Six

24 1 0
                                    

Ivan yang baru saja keluar dari kamarnya, kaget melihat sosok tidak diundang sedang duduk disofa apartemennya. Yang lebih membuatnya kaget, bagaimana bisa makhluk ini masuk?

"ngapain lo kesini?" tanta Ivan kesal.

"eh, kak Ivan. Rania udah siapin makanan didapur, kak." Rania menunjukkan senyumnya pada Ivan.

"lewat mana lo, masuk kesini?" Ivan mulai kesal. Kenapa sih Rania selalu saja mengganggunya.

"lewat pintu lah, kak."jawab Rania dengan tampang watadosnya.

" lo tau dari mana passwoord apartemen gue? "Ivan tidak habis pikir dengan Rania. Bisa bisanya cewek itu masuk apartemennya.

" dari tante rani. "jawab Rania polos. Rani nama bunda Ivan.

" bisa bisanya ya, bunda ngasih tau lo? Terus lo mau ngapain kesini? " kesabaran alvin sudah berada di puncaknya.

"emangnya nggak boleh?" Ivan mendengus mendengarnya.

"kalo lo, nggak boleh." kata Ivan sambil berjalan masuk menuju kamarnya.

"loh,mau kemana?" Rania berdiri mengikuti Ivan.

"mau liat gue ganti baju?" tanya Ivan sinis.

"ah, enggak. Tapi kalo maksa nggak papa deh." Rania menunjukkan cengirannya. Ivan menyentil kening Rania.

"dasar mesum." Ivan berlalu masuk dikamarnya. Dia membanting pintu kamarnya keras hingga membuat Rania terlonjak kaget.

🍃🍃🍃

"lo ngapa masih disini?" sinis Ivan saat keluar dari kamarnya.

"kak Ivan mau kemana?" tanya Rania yang melihat Ivan berpakaian rapi.

"Gue mau kencan sama diska." kata Ivan menekankan kata 'kencan'.

"oh, kalo gitu Rania pulang dulu ya, kak. Bye." Rania berlalu pergi keluar apartemen Ivan.

Ivan yang melihat Rania pergi, merasa bingung. Kenapa cewek itu tidak menghalanginya? Tapi baguslah, dia tidak akan mengganggu momen kencangnya dengan diska.

Ivan tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya. Dia pun keluar apartemen setelah mengunci apartemennya.

Saat sampai diparkiran, Ivan melihat Rania masih ada disini. Rania terlihat sedang berbincang dengan seorang cowok jangkung yang seumuran dengannya. Entah kenapa, Ivan merasa sedikit kesal melihat Rania dengan cowok itu. Tapi Ivan tidak mau memikirkannya.

🍥🍥🍥

"Rania." panggil seseorang dari arah belakang Rania. Rania mengernyit saat cowok itu memanggil namanya. Bagaimana dia bisa tahu? Sedangkan Rania saja tidak tahu siapa dia.

"iya." Rania membeku ditempatnya saat cowok itu tiba tiba saja memeluknya.

Rania langsung mendorong cowok itu dengan kasar. Cowok itu tersentak kaget.

"lo itu siapa sih? Dateng dateng langsung main peluk." Rania kesal.

Cowok itu tertawa mendengarnya. Rania makin mengernyit.

Rania ternyata nggak berubah. Batin cowok itu.

"Gue vian, teman smp lo." Rania tampak berpikir. Setelahnya Rania membulatkan matanya tidak percaya. Vian teman smp ya tidak seperti ini, sekarang jadi cowok jangkung, ganteng lagi. Tapi lebih ganteng Ivan menurut Rania.

Rania lantas memeluk vian.

" Gue nggak percaya ini beneran lo, sekarang jadi cogan gini." vian terkekeh mendengarnya.

"apa kabar?" tanya Rania kepada vian setelah melepas pelukannya.

"ya, seperti yang lo liat sekarang." jawab vian sambil tersenyum manis kearah Rania. Rania jadi salah tingkah disenyumi seperti itu.

"ah, kapan baliknya dari Jerman?" vian dulu pindah ke Jerman saat masih smp Karena bisnis papanya.

"minggu kemarin. Dan minggu ini rencananya gue bakal sekolah disekolah lo." Rania manggut manggut mendengarnya.

"lo masih tinggal dirumah lo yang dulukan?" Rania hanya mengangguk.

"kalo gitu boleh minta id line lo, nggak?" Rania mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

"boleh. Nih." vian menerima ponsel yang disodorkan padanya.

Vian mengernyit melihat wallpaper ponsel Rania.

"ini siapa, ran?" vian menunjukan layar ponsel Rania.

"calon suami gue." jawab Rania sarkastik. Vian yang mendengar itu entah kenapa sedikit tidak suka.

"lo bisa aja, ran." vian kembali menyodorkan ponsel Rania.

"oh iya, gue pulang dulu ya, vian. Sampai ketemu disekolah." Rania beranjak masuk kedalam mobilnya berlalu meninggalkan vian yang masih ditempatnya.

My hopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang