Prolog

1.2K 85 0
                                    

[Writer notes : Hai reader:) ini pertama kalinya aku mempublish fanfiction. Maaf kalau masih belum bisa memenuhi ekspektasi kalian😊. Akan sangat berarti bagiku apabila kalian menekan tombol vote 👍

Aku merasa hampa.
Dia sungguh tidak membantuku.
Tapi matanya selalu berkata bahwa dialah destinasiku. -W

Aku tak percaya tentang takdir atau apapun itu.
Yang aku tahu kali ini aku tak salah mendekap tangannya. -T

ps :
-(Lokasi)-
(Pikiran atau ucapan dalam hati)
POV

***

Seorang gadis berkulit putih berjalan dengan tergesa hingga tak peduli dengan rambut hitamnya yang berantakan. Hari ini dia harus mengurus sebuah pameran di Square Gallery. Tepat memasuki ruangan dia langsung menemui karyawannya.

"Hye Soo.. Apakah semua lukisannya sudah siap?"

"Iya Nona Seungwan. Semuanya sudah beres hanya saja- "

"Hanya apa? Hari ini semua lukisan dan barang pameran harus sudah ditata. Karena pemilik gallery meminta agar pameran dimajukan satu hari. Mau tidak mau tolong selesaikan hari ini, Hye Soo."

"Euh.. baik Nona Seungwan."

Gadis itu berbalik dan tiba-tiba seorang laki-laki berkacamata hitam, memakai masker dan baret berdeham di belakangnya.

"Maaf. Apa Tuan bisa minggir sebentar? Saya terburu-buru." Seungwan membelalakkan mata dan berusaha untuk pergi dari situ.

"Ehm.. saya disini ingin menemui penyelenggara pameran ini. Boleh saya tau dimana saya harus menemuinya?" Lelaki itu mengusap belakang lehernya dan terlihat kebingungan.

"Oh iya itu saya. Ada yang saya bisa bantu, Tuan?"

"Begini.. lukisan saya memerlukan perlakuan khusus dengan latar belakangnya harus hitam dan tidak ada lukisan lain di sampingnya."

"Ah maaf? Tapi ini bukan pameran solo anda. Jadi maaf saya tidak bisa mengabulkannya." ucap Seungwan yang berusaha pergi tapi terhalang oleh postur besar lelaki itu.

"Baiklah. Kalau begitu saya ambil kembali semua lukisan saya." ujar lelaki itu sambil berbalik pergi.

haduh nanti pameran tidak akan sesuai iklan, batin Seungwan.
"Huh.. oke Tuan. Saya akan mengabulkan permintaan Tuan demi kenyamanan pengunjung."

Lelaki itu tersenyum walau tak terlihat, "Terimakasih Nona"

Seungwan mengusap keringat dikeningnya dan mengrenyitkan mukanya.

Sebelum lelaki itu berbalik pergi dia berbisik, "Tersenyumlah, Nona. Kau akan lebih menawan."

"Euh maaf?" bisik Seungwan dengan muka heran.
Lelaki itu hanya tertawa kecil dan berjalan pergi meninggalkan gadis itu yang sedikit memerah.

***

Taehyung mengumpat selagi menendang batu di depannya.
"Aish.. ada apa denganku hari ini. Bahkan aku tak mengenal wanita itu." ucapnya saat mengingat yang dilakukannya di galeri tadi.

*buzzz buzzz buzzz*
"Apalagi sih?! Ya Halo hyung?"

"Taehyung! Kau dimana?? Aku butuh bantuanmu sekarang!"

"Ada apa? Adikmu merusak komikmu lagi?"

"Tidakk..! Sebentar-"
Muncul suara seorang perempuan yang terdengar mabuk, "Yah Kim Taehyung! A-aku kehilangan arah tanpamu. Tolonglah kembali padaku-uhuk."

Terdengar suara muntah di ujung telepon.
"Ada apa sih dengan dia?? Sudah kubilang kita selesai seharusnya dia bersikap lebih dewasa lagi. Toh aku bukan satu-satunya lelaki di Korea.", gerutu Taehyung yang segera menutup telepon dan berjalan kembali ke rumahnya.

***

-Rumah Taehyung-
Taehyung segera masuk ke kamarnya dan melihat seorang wanita berambut blonde sedang pingsan di atas pangkuan sahabatnya Suga.

"Ahh dia benar-benar merepotkan. Kenapa kau membiarkannya masuk?",desah Taehyung sembari mengangkat wanita itu menuju mobilnya.

"Aku tidak tega melihatnya dan dia memaksa mencarimu dalam keadaan seperti ini. Kau darimana seharian?",ucap Suga membuntuti Taehyung.

"Hmm selalu saja. Sudah sebulan dia begini terus. Ah aku hanya berjalan-jalan sore dan ke galeri."

Taehyung membaringkan wanita itu di kursi belakang.
"Kau mau ikut aku mengantar ke rumahnya?"
Taehyung menyalakan mobil dan berkendara ke rumah wanita itu.

"Aku harus ikut. Kalau terjadi apa-apa antara laki-laki dan wanita yang tidak sadar."

"Huft.. Suga hyung.. Kau tahu kan aku sudah tidak menyukainya lagi? Lagipula dulu aku juga tidak memiliki perasaan sedalam itu dengannya."

"Sungguh Tae kau harus berhenti mempermainkan perempuan. Walaupun aku tahu kau sangat tampan."

"Hahah.. mereka saja yang mudah masuk dalam perangkapku."

"Tsk.." *buzz buzz* "Oh halo iya sayang. Oke aku akan menjemputmu di tempat biasanya. Ah aku juga merindukanmu. Bye.", Suga menerima telepon dan tersenyum malu.

"Ah iya tahu yang lagi jatuh cinta~ Bahkan kau tidak mau menunjukkan wajah pacar barumu kepadaku.", Taehyung berpura-pura cemberut menggoda Suga.

"Ahahah kau ini ya nanti kalau aku serius akan kutunjukkan. Kau sendiri juga cari pacar sana!", Suga tersenyum menanggapi sahabatnya itu.

-Rumah Wanita itu-
Sampai di rumah wanita itu, Taehyung segera masuk.
ah dia tidak pernah merubah passwordnya
maafkan aku..
Taehyung segera membaringkan wanita itu ke atas sofa dan meninggalkannya karena Suga sudah menunggu di luar dengan tidak sabar.

"Yah Taehyung antarkan aku ke cafe Daum."

"Ah kau ini hyung! Mentang-mentang aku lagi bawa mobil jadi bisa menumpang seenaknya."

"Hahah sekali-kali demi sahabatmu ini."
Mereka pun pergi ke Cafe Daum.

***

-Cafe Daum-
"Taehyung aku pergi dulu."

"Okey hati-hati, Hyung. Jaga dirimu dan pacarmu. Udara sangat dingin."

"Iya tahu sampai jumpa!"

Seungwan yang sedang duduk di kursi luar cafe melihat sosok laki-laki yang mirip dengan sosok di galeri tadi sedang melambaikan tangan ke pacarnya.

Ah pasti aku salah. Bukan bukan dia apalagi dia yang pernah kukenal.
Seungwan menggumam sambil memegangi kalung angsa yang terikat di lehernya.

***

MAPS✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang