Delapan

1.6K 145 26
                                    


"Tayh-bercinta ya?"



New berbisik di sela ciuman Tay yang hangat merambati bibirnya yang perlahan menjalar ke setiap sumsum tulang belakangnya. New rindu ini, bukan ciuman Tawan tapi rasa nyaman yang luar biasa saat Tawan menyelimuti bibirnya dengan sapuan lidahnya yang lembut dan berbisik cinta di setiap selanya.

Tawan mengecup bibir New untuk sekali lagi bertanya, "apa tidak apa-apa?"

New mengangguk cepat. Menarik kerah Tawan dan meremasnya, mencium Tawan tepat di bibir atasnya sambil berbisik Lakukan saja berulang kali hingga Tawan mengerti.

Tawan memulainya. Menindih tubuh New dengan perlahan seiring kecupannya yang sedikit meliar di dalam mulut New, lidahnya membelit, berputar dengan gesit menyusuri geligi New yang menggemaskan. New melenguh kecil saat Tawan mendapati letak sensitifnya di dada kiri. Meremat tangan Tawan yang memelintir putingnya tanpa melepas pakaian yang New kenakan.

"Umph-aahmm..."

New sensitif, setiap sentuhan kecil yang Tawan berikan biasa berakibat luar biasa pada tubuhnya. Panasnya menjalar, lumatan Tawan menuntut memberinya tanda mati untuk setia melenguh dan memuja Tawan yang ahli.

"Tawanh-"

Suara New kian melirih saat Tawan melepas pakaian perlahan sambil memberinya rentetan ciuman yang menggoda di sekitar rahang hingga lehernya. Di sana, tepat di dekat jakunnya yang mungil. Tawan menandainya, mengecup kulitnya yang memerah akibat hisapan Tawan yang keterlaluan.

"Kau luar biasa New..."

Puji Tawan dengan manis, mengulum telinga New dengan nakal untuk kembali mengirim godaan liar yang kurang ajar. "Jadi kau mau kan menunjukkan ke luar biasaanmu yang lain padaku, baby?"

New pasrah mengangguk, bibirnya ia kulum sendiri saat Tawan melepas celana beserta dalaman yan New kenakan. Rasa hangat dan dingin sentuhan Tawan jadi penghantar untuk New menjadi berkabut nafsu. "Jangan menatapku dengan liur yang berada di sudut bibirmu, Tay."

Tawan menyeringai, mendesis parau saat New didapatinya tengah bersemu dikedua pipi gembilnya. Tangannya menyusuri kulit New yang halus dengan mata yang tetap terarah pada wajah New. Mengamati setiap ekspresi yang New suguhkan padanya dengan senang hati.

"Kau cantik, astaga. Jangan mengerutkan hidungmu saat aku menyentuh ini." Tawan menangkup privasi New dan Tawan merekam ekspresi New yang terselimut penuh nafsu. Pinggulnya bergerak tak sabaran, meminta Tawan memompanya.

"Shh...tayh-"

New menganga, menarik nafasnya kepayahan dengan suara putus-putus meminta Tawan mencepatkan gerakan tangannya di privasinya. Tangannya dengan liar mendorong Tawan ke dadanya. Membiarkannya menyusu dengan lahap hingga New melenguh dan mendapati bengkak di dadanya.

"Umph-"

"Tayh aku ungh... arghh-"

New membusung seperti busur panah yang siap terlontar, mulutnya terbuka dengan Tawan yang memegangi punggungnya, pinggulnya yang kecil menghentak-hentak hingga sengatan gatal berkumpul di ujung privasinya.

"Cumh Tayhh ahhh-"

New mendapatkan klimaks pertamanya dengan bantuan tangan Tawan, selama beberapa detik New mendapatkan kenikmatannya. Nafasnya tersengal-sengal dan pompaan Tawan masih di sana untuk mengeluarkan sisa sperma yang ia keluarkan.

"Tayh..." ucap New pertama kali pada klimaksnya, ia mendapati Tawan yang terus memegangi dadanya dengan wajah kaku.

"Masih bisa kita lanjutkan ini hm?" Rahang New menjadi sasaran jarahan Tawan. Dikecupnya lambat membiarkan alat pengecapnya yang bekerja.

Garis Waktu • TaynewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang