15[epilog]

4.4K 292 13
                                    

hai
kangen gak?

.

.

.

Siang ini terasa sepi walaupun dilantai bawah sana banyak yang masuk. Rasanya seperti...

...kehilangan?

Ya, kehilangan.

Kehilangan seseorang yang aku cintai untuk kedua kalinya.

Dunia sudah muak membuat kesempatan kedua untukku. Bahkan untuk hidup saja sakit saat menerima kenyataan bahwa aku menggunakan kesempatan kedua dengan cara yang salah.

Ini sakit.

Berkali kali aku meninggalkannya.

Atau berkali kali aku ditinggalkannya.

Penyemangat hidupku walau dia gila.

Aku suka caranya tersenyum, tertawa, berbicara, menatapku, semuanya. Aku suka.

Sakit.

Gila.

Itu yang aku rasakan saat kehilangan dia untuk yang kedua kalinya.

Aku butuh pelukannya.

Aku butuh rasa kecemburuannya. Dimana dia marah dan bilang padaku untuk menjauhi Park Jimin.

Lucu. Dia menyayangiku.

Tapi aku tidak suka melihatnya berhenti tersenyum.

.

.

.

.

Hari ini Jimin menikah dengan Yoongi. Dia mengundangku untuk datang. Tapi maaf, aku tidak suka melihat orang bahagia diatasku.

Disini Yoongilah orang yang membuat moodbosterku menghilang untuk selamanya.

Kim Taehyung.

Disana dialah yang menyelamatkan nyawa Yoongi.

Dan disana juga akulah yang hanya diam menonton.

Bodoh, itulah aku.

Bahkan aku hanya bisa mengeluarkan seluruh air mata bukan bertindak.

Mengingat itu membuatku muak dengan diriku sendiri.

Taehyung, Taehyung, Taehyung.

Manusia yang bahkan tidak berhenti mengelilingi fikiranku.

Mulai dari awal.

Dari 0.

"aku disini, Jung. Ada apa apa cerita ke aku, oke?"

Ucapnya kala itu. Bak superhero yang akan muncul kapanpun ketika aku butuh.

Dan sialnya aku berkata bodoh setelah itu.

"kita selesai, Tae"

Raut wajahnya, semuanya, aku masih ingat. Seolah memapang seluruh beban hidupnya.

Tidak seperti akhir dari segalanya ketika dia tersenyum manis untuk terakhir kalinya.

"jaga diri kamu baik baik, Jung"

Aku bahkan tidak tahu lagi kapan aku akan menghentikan air mata itu untuk turun.

Seolah kata itu adalah kata pembalas dendam.

Menyesal, tentu.

Mati saja kalau bisa jika begini.

.

.

.

Kakiku menapak pada jalanan Seoul saat itu. Niatnya hanya ingin pulang dan membuat satu tumpukan kantung mata lagi.

Tapi itu semua berhenti.

Mataku berbinar melihat seseorang dengan senyum kotaknya melambaikan tangannya kearahku.

Aku mendekatinya.

Pertama-tama, kakiku menyusuri zebra cross.

Kedua, tidak menghiraukan suara klakson kendaraan yang muncul dari sisi sampingku.

Ketiga, jangan hiraukan makian orang disana.

Keempat, aku pasti bisa mendekatinya.

Kakiku mendekat.

Tapi berhenti ketika mobil menabrakku.

"Ayo, Jung. Aku jemput kamu sekarang"

YO YO VOTE COMENT AND FOLLOW!!

bagaimana? ada yang rindu?

maaf mengecewakan
-Jey

psycho - kth , jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang