9 - Gudang Dibawah Anak Tangga

1K 55 0
                                    

"Pak Ujang, Mama udah berangkat ya?," tanyaku kepada pak Ujang yang kini lagi menyiapkan sarapan didapur.

"Iya, seperti biasakan neng," jawab pak Ujang.
"Sini neng, sarapan sudah siap," suruh pak Ujang.

"Iya," kataku sambil berjalan menuju meja makan.

Rasanya sarapan pagi ini kurang membangkitkan selera makan ku. Bukan karena sarapan buatan pak Ujang enggak enak, tapi saat ini aku masih mengingat persis kejadian yang menimpa ku kemarin.

Aku harus mencari tahu jawabnya sendiri. Biar semuanya tuntas apa yang sebenarnya aku lihat disaat aku tenggelam di kolam renang kemarin siang.

Kemudian aku melihat kearah pak Ujang yang juga dari tadi memang melihatku. Terlihat kalau raut wajah pak Ujang ingin menyampaikan sesuatu kepadaku, tapi entah ragu atau malu untuk menyampaikannya langsung ke aku, dia urungkan niatnya itu.

Kini aku diam dan bangkit dari duduk ku menuju kekamar.

Entah kenapa, mata ku kembali menangkap satu sosok mengerikan lagi. Bukan sosok baru, tapi sosok yang pertama kali aku lihat di atas tangga. Perempuan dengan kepala belakang yang hancur dan banyak mengeluarkan darah yang kini aku melihatnya tengah marah dengan mengobrak abrik kamarku sepuasnya.

Aku tidak tau apa yang sedang dia cari di kamar ku. Melihat wajahnya yang mengerikan itu saja menambah rasa ketakutan di dalam diriku.

Setelah semuanya berhasil di berantakan oleh sosok itu, tiba tiba sosok itu melayang dan menghilang perlahan seakan lenyap seperti debu. Dengan meninggalkan darah dan belatung yang mengerikan di lantai kamarku.

Mungkin sosok itu tidak menemukan apa yang dia cari. Menghilang pertanda kalau dia sudah menyerah atas semua yang di cari nya di dalam kamarku.

Melihat kamarku yang berantakan, aku tidak jadi masuk kedalam. Melihat belatung belatung yang menggeliat liat diatas lantai bersamaan darah yang menjijikkan itu membuat aku tidak berani untuk masuk. Belum lagi bau amis yang menyengat, sudah dipastikan kalau semua isi perutku akan keluar tanpa perlu diperintahkan.

Aku melangkah perlahan menuruni anak tangga dengan santai. Aku arahkan pandanganku keseluruhan sisi rumah ku dengan tatapan lirih kalau mata ku nantinya akan menangkap sosok lain.

Aku hentikan langkah ku dan duduk disalah satu anak tangga. Dari dulu aku memang lebih suka main atau melakukan hal lainnya diatas tangga, lebih tenang.

Berapa banyak lagi sosok yang nantinya akan aku lihat. Tadi pagi aja sudah dihadirkan dengan kemarahan sosok perempuan yang mengobrak abrik kamarku.

Disela sela itu, tiba tiba aku mendengar suara benda jatuh yang cukup keras.

Tidak tau asalnya dari mana, karena suara itu memang berhasil membuatku kaget.

Setelah aku melihat kebawah sisi kanan tangga, aku melihat ada sebuah pintu yang berhubungan langsung dengan tangga.

Sontak aku langsung berlari turun menuju pintu itu.

"Ini pintu apa?" kata ku.

Memang ini pertama kalinya aku melihat pintu disini. Sejak pertama kali tinggal dirumah ini, aku tidak pernah mengetahui tentang keberadaan pintu itu.

Aku raba sisi pintu itu, terasa kering dan berdebu. Lalu aku melihat kunci yang hanya menggantung dibawah handle pintu, cukup mudah buat aku untuk membuka pintu itu dan melihat ada apa isi dibalik pintu itu.

Ketika aku genggam handle pintu itu dan kemudian pintu pun langsung terbuka. Tidak dikunci, hanya ditutup seperti pintu pintu biasanya.

Dibalik pintu itu terdapat sebuah ruangan. Ruangan yang besarnya juga tidak terlalu panjang dan lebar. Hanya ruangan petak yang kalau digunakan hanya untuk menenangkan diri, kalau untuk bermain akan mustahil digunakan.

Aku terengah, karena didalamnya begitu gelap dan hampa cahaya.

Aku mencoba untuk masuk kedalam ruang itu, mencoba untuk mencari saklar lampu kalau ada. Biar diruangan itu sedikit terang dan bercahaya.

Mungkin suara keras tadi berasal dari sini. Enggak mungkin kalau tidak.

Mustahil kalau suara sekeras itu tidak terdengar oleh pak Ujang yang hanya ada didapur. Karena suara itu berambat dan hanya di dengar oleh diri ku saja, karena saat itu aku lagi berada disini.

Cukup beberapa lama, aku juga tidak kunjung menemukan saklar lampu. Aku kesusahan, karena penasaran untuk melihat benda apa yang tadi jatuh didalam ruangan ini.

Tiba tiba ...

"Neng,"

Mata ku melirik keluar, ternyata itu adalah pak Ujang.

"Ngapain?," tanya pak Ujang datar.

"Wella baru sadar kalau ada ruangan dibawah tangga," kata ku.

"Ini itu gudang neng. Udah lama disini, neng baru lihat gudang ini sekarang,"

"O ... Gudang,"

Ternyata ruangan ini adalah gudang. Aku baru sadar kalau ada gudang dibawah tangga. Kenapa sekarang aku baru menemukannya.

"Iya tentu neng, gudang yang sudah lama tidak terpakai," jelas pak Ujang.
"Yaudah, pak Ujang kerja dulu," kata pak ujang sembari jalan keluar dari rumah.

Kini aku tutup kembali pintu gudang itu. Dan dengan segera berlari keatas menuju kamarku.

Anehnya, ketika aku sampai didalam kamar, aku melihat keadaan kamarku sekarang sudah rapi. Perasaan tadi aku tinggalkan dengan keadaan berantakan. Dan darah beserta belatung dimana mana. Kini begitu bersih.

Aku tidak percaya kamarku akan kembali rapi seperti ini. Sedangkan tadi berantakan karena amarah sosok perempuan yang mengerikan itu.

Sumpah, sekarang aku kini memang merasa sangat takut sekali. Takut nantinya kalau sosok perempuan mengerikan itu datang kembali lagi kedalam kamarku.

Itu memang membuat ku sangat takut.









-To Be Continue

#Cocosun21

Bisikan HawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang