Bercerita padamu, membuat masalahku lebih ringan katamu. Apa itu benar? Atau kalimat itu akan kau ubah saat kau mendapatkan sesuatu.
*****
Bel istirahat baru saja berbunyi. Natasha memasukan buku-bukunya di kolong meja. "Eh, ayo kekantin. Udah laper banget tau, gue nggak sarapan tadi," Ajak Amanda.
"Iya, iya bentar." Natasha berdiri dari bangkunya, "Nah, ayo."
Natasha dan teman-temannya kecuali Elsa pergi kekantin. Tadi mereka menawarkan Elsa kekantin namun ia menolak, sepertinya mood nya sedang rusak. Entahlah, sekarang Elsa jauh lebih murung, dan sepertinya juga sedang banyak masalah.
Natasha melewati bangku Rama yang ada didepannya, Rama melihatnya sinis, sementara Natasha berusaha bersikap biasa saja.
"Gue siomay sama Jus Alpukat aja deh," pesan Sabil. "Gue omelet, sama milkshake," pesan Maura. "Gue roti bakar aja. Samaa, hmmm, apa ya?, Ice coklat deh." pesan Natasha.
"Hmm, ya bentar gue pesenin." jawab Amanda ketus. Amanda meninggalkan ketiga temannya itu dan pergi memesan.
"Eh, Nat. Gue entar nginep dirumah lo tiga hari ya. Gue males dirumah, gak ada orang. Serem tau," ucap Sabil.
"Oh ya, enak dong. Gue ada temennya, tapi Bil, lo kerumah gue naik taksi barebg gue aja ya. Gue gak bawa mobil,"
"Nggak usah, gue bareng sama Kak Langga kok. Jadi gak ngerepotin lo banget."
"Ih seru banget deh, kapan-kapan gue ikut juga ya, gue juga barusan download drakor baru."
Tiba-tiba seorang pria mendatangi meja Natasha dan teman-temannya. Natasha yang tau itu, dengan segera pergi dari mejanya.
"Eh, gue ketoilet dulu ya."
"Ho oh"
Natasha berjalan menjauhi seseorang yang memang sengaja ia hindari. Rama. Semuanya terlambat, Rama telah menghadang jalan Natasha. Natasha berusaha menghindar, tetap saja, Rama selalu mengahadangnya. "Lo itu ngapain sih?" Bentak Natasha.
Rama terkekeh lalu menarik tangan Natasha, "Lo ikut gue"
"LO ITU SIAPA SIH? MU-MURID BARU AJA BELAGU," Teriak Natasha dengan keras, meskipun ada sedikit keraguan mengucapkan kalimat itu.
"Gue gak yakin kalau lo lupa sama gue Natasha Kavindra."
"Apaan sih? Sejak kapan gue kenal lo? Lupa apaan sih? Dasar gak jelas. Udah sana, gue mau pergi. Minggiiir," Natasha berjalan dengan cepat menuju toilet meninggalkan Rama.
Natasha masuk kedalam toilet, badannya bersender pada pintu yang sudah ia tutup. Perlahan air matanya jatuh, Natasha menangis. "Hiks, hiks, kenapa sih Ram? Lo harus balik. Itu yang buat gue susah lupain lo. Hiks, hiks."
Natasha mengusap air matanya yang berjatuhan, "Nggak, nggak Natasha. Lo harus lupain Rama. Lo cewek kuat. Lo harus hadepin Rama, lo nggak boleh takut. Dia itu brengsek, gak pantes buat lo tangisin." monolog Natasha.
"Oke, sekarang lo tenang. Tarik nafas," Natasha menarik nafas, "tarik nafas lagi," Natasha menarik nafasnya lagi. "Oke" Natasha membalikkan badannnya menghadap pintu lalu membuka pintu itu. Natasha keluar dari kamar mandi dan dikagetkan dengan seorang cowok yang sudah ada didepannya. Devano.
"Natasha lo kenapa?"
"Harus ya cerita?"
"Nggak sih, tapi gue yakin kalau lo cerita sama gue, masalah lo gak seberat ini, jadi lebih ringan."
Natasha ragu menceritakannya, namun apa salahnya ia bercerita jika katanya akan membuat masalahnya lebih ringan, "Ketaman belakang kak," Natasha meninggalkan Devano menuju taman belakang sekolahnya yang lumayan sepi, supaya Natasha bercerita tanpa ada yang bisa menguping.
Devano mengikutin Natasha pasrah. Devano mencintai Natasha tanpa suatu alasan. Devano tau bahwa sekarang Natasha berada dalam kesulitan. Devano harus menemani Natasha setiap saat.
Devano dan Natasha duduk dikursi taman belakang sekolah. "Apa masalahnya Nat?"
"Kak Dev tau murid baru yang tadi hadang aku mau pergi? Dia Rama kak. Dulu aku tinggal di panti asuhan, aku bukan anak panti. Tapi aku sama kak Bella dan Kak Jihan dititipin disitu sama Papa dan Mama. Panti asuhan itu punyanya adiknya Papa. Disitu, aku ketemu sama Rama. Awalnya memang temen," Natasha bernafas gusar setelah itu melanjutkan ceritanya. "Saat aku dipanti kita sering jalan, dan-- ya, aku sama Rama menjalani hubungan spesial. Semua aku turutin kemauan dia, ponsel, jam tangan, ana, itulah. Aku lakuin itu karena, karena dia selalu buat aku senyum, ketawa lepas, nggak pernah dikecewain. Disitu aku cinta banget sama dia. Sampai suatu hari," Natasha tersenyum kecut, "Aku liat dia ciuman sama Tari, Tari itu sahabatku dipanti asuhan, disitu aku gak mau salah paham. Aku samperin dia, aku tanya. Kenapa dia lakuin itu disaat dia udah punya aku? Dan jawabannya itu nihil banget, dia bilang kalau aku itu gak sadar diri, dia cuma mau porotin harta aku. Dia bilang, kalau aku nggak patut dia pacari. Aku cuman mainan, iya aku mainan. Dan Tari, sahabat aku, dia juga jawab. Dia udah bosen sama aku, selama dia sahabatan sama aku, katanya aku egois, semaunya sendiri, serakah." Natasha menggengam erat tangannya seperti emosi saat menceritakannya.
"Disitu aku sadar, kalau cinta itu nggak ada. Kalau semua orang miskin deketin orang kaya itu cuman mau hartanya. Kalau kita bersahabat, semuanya harus dengan orang selevel. Kalau kita jalin persahabatan memang harus tau watak luar dalam. Memang semua orang pasti ada watak mereka yang jelek, dan aku harus terima. Dulu aku memang sedikit egois, aku pikir Tari bisa terima itu, kenyataannya enggak. Dulu, Tari juga bilang ke aku, kalau dia itu cuman mau harta aku. Kenapa sih semua orang itu pikirannya cuman. Harta, harta, harta. Dan mulai hari itu juga, aku ubah semua sikap aku. Aku mau temenan sama orang yang selevel. Nggak mau tau tentang cinta, cukup itu aja aku ngerasain sakit. Aku juga gak mau baik sama semua orang, kecuali orang terdeket aja."
"Terus, sekarang masalahnya apa?"
"Dia balik kak. Rama balik. Aku tau, aku udah lupain dia. Tapi, aku ngerasa takut kalo ketemu dia."
"Lo aman sama gue" Devano menggenggam tangan Natasha. Natasha tak melepaskannya. "Srain gue, ada yang tau itu?"
"Nggak, plis gausah kasih tau orang lain. Sebenernya itu privasi."
Devano mengangguk. "Nanti mau pulang bareng?"
"Mau sih"
"Ya udah, gue masuk kekelas dulu. Nanti gue tunggu diparkiran. Sekarang lo masuk, mau bel Nat."
"Duluan aja"
*****
Bel pulang baru saja berbunyi. Amanda, Elsa, dan Maura sudah pulang dahulu. Natasha masih piket, dan Sabil sedang menunggu Natasha karena ia akan menginap dirumah Natasha.
"Udah deh guys selesai. Udah lumayan bersih juga, gue pulang dulu. Ayo Bil"
Keduanya sudah ditunggu diparkiran. Natasha naik dimotor Natasha dan Sabil naik di motor Langga.
"Udah? Gak mau peluk nih" ucap Devano enteng dan cengar-cengir tanpa dosa. Mata Natasha terbulat sempurna, "Ogah"
Devani melajukan motornya kencang yang refleks membuat Natasha memeluk pinggang Devano. "Ihh" Natasha mencubit pinggang Devano.
Keduanya turun didepan rumah Natasha. "Mau mampir?"
Devano dan Langga berhadapan. "Enggak usah Nat. Kita pulang duluan." Langga hanya menganggukan kepalanya.
"Oke, ayo masuk Bil."
Natasha mendorong pintu pagar rumahnya, lalu kembali menutupnya saat ia dan Sabil sudah masuk. Natasha membuka ointu rumah, dilihatnya ada Bella.
"Natasha pulang"
Bella yang sedang bermain ponsel mendongakan kepalanya menghadap Natasha yang baru masuk bersama Sabil. "Eh, ada Sabil. Mau nginep?"
"Iya kak Bel. Dirumah gak ada orang soalnya."
"Iya nggak papa, santai aja. Anggep rumah sendiri ya, mau makan apa?"
"Tumbenan lo baik" sahut Natasha dengan nada menyindir
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/176935327-288-k333359.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyimpan Rasa ~ Devano Danendra
Romance"Cinta berakhir menyimpan rasa, dulu aku sangat mencintaimu begitu juga dirimu. Sekarang aku hanya bisa menyimpan rasa ini. Rasa yang menurutku adalah beban. Apakah dirimu juga masih menyimpan rasa kepadaku?" Natasha Kavindra, cewek yg tidak mau mas...