar.

"boleh duduk disini nggak, kak diska." Rania mengedipkan sebelah matanya pada Diska.sedangkan diska hanya memandang cewek itu aneh.

Karena tidak mendapat sahutan, Rania langsung saja duduk didepan Ivan diikuti Eva dan vian. Rania meletakkan kedua tangannya dimeja. Memandang Ivan lekat sembari senyum senyum tidak jelas. Sesekali terkekeh. Eva yang melihat sahabatnya, hanya memutar bola mata malas.

"waras lo?" tanya Ivan pada Rania. Ivan kasihan melihat cewek itu. Jangan salah paham, Ivan kasihan kepada orang tua Rania. Apakah mereka tahu kalau putri sulung keluarga Rischcard ini sudah tidak waras?

Ck ck ck.

"kak Ivan makin hari makin ganteng aja, deh." kata Rania mencolek dagu Ivan. Rania hanya menyengir melihat Ivan yang memandangnya tajam. Serta diska yang tampak kesal.

"kamu itu yang sopan, ya. Ivan itu pacar aku." kesal diska tidak terima Ivan diperlakukan seperti itu.

Vian yang melihat itu, hanya diam. Dia tidak mengerti apa yang dilakukan Rania.

"ah, kak Ivan kalo diam bikin gemes, deh." Rania mencubit pipi Ivan.

Diska lantas menjauhkan tangan Rania.

"heh, lo nggak tau diri banget, ya."

Wah wah. Macannya udah keluar. Bahkan cara bicaranya pun sudah berbeda. Rania sengaja membuat diska kesal. Agar ivan dapat melihat sisi berbeda cewek itu.

"Ivan itu udah jelas jelas nggak suka sama lo, terus kenapa lo masih berani deketin dia."diska berhenti sejenak, mengatur nafasnya yang tersengal sengal.

" dia itu punya gue. "sambil menunjuk Ivan" jadi lo harus sadar diri dong. Dasar cewek nggak tau malu,mur... "

Semua yang ada dimeja itu tersentak kaget. Ralat, seisi kantin tersentak kaget. Bahkan Ivan pun demikian. Rania menampar diska. Sekali lagi biar heboh.

RANIA MENAMPAR DISKA

" lo, kalo ngomong dijaga, ya. Lagian gue cuman pegang pipinya doang. Kenapa lo semarah ini?" Rania menunjuk tepat didepan wajah diska." harusnya lo itu sadar siapa yang lebih murahan. Ck ck ck. Gue nggak nyangka cewek kalem kek lo itu keluar masuk club. Bahkan...."

My hopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang