[√] Busan

5.2K 639 12
                                    

"Mina? Sudah siap?" Jimin mengangguk sambil menarik koper besar berisi bajunya dan Jungkook ke luar apartemen.

Hari ini apatemennya dan Jungkook sudah di jual dan uangnya mereka tabungkan untuk hal yang lebih penting nantinya. Apartemen Jungkook sudah kosong, tidak ada apa-apa lagi di sini.

Kemarin barang-barangnya sudah di pindahkan ke Busan dengan truk pengangkut barang dan yang tersisa hanya baju-baju mereka yang sudah di simpan ke dalam koper.

Mereka menginap seminggu kemarin di rumah besar keluarga Jeon karna persiapan pesta Elden tiga hari kemarin, dan tepat hari ini mereka mengecek dan melihat apartemennya dan Jungkook yang terukir banyak kenangan untuk terakhir kalinya.

Terlalu banyak kenangan sampai Jimin ingin menangis meninggalkan memori indah itu, tapi tekadnya sudah bulat. Ia akan menurut apa yang Jungkook mau dan lakukan.

Mereka bisa membuat kenangan baru bersama Elden di busan nanti. Di rumah baru mereka.

"Ayo Mina," Jungkook mendorong kereta bayi yang berisikan Elden sedang tertidur disana ke arah lift apartemen.

Jimin mengikuti di belakang dengan koper yang di seret olehnya. Ia menatapi punggung Jungkook di depannya. Ia sudah memikirkan matang-matang tentang hal ini, menghalau berbagai pikiran negatif tentang apa yang akan terjadi di Busan nantinya.

Semua akan baik-baik saja.

Jimin tersenyum saat kata-kata penyemangatnya terngiang di pikirannya. Jungkook dan Elden ada di sampingnya itu sudah lebih dari cukup.

Ia menyusul Jungkook dan berdiri di sebelah suaminya yang sedang menunggu di depan lift. Merangkul lengan Jungkook dan mengecup pipi Jungkook lembut.

"Eh?" Jungkook terkekeh mendapat perlakuan manis yang tiba-tiba dari istrinya itu. Ia mengecup balik pelipis Jimin lalu masuk ke dalam lift yang sudah terbuka di depan mereka.

"Aku sayang Kookoo," Jungkook menaikan alisnya mendengar perkataan istrinya kali ini. Jimin tiba-tiba berkata manis padanya dan perlakuannya juga manis.

Walau memang Jimin selalu seperti ini, tapi kali ini terasa sedikit berbeda. Sepertinya ada sesuatu.

"Aku juga sayang Mina," Jungkook merangkul pinggang Jimin dan mengecupi pipi sampai leher istrinya yang terkekeh kegelian.

Ting

Tak lama lift mereka terbuka di lantai besmen, mereka keluar dengan tangan yang mendorong kereta bayi Elden. Setelah berada di depan mobil Jungkook, Jimin segera menggendong Elden yang terlihat betah terlelap.

Jungkook melipat kereta bayi Elden dan memasukannya ke dalam bagasi mobil, ia memasukan juga koper besar yang di bawa Jimin dan menutup kembali bagasi mobilnya.

"Ayo Mina," ucapnya lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya. Jimin tersenyum ia mengeratkan pelukannya pada Elden dan masuk ke dalam mobil lalu duduk manis disana.

Jungkook segera berjalan ke sisi mobil pengemudi dan masuk, ia menyalakan mesin mobilnya dan memanaskan mobilnya sebentar.

Ia menarik sabuk pengaman di kursi Jimin dan memakaikannya pada Jimin yang masih sibuk dengan Elden di gendongannya.

"Terima kasih sayang," Jungkook hanya mengangguk lalu tersenyum dan mengacak rambut istrinya gemas.

Ia memakai sabuk pengamannya dan segera menjalankan mobilnya meninggalkan area apartemen kesayangannya.

Aku akan merindukan apartemen yang pertama kali aku sewa dengan uang kerja sambilanku ini. Jungkook menghela nafasnya lalu tersenyum lebar.

Memang cukup berat meninggalkan kenangan selama ia di Seoul ini, tapi mau bagaimana lagi.

Busan mempunyai potensi besar membuat bisnis, Seoul memang mempunyai potensi jauh lebih besar. Apalagi perusahan Jungkook berada di bawah naungan perusahaan ayahnya.

Tapi bukan itu yang Jungkook inginkan, jika membuat usaha di tanah kelahiran dan membuat Kotanya menjadi sumber utama penghasilannya jauh lebih menyenangkan menurutnya, dan yang terpenting. Itu adalah tanah kelahirannya dan Jimin.

Lagipula Jimin bisa dekat dengan orangtuanya yang selama ini ia tinggalkan untuk pergi ke Seoul.

Jimin sudah lama tidak menginjak tanah kelahirannya ini, ia kuliah selama 3 tahun di Seoul, berpacaran dengan Yoongi selama 1 tahun, dan mengandung juga dekat dengannya sekitar 1 tahun kurang. Bisa di bayangkan jika Jimin hanya beberapa kali bertemu orangtuanya.

Walau Bunda Seokjin dan Ayah Namjoon selalu mengunjungi setiap minggu akhir bulan, Jungkook rasa itu tak akan cukup.

Malah membuat Namjoon dan Seokjin lelah, katakanlah jika Jimin egois. Namun bukan salah Jimin juga jika ia tak mau pulang ke Busan.

Ia hanya terlalu takut bertemu Yoongi lagi disana, ia masih trauma. Namun Jungkook pastikan itu tak akan pernah terjadi lagi.

Jungkook melirik Jimin dengan ekor matanya, Jimin tengah mengganggu Elden disana. Mengecupi dan mengigiti pipi gembil Elden dengan gemas.

"Busan~ Kami datang!" Jungkook bersorak cukup keras sambil sedikit menginjak gasnya. Jimin yang melihatnya terkekeh kecil.

"New life~ Kami datangg!" sahutnya sambil memainkan lengan Elden yang masih tertidur.

Jungkook terkekeh disana, Jimin juga ikut terkekeh dan menatap jalanan di depan sana.

Seperti biasa, mereka menyalakan audio mobil dan bernyanyi sepanjang jalan, menikmati perjalanan panjang menuju kehidupan baru esok di Busan.

Semoga semua akan jadi baik-baik saja Ya Tuhan, Amin.

Jeon's FamilyWhere stories live. Discover now