Prologue

95.1K 5.2K 404
                                    

🔥🔥🔥

"Punya mata nggak?"

"Punya."

"Kenapa nggak dipakai pas jalan?"

"Emang sejak kapan jalan pakai mata?"

Sorot matanya makin tajam menatapku.

Persis binatang buas yang siap menerkam mangsanya.

Eh tapi, dia kelewat ganteng kalau disamain sama binatang buas!

"Setauku jalan pakai kaki kan?"

Rahangnya yang lumayan kokoh mengatup rapat.

Aku yakin cowok di depanku ini bakalan meledak sebentar lagi. Sumbu di kepalanya jelas makin pendek saking emosinya, meski wajahnya tetap kelihatan dingin.

"Agni Kalandra."

Mata tajamnya sempat tertangkap melirik id card yang kukalungkan di leher.

Jelas aja!

Kalau nggak, mana mungkin dia bisa tau nama lengkapku kan?

"Jurusan Teknik Geologi," lanjutnya datar.

"Hobi makan, makan dan tidur. Alasan masuk jurusan, buat nambah hobi biar jadi makan, tidur dan jalan-jalan," kataku setelah menunduk sekilas buat baca apa yang tertulis di id card. "Bener kan kalau jurusan Teknik Geologi banyak jalan-jalannya nanti?Oh ya, Mas mau aku bacain lagi terusannya?"

Sekarang dia malah micingin mata pas kami adu pandang. Kalau boleh mengira-ngira, mungkin dia lagi mikir aku datang dari planet mana.

"Kamu-"

"Banyu!"

Dia tahu-tahu berhenti dan menoleh ke suara yang datang dari arah belakangnya.

"Ada yang kelahi!"

Sosok berpostur tinggi di depanku, dengan rambut diikat ke belakang tapi masih ada beberapa helai yang lolos, menghembuskan nafas kasar sebelum kemudian pergi gitu aja nyamperin orang yang barusan manggil dia.

Tanpa nengok sekalipun ke aku!

Padahal aku masih nungguin dia tadi mau ngomong apa sebelum ada yang manggil.

Lagian, emang dia siapa? Pak RT?? Kok ada yang kelahi malah manggil dia!

Dan mereka beneran pergi, kayak lupa sama keberadaanku. Terutama si mas berambut gondrong.

Padahal tadi dia yang marah-marah nggak jelas gara-gara kami tabrakan. Nggak sengaja.

Iya nggak sengaja, soalnya aku pas jalan sambil nunduk gara-gara benerin ikatan pita di lengan sebelah kanan.

"Agni Kalandra?"

Tahu-tahu ada mbak-mbak pakai seragam panitia nyamperin aku yang masih cengo berdiri di tempat.

Dia datang dari arah di mana dua cowok tadi pergi.

"Iya saya?"

"Ikut saya," ketusnya yang bikin aku mengernyit bingung.

Perasaan tadi pas upacara, nggak ada panitia yang ketus begini. Semuanya ramah ngarahin mahasiswa baru yang bingung kayak anak bebek keluar dari barisan.

"Mau ke mana, mbak?"

"Ke panitia bagian kedisplinan."

"Hah?? Kenapa? Saya tadi ke toilet udah pamit kok sama kating pendamping! Sumpah! Mbak bisa tanya. Temen-temen kelompok saya juga pada tahu."

"Tapi kamu tadi sudah bikin ulah di depan salah satu panitia, iya kan?"

"Hah? Panitia?" tanyaku balik dengan dahi mengernyit makin kuat. "Maksudnya mas yang gondrong tadi??"

Mbak di depanku dengan santainya ngangguk.

"Dia panitia?? Kok nggak pakai seragam atau tanda pengenal???"

"Kamu tanya aja kalau ketemu lagi. Sekarang ikut saya."

"Eh, tunggu! Ini dia ngaduin aku ya?!"

Seruanku diabaiin sama mbak panitia yang lagi megang pergelangan tanganku, dan berhasil bikin aku akhirnya ngikutin dia.

Ini serius mas gondrong tadi panitia??

Bagian apa??

Ketua RT beneran???

Atau bagian ngadu???

🔥🔥🔥

Hai!

Cerita Agni ini Na publish ulang ya 😅

Sedikit berbeda dengan versi di KBM secara tata bahasa, karena di sana bahasanya Na bikin baku, sementara di sini sama dengan versi cetaknya 😁

Regards,

-Na-

AGNI (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang