4

39 8 1
                                    

      Entah kenapa, rasanya begitu nyaman -Sa

Aksa POV

Aku tiba-tiba terkejut akibat dorongan Chessy, dia menangis sambil mendorong tubuhku dan sesekali berteriak memanggil nama Ara. Dan dia pun menunjuk jarinya ke wajahku.

"Heh, yang jaga belakang tadi kan lo, Lo seharusnya nggak bakal ngebiarin siapapun yang berada paling belakang selain lo. Trus kenapa lo kenapa ngebiarin dia hah. BANGSAT!!"

Aku hanya diam, tidak berkata sedikitpun. Aku merasa bersalah karena tugas menjaga dibagian belakang adalah aku.

"Arrggghhhhh"-ucapku frustasi

"Lo harus temuin Ara sekarang, gue nggak mau kalo sampai terjadi apa apa sama dia"- ucap Chessy

Linda yang sedari tadi hanya diam pun kini berbicara kepada Aksa sambil mencengkram ujung jaketnya.

"DIA TAKUT GELAP BANGSAT!! Kalo sampe dia kenapa napa, gue nggak akan tinggal diam!"

Tanpa berbicara, aku langsung menghempas tangan Linda dari ujung jaketku dan langsung berjalan lebih jauh dari jalan ini untuk mencari Ara.

Sebelum masuk lebih dalam menuju hutan, aku secara tak sengaja melihat Sheeva bersama seorang lelaki yang tidak kukenali. Mereka sedang tertawa bersama dan sesekali lelaki itu menyuapkan makanan ke dalam mulut Sheeva. Secara tak sadar aku mengepalkan tangan dan ingin menghampiri mereka. Tapi gerakanku terhenti saat pikiranku terpenuhi oleh Ara, aku pun mengabaikan mereka dan pergi dari tempat itu untuk mencari Ara kembali.

Ternyata gue salah nilai lo va batinku

Rasa bersalah kini terus mengelilingi otakku, Bagaimanapun aku harus menemukan gadis itu.
Hanya berbekal sebuah senter, aku pun semakin masuk menuju hutan tadi dan mencari gadis itu.

______________

Dua jam lebih Aksa mengelilingi hutan sendirian, namun masih saja tidak ada tanda tanda keberadaan Ara.

Sesekali dia melirik jam tangan dan waktu menunjukkan pukul 01.00 pagi. Aksa menghembuskan nafas kasar dan kembali mencari Ara.

"ARA...."
"Lo dimana?...."
"Plis jangan bikin gue pusing"

Aksa berteriak dan sesekali mengacak rambutnya kasar karena belum menemukan Ara.

Dia duduk sejenak, mengatur nafas dan sesekali melirik jam yang berada di tangan kirinya.

"Hiks....hiks....hiks...."

Aksa yang mendengar suara tangisan itu langsung berdiri dan mencari kemana arah suara itu.

Semoga itu lo batin Aksa

...................

Menangis, itu yang hanya bisa Ara keluarkan, dia tidak bisa berbuat apapun, karna di hutan ini pun gelap dan Ara sama sekali tidak membawa alat penerangan. Hp yang tadi dia bawa untuk mencoba menghubungi dan meminta bantuan pun mati karena kehabisan baterai.

Tiba tiba sebuah tangan menepuk pundaknya, Ara menoleh dan mendapati Aksa. Aksa duduk disamping Ara dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Lo nggak papa?"

"Gue nggak papa kok"-ucap Ara sambil mengusap air mata yang terus menetes.

Ara terbelalak ketika Aksa memeluknya erat. Ada rasa penyesalan sekaligus kekhawatiran yang terlihat diwajahnya.

"Nggak papa gimana? Mata lo aja sampe sembab gitu"

"Beneran kok nggak papa, gue cuma takut gelap doang"

"Ya udah kalo gitu kita tidur sini aja, besok pagi kita cari jalan pulang"

Ara mengangguk dan menyenderkan kepalanya di dada bidang Aksa sambil menggosok gosokkan tangan agar bisa mendapat kehangatan.

Aksa yang tersadar akan hal itu pun segera melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Ara. Ara menggeleng dan berusaha menyakinkan bahwa ia tidak kedinginan.

"Udah pake aja"-ucap Aksa sambil menahan tubuhnya agar tidak menggigil.

"Tapi, Lo nggak kedinginan?"-ucap Ara khawatir

Aksa tersenyum dan menggeleng. Tapi Ara dapat merasakan getaran tubuh Aksa yang menggigil kedinginan.

"Lo menggigil"-ucap Ara menatap wajah Aksa

Tiba tiba Ara dikejutkan sebuah tangan yang melingkar di perutnya, ia mematung seketika.

Aksa yang melihat tingkah Ara pun tersenyum.

"Kalo kaya gini, pasti nggak bakal kedinginan lagi. Udah ayo tidur"
Ara mengangguk dan tertidur di pelukan Aksa.

Aksa pun tersenyum lagi dan kali ini dia berusaha menahan detak jantungnya supaya tidak didengar oleh Ara.

Kenapa gue jadi nyaman gini? Batinnya

...........

Ara terbangun, melihat sekitar dan mendapati Aksa yang sedang tertidur dengan tangan yang masih memeluk Ara. Ia memperhatikan wajah Aksa yang sedang tertidur, menelitinya setiap inci sambil tersenyum.

"Gue tau kok, kalo gue itu GANTENG"
Ara yang mendengar itu pun terkejut dan segera memalingkan wajahnya berlawanan dengan wajah Aksa.

Kenapa sampe ketahuan sih batin Ara sambil menetralkan jantungnya yang kini sedang berdetak tidak karuan.

"Jantungnya kenapa mbak?"goda Aksa sambil terkekeh

Ara yang mendengar itu seketika malu dan berusaha untuk tidak tersenyum. Dan tanpa sadar bahwa kini pipinya memerah.

"Pipinya abis ditabok macan ya? Kok sampe merah gitu"Lagi dan lagi Aksa menggodanya.

Ara yang mendengarnya lagi pun tertawa.

"Eh, mana ada macan nabok?"

"Kalo nggak ada berarti itu abis dicium ya?"goda Aksa, lagi dan lagi pipi Ara pun memerah.

"Mana ada"-ucap Ara tegas dan berusaha menahan rasa malunya

"Ada kok"

"Nggak"

"Ada Ara"

"Nggak ada Aksa"

"Ada"

"Nggak"

"Ada kok"

"Mana?"

Cup

Ara membelalakkan matanya karena bibir Aksa berhasil mendarat di pipinya. Membuat pipi Ara semakin memerah.

"diem juga kan lo, hahaha"

Kini seluruh hutan dipenuhi oleh tawa Aksa, sedangkan Ara berusaha untuk menutupi pipinya yang sudah merah padam.

"Udah udah, kita cari jalan pulang. Ayo"

Aksa menjulurkan tangannya dan diterima oleh Ara. Mereka berdua berjalan sambil bergandengan dan sesekali tertawa akibat tingkah Aksa.

Kok gue jadi sayang batin Ara

































AKSARA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang