Sembilan

1.4K 160 55
                                    

Suasana taman kota di malam hari cukup ramai. Banyak orang lalu lalang di seberang jalan sana, pemuda pemudi yang berbincang dengan teman-temannya sesekali suara tawa terdengar. Di sudut taman kota juga di penuhi oleh banyak pasangan yang sedang berkencan atau sekedar duduk manis diselingi oleh pemandangan langit malam yang indah. Untung saja, malam ini New pergi ke taman kota bersama Kayavineㅡkekasihnya. Setidaknya dia tidak begitu iri melihat pasangan kekasih yang banyak mengumbar kemesraan di tempat umum.

Mereka berhenti sejenak, berhenti untuk memutuskan duduk di kursi panjang yang ada di bawah pohon rindang. Udara dingin berhembus, berada di bawah pohon membuat angin semilir begitu kencang menusuk ke tulang. New tersentak, atmosfer malam ini membuat ia mengeratkan genggaman tangan pada pemuda di sebelahnya. Salahkan New yang keluar malam ini dengan hanya memakai kaus dan celana jeans panjang. Kayavine menoleh dan mengusap pelan pipi kekasihnya, "Ingin minuman hangat, hm?" Dibalas anggukan semangat oleh lawan bicaranya.

Mereka jalan beriringan menuju cafè yang ada di tepi jalan sana. Tangan yang saling bersinggungan tanpa ada niat untuk melepaskan. New menghentikan langkah, memandang seorang anak kecil yang berada di depan pintu masuk cafè. Ia menarik senyumnya perlahan, "Kay lihat! Anak kecil itu mirip sekali denganmu!" Kayavine mengedarkan pandangan, melihat ke arah anak kecil yang di tunjuk oleh kekasihnya. Mereka dengan tergesa menghampiri anak kecil berbaju minions itu yang sedang celingak-celinguk seperti mencari seseorang.

Kayavine menunduk menyamakan tingginya dengan anak kecil itu, "Sedang mencari siapa?" Ujar Kayavine lembut. Hanya dibalas dengan cengiran yang entah kenapa mirip sekali dengan Kayavine. New terkekeh dibuatnya, Ia mendekat perlahan menghampiri anak itu.

"Hai, tampan. Siapa namamu?"


"Frank!" Ketiganya menengok ke arah sumber suara. Anak kecil yang dipanggil Frank itu langsung berlari menuju seorang wanita cantik dan memeluk pria yang berada di belakang si wanita. New dan Kayavine terdiam, melihat baik-baik orang yang ia yakini adalah orang tua dari anak kecil itu. Kayavine berdiri, diikuti New setelahnya.


New benar-benar syok sekarang. Nafsu makannya hilang seketika, padahal ia sudah membayangkan akan minum latte hangat dengan cheesecake kesukaan. Tapi semuanya telah sirna, karena sekarang yang ada dihadapannya kini adalah sebuah keluarga kecil yang membuat New benar-benar iri dibuatnya. Ingin rasanya ia pergi dari sini sekarang, kenapa dia selalu bertemu oleh Tay? Ia ingin hidup bebas tanpa ada bayang-bayang mantan kekasihnya dulu. Usahanya melupakan akan gagal jika ia terus menerus bertatap muka seperti ini.


"Halo, New."



Suara itu. Suara rendah yang membuat hati New selalu hangat mendengarnya, selalu egois ingin terus memilikinya. Pikiran itu ia buang jauh-jauh karena sekarang adalah hal yang tidak mungkin terjadi lagi, mereka sudah hidup masing-masing sesuai jalannya. New diam tidak menjawab, lebih memilih memandang ke dalam wajahnya yang entah kenapa begitu jauh lebih tampan. Mata itu, mata yang dengan teduh menatapnya membuat hati New berdesir, lagi. 'Aku punya Kayavine!' Itulah satu kalimat yang selalu New ucapkan dalam hati, memantapkan hatinya sekali lagi bahwa Kayavine-lah yang sekarang ada di hidupnya.



"Aku baik," Satu senyum tipis terulas, menutupi kekalutan hatinya saat ini. "apa kabar, Alice?" New memilih bertanya kepada Alice, tak ingin memandang wajah-nya itu terus-menerus.


"Sesuai dengan yang kau lihat, New. Aku pun baik." Alice tersenyum puas, lebih tepatnya, tersenyum mengejek. Ya, itu yang New pikirkan.



"Kalau begitu, ayo masuk ke dalam. Di luar sedikit dingin." Kayavine menimpali, tak ingin ikut campur dengan situasi yang menegang sekarang. Ia menggandeng tangan New untuk masuk ke dalam cafè.















Garis Waktu • TaynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang