-6-

29.8K 3.8K 275
                                    

🔥🔥🔥

Aku melongo.

Gitu juga temen-temenku yang lain.

Ini serius????

Kami sama-sama lihatin tenda yang bakal jadi tempat kami tidur selama lima hari empat malam ke depan.

Habis lihatin tenda, aku ngedarin pandangan ke sekitar.

Nggak ada bangunan sama sekali, cuma ada tenda-tenda lain dan pohon-pohon menjulang tinggi.

Emang sih, tadi pas turun dari truk angkatan laut yang ngangkut kami, kami udah disuruh jalan kaki, nyisirin jalan setapak yang makin lama makin jauh dari pemukiman penduduk.

Cuman aku nggak nyangka kalau kami beneran bakal kemah di tengah hutan gini!

Kupikir kami bakalan kemah kayak di area bumi perkemahan atau sejenisnya. Tapi nggak! Ini beneran di hutan!

"Cepat masuk, atur barang-barang kalian habis itu kumpul di tengah sana," perintah salah satu panitia sambil nunjuk lahan kosong yang cukup luas, tepat ada di bagian tengah area perkemahan kami.

"Mas!" panggilku sebelum dia pergi.

"Apa?"

"Kami tidur di sini?"

"Iya."

"Mandinya?"

"Di bawah sana ada tempat buat mandi."

"Nggak di sungai kan?" tanyaku was-was.

"Nggak."

Bukan cuma aku, tapi temen-temen cewek yang totalnya denganku delapan orang, sama-sama membuang nafas lega.

Teman seangkatanku jumlahnya 64 orang, 8 orang cewek sisanya cowok. Jadi tenda buat cewek cuman satu jumlahnya, ada di bagian paling utara, sementara buat cowok ada dua tenda, posisinya sebelahan ada di bagian selatan. Di tengah-tengah antara tenda peserta cewek dan cowok, ada satu tenda super besar yang biasanya dipakai buat nampung para pengungsi. Tenda itu oleh panitia dijadiin tenda acara.

Di paling ujung bagian utara, tepatnya sedikit agak di belakang tenda cewek, ada satu tenda panitia. Nggak tahu siapa yang nempatin di sana.

Di bagian timur, ada dua tenda berjejer. Yang satu buat istirahat panitia, satu lagi buat masak.

Di ujung paling selatan, agak kebelakang dari tenda peserta cowok juga ada tenda panitia, tapi jumlahnya ada empat.

Masih dengan kondisi badan pegal-pegal setelah perjalanan jauh, kami diminta ngumpul di lapangan.

Sambil nunggu semua peserta ngumpul, aku milih buat duduk bersila, nggak peduli kalaupun celanaku kotor. Soalnya aku capek dan pengen tidur.

Menopang kepala dengan tangan kiri, kulihat satu persatu peserta cowok keluar dari tenda dan bergabung dengan kami yang sudah di lapangan lebih dulu.

"Kenapa Nyi?" tanya Aji yang baru aja gabung dan langsung duduk di sebelahku.

"Ngantuk."

"Dih! Kirain sakit! Soalnya lemes gitu."

Aku cuma mencebik sebal lihatin Aji yang nyengir nggak jelas.

"Apa semuanya sudah kumpul?" tanya panitia yang berdiri nggak jauh dariku.

"Kayaknya sudah, Mas," sahut Yoga, ketua kelas angkatanku.

"Kalau sudah, sekarang baris!" perintah panitia dengan suara lantang.

Dengan sigap teman-temanku yang semula posisinya berpencar, langsung ngumpul membentuk barisan.

Aji bantuin aku berdiri sebelum kemudian kami masuk ke barisan yang sama.

AGNI (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang