Sepuluh

1.5K 132 55
                                    


Pagi hari yang cukup dibilang dingin, seseorang berjalan santai menuruni tangga setapak di depan sebuah gedung besar. Angin berhembus halus, nyanyian burung di pagi hari jadi teman.

Di depannya terlihat ruang terbuka hijau yang nihil orang. Awan di atas sana sedikit mendung di beberapa bagian. Musim penghujan masih berlanjutㅡsedikit lebih lama mungkin.

Duduk, berselanjar kaki dan mengeluarkan handphone dari kantong mantel. Jemarinya bergerak dari bawah ke atas, sedikit memasang senyum kecil sambil bebenah mantelnya sendiri.




Ada cerita dalam chatting, mari intip sesuatu yang buat Tawan tersenyum pagi hari ini.



Hin

Ada urusan nanti jam 7
Sekitar satu jam
Mau tunggu?

Ya
Ditunggu
All for you, babe

Iya iya
Terimakasih

Well
Bangku taman semalam
Aku disana




Ah, sekedar chatting sederhana. Tawan mengeratkan mantelnya, menguap sedikit lebar. Lalu memandang ke depan.


Langit pagi berwarna sedikit gelap, terlalu pagi dan terlalu dingin untuk orang-orang berkeliaran.


Kutebak, Tawan baru saja bangun tidur. Bermodal wajah di cuci dengan perawatan seadanya, mantel hitam tipis dan celana jeans yang cukup hangat.


Harusnya, jam segini masih tidur tenang di atas kasur dalam rumahnya.

Tapi, untuk yang tersayang apa yang tidak?




;

"Tay? Lama?"


Menoleh dan pemuda dengan sweater biru menyapa. Pasang senyuman bodoh, Tawan angguk sekilas. "Lama sekali, New."


New mengedikkan bahu, tangannya terangkat menampilkan dua gelas kopi berwarna hitam pekat dan sedikit coklat di dalam plastik. "Gun menyebalkan hari ini, kau harus dengar ceritaku, Tay."


Tawan bergumam singkat, tangannya terangkat meraih plastik yang ada di genggaman New, meletakkannya di sebelah kursi taman yang ada sedikit ruang.


"Ya, aku dengar. Pasti mulutnya yang tidak bisa di kontrol?"


"God, dia menjelekkan Kayavine di depanku. Aku muak, sumpah."

"Kenapa bisa?"


"Entah. Padahal dia tau kalau Off teman dekat Kayavine."


"Dendam masa lalu, mungkin. Tungguㅡ sejak kapan Peng dan dia jadi teman dekat?"


Berdecak sambil melipat tangan di dada, "Kau tidak tau? Hm... kira-kira sebulan sebelum kita berakhir."


Menyisip kopi yang ada di genggamannya sekarang, beralih cubit pipi New gemas, "Kau jadi kurus, dia menahanmu untuk makan manis?"


Lidah menjulur, tertawa girang. New memukul pundak pria di sebelahnya, "Bahkan dia memberiku lebih banyak makanan manis, hehe."

Tawan bergumam tidak peduli, menyisip lagi kopi yang sudah tinggal setengah. Pandangan lurus ke depan, melihat sekumpulan rumput hijau yang bergoyang terkena angin pagi. New menyenggol lengan Tawan, sang empu reflek menoleh, "Kenapa?"


"Cerita,"


New memandang lurus tepat ke dalam iris hitam Tawan, "Empat tahun lalu, kenapa bisa?"


Tawan meneguk kopinya. Mata beralih memandang bawah—enggan menatap iris New, bergerak tak beraturan seolah mencari-cari jawaban. Satu hembusan nafas keluar sebelum, "Pagi itu..."

















___
dah lama nga update♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis Waktu • TaynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang