Hari-hari setelah kita berpacaran cukup menyenangkan. Walau harus bertemu secara diam-diam namun tidak masalah bagiku asalkan dia masih hidup. Kita hanya bisa bersikap santai ketika sedang di kantor kakek. Karena semuanya tahu bahwa aku sangat mengenal dekat Kevin dan teman-temannya. Sebagian wanita dari mereka yang bekerja di kantor kakek merasa iri karena aku sangat dekat dengan 9 laki-laki tampan itu.
Setelah lama aku mengenal Kevin, dia adalah laki-laki yang sangat hebat. Aku baru menyadari ketampanannya yang dulu aku ejek biasa saja. Lesung pipinya tidak di buat-buat, alami sejak lahir. Hidungnya mancung, alisnya tebal membuat aku merasa beruntung memilikinya. Semua orang memang berkata bahwa Kevin adalah pria tertapan di ZiEntertainment ini. Aku hanya tertawa kecil dalam hati aku bangga karena hanya aku wanita di hatinya.
Kevin sangat baik. Dia berasal dari keluarga sederhana yang baik. Walau secara materi ia bisa di katakan lebih dari mampu namun Kevin tetap ingin menjadi seorang idola. Cita-cita sejak kecil dan ia bangga bisa mewujudkannya. Pantas saja dia sering berganti warna rambut agar ia nampak populer. Kedua orangtaunya sangat baik, sering aku diajak ke rumahnya untuk makan. Masakan ibunya sangat enak, ibunya memiliki restoran terkenal. Ayahnya pengusaha di bidang properti. Kakak perempuannya adalah seorang penyiar berita di televisi. Aku menyukai mereka semua yang baik padaku.
“Apa kamu tidak apa-apa kita seperti ini terus?” Tanya dia tiba-tiba. Padahal kita sudah berjanji untuk tidak pernah membahas hal itu. Kita adalah seorang idola, bagaimanapun kami sama-sama tidak mau karik kita hancur dengan mudah. Kami berdua sama-sama egois. Aku pikir dialah ynag membuat aku semangat, dia juga sebaliknya.
“Untuk apa membahas ini? Bukankah kita sepakat akan menjalani hubungan seperti ini?”
“Aku ingin kita jujur ke semuanya tenatng hubungan kita. Apa kamu mau terus sembunyi? Apa kamu benar-benar ingin tidak mengakuiku? Memangnya aku ini siapa bagimu?”
“Kamu Kevin, pacarku.”
Aku diserbu dengan berbagai pertanyaan yang membuatku bingung. Aku hanya diam saat dia terus mengoceh. Mungkin karna hubungan ini udah berjalan 3 tahun dia lelah dengan bersembunyi. Namun aku tidak bisa menjawab, aku hanya tertunduk. Diam seribu bahasa sampai membuatnya marah. Waktu itu, pertama kalinya dia marah bahkan meninggalkanku dengan penuh air mata.
Satu kalimat darinya yang membuatku sampai mengangis ialah ketika ia hendak mengakhiri hubungannya denganku. Namun lagi-lagi aku hanya bisa diam. Bahkan dia menyuruhku keluar dari mobilnya untuk segera masuk kerumah. Tentunya aku tidak langsng masuk kerumah. Apa yang harus aku katakan pada orang di rumah saa melihatku mengangis. Aku putuskan untuk mengelilingi kompelks rumah terlebih dahulu sampai aku sedikit tenang. Aku kira Kevin akan mengikutiku, nyatanya tidak. Dia benar-benar pergi.
Sejak saat itu dia berhenti memberiku kabar, aku menelponnya juga tidak dia terima. “Kata-kata siapa aku ini bagimu” terus terngiang dikepalaku. Aku merasa seperti ada duri menancap dihatiku. Bahkan saat kami latihan dia tidak mengajakku bicara sedikitpun, dia juga mengusirku dari ruang latihan dengan alasan dia malas melihatku. Teman-temannya berusaha untuk menasehati Kevin tentang perlakuannya kepadaku. Sesungguhnya aku dan Kevin sudah memberitahu hubungan kami 2 bulan setelah kami memutuskan untuk berpacaran. Aku merasa canggung awalnya, namun semuaya bersikap dewasa dan mendukung hubungan kami.
“Keterlaluan, kau sudah bersikap kasar pada Prisil!” Dion mencoba untuk memperjelas apa sebenarnya yang terjadi karena memang kami tidak pernah betengkar dihadapan mereka semua.”
“Bukan urusanmu, anjg!!”
“Aku tahu kamu bodoh tapi aku tidak tahu kalau kamu benar-benar sebodoh ini! kami sudah mempercayaimu untuk menjaga Prisil, tapi apakah begini perlakuanmu?” Dion kesal dan dia berkata padaku bahwa saat itu sebenarnya dia ingin memukul Kevin tapi ia tahan karena sedang berada di kantor kakek.
“Apapun masalahmu dengannya cepatlah minta maaf karna kau sudah keterlaluan, tak seharunya pria mengatakan itu pada wanitanya.” Perintah Julian.
“Kamu masih kecil, kau tak tahu apa-apa.”
Ya, memang Julian seusia denganku. Dan dia adalah penghibur bagiku. Selalu membuatku tertawa ketika aku sedih. Namun saat itu tidak, dia gagal. Aku tetap bersedih dan tidak tertawa dengan leluconnya sedikitpun. Sebenarnya semuanya berusaha membelaku, namun mereka juga bingung apa yang sebenarnya terjadi. Setelah kuceritakan semuanya. Mereka berdelapan pergi mengajakku pergi untuk bertemu Kevin. Saat dia tahu bahwa aku ikut bersama teman-temannya Kevin langsung pergi. Tomi memegang tagannya dan mengajaknya duduk bersamaku. Aku merasa seperti sedang di sidang oleh 8 hakim. Aku tahu Kevin kesal karena aku tidak menjawab pertanyaannya malam itu. 8 hakim itu meninggalkaku bersama Kevin, mereka hanya mengawasi sambil makan dengan lahap.
“Maafkan aku karena aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, tapi aku pikir hubungan itu akan terus seperti itu untuk kebaikan kita.” Singkat penjelasanku.
Dia tersenyum kecil “Brarti benar bahwa selama ini kamu tidak serius kepadaku? Apa hanya aku yang mencintaimu, menyayangimu?”...
Huhuuu bikinnya ini agak agak mewek ya bayangin kalau itu sih CY pasti baper benget wkwk😂..
.
--hai guys, jangan lupa vote dan kasih saran di comment ya,happy reading❤--
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Boyfriend (Chanyeol EXO)
FanfictionMenceritakan tentang 2 makhluk ciptaan Tuhan yang saling jatuh cinta dengan berbagai perbedaan, khususnya dalam pekerjaan. Akankah mereka bisa mempertahankan hubungan cinta itu atau malah membuat karir mereka hancur?