Tetsuya merasakannya. Semenjak kepulangan mereka dari makan malam bersama keluarga, Akashi menjadi berbeda. Bukan jadi lebih buruk sih sebenarnya. Tapi aneh saja. Salah satunya adalah sering sekali mengiriminya pesan singkat seperti :
Sudah makan?
Aku berangkat kerja
Kau sedang apa?
Kau sudah tidur?
Mau aku bawakan apa?
Tapi Tetsuya tak pernah membalasnya. Dia hanya berpikir bahwa suaminya sudah gila. Puncaknya, Akashi membawa semua barang-barangnya ke dalam kamar Tetsuya.
"Kita suami-istri, kan?"
"Hah?"
"Kita tidur satu kamar."
"Keluar!"
"Kau mengusir suamimu sendiri?"
"Kau lupa siapa yang membuat peraturan tentang privasi?"
"Aku batalkan! Tidak ada privasi diantara suami istri."
"Aku tidak mau menurutimu."
"Kau harus menuruti suamimu."
"Kenapa harus? Kalau kau pikir semua bisa berjalan sesuai dengan rencanamu, kau salah besar." Balas Tetsuya tajam.
"Tuan, dimana kami meletakkan barang-barang ini?" Tanya seorang pelayan menginterupsi perdebatan.
"Bawa kelu-"
"Taruh saja, nanti biar istriku yang menatanya."
"Baik, tuan. Permisi."
"Kau- Mau apa kau? Aku bilang keluar!"
"Aku mau kamar ini."
"Kalau begitu, aku pindah kamar."
Tetsuya mengambil koper, membuka lemari, namun usahanya dihalangi.
"Kau tetap disini."
"Kau pergi, atau aku yang pergi?"
"Tak ada yang pergi. Kita disini. Di kamar ini."
Tetsuya habis sabar, "Permainan apa lagi ini? Mainkan apapun yang kau inginkan, jangan libatkan aku lagi."
"Aku tak memainkan apapun, Tetsuya."
"Oh, atau ini masalah kau akan dihapus dari ahli waris dan semacamnya sampai kau mengorbankan diri harus sekamar dengan si budak pribadi?"
Rahang Akashi mengeras, tapi Tetsuya tak peduli.
"Apa aku sebrengsek itu dimatamu?"
"Ya, kau brengsek sekali."
Tak seperti pemikiran Tetsuya yang mengira bahwa Akashi akan mengumpat atau mendebat seperti biasa, dia melihat laki-laki bersurai merah itu menghela nafas.
"Sebulan."
"..."
"Beri waktu aku sebulan untuk menebus semuanya."
"Kalau aku tidak mau?"
"Bukannya kau suka menasehati para pelayan yang pernah melakukan kesalahan bahwa selalu ada kesempatan kedua?"
Mata Tetsuya membulat kaget, tak menyangka Akashi tahu kebiasannya menghibur para pelayan yang melakukan kesalahan dan mengira akan segera dipecat.
"Kau.. tahu?"
"Tentu saja aku tahu. Kau kan istriku."
"..."
"Tetsuya-"
KAMU SEDANG MEMBACA
MERGE
RomanceBerawal dari Akashi agar jadi pewaris keluarga serta rasa bakti Tetsuya untuk orangtua, membuat keduanya terjebak pada situasi yang membingungkan. Mampukah mereka berhenti saling menyakiti dan berdamai pada kenyataan?