Hidup Baru di Amerika

104 8 0
                                    

***

Keesokan harinya, semua barang sudah dibereskan. Semua sudah dipersiapkan dengan cepat. Bahkan sudah dipersiapkan jauh sebelum kejadian kemarin. Sejak kejadian kemarin aku dan Kevin tidak berkomunikasi, sengaja kumatikan ponselku. Aku ingin tidur dan beristirahat. Berharap itu semua hanya mimpi, nyatanya aku terburu-buru oleh jadwal pesawat yang dipercepat entah mengapa alasannya. Pukul 8 pagi, aku terbang ke Amerika. Memulai pendidikan disana, sekolah bisnis pilihan kakek yang sudah dipersiapkan lama untukku. Kampus dimana dulu kak Prass merengek meminta dipulangkan. Aku ingin tahu bagaimana kabarnya. Aku memberanikan diri untuk mengaktifkan ponselku. Aku lihat ada 70 pesan dari Kevin. Entah berapa kali dia menelponku, aku yakin mungkin sudah ratusan kali.

Kakek dan kedua orangtuaku ikut ke Amerika dan tinggal selama beberapa hari menemaniku. Tiga hari kemudian mereka pulang, aku sendiri, di apartemen yang cukup besar ini aku sesak dalam dada, menangis sejadi-jadinya. Tidak ada kata-kata manis untuk berpisah, bahkan tidak ada peulakn hangat darinya. Untuk beberapa minggu aku hanya bisa melakukan itu, menangis tanpa pernah menghiraukan pesan atau telpon dari Kevin. Aku merindukan Kevin. Telpon darinya tak pernah kuterima, pesan darinya tak pernah kubalas. Aku mengecewakannya, kami belum mengatakan kata berpisah, namun aku menjauhinya.
Untuk masalah berita yang beredar antara aku dan Kevin, kakek membereskannya dengan sangat baik, berita itu tidak ada, lenyap ditelan berita mengenai aku yang memutuskan hengkang dari dunia entertainment dan memilih sekolah bisnis di luar negri.

****

Ketika aku akan berangkat ke kampus, ada suara bel pintu. Aku tidak punya teman disini, dan tidak memesan apapun. Karena terburu-buru aku langsung membuka pintu dan kulihat sosok laki-laki tinggi di hadapanku. Aku mengenal bau parfum itu, dan aku tahu sepatu siapa yang dikenakan laki-laki itu. Benar, itu Kevin. Rupanya ibuku tak tega hati membiarkan Kevin berlutut dihadapannya untuk memberikan alamatku di Amerika.

Aku terburu-buru, aku mengajaknya untuk kekampus saja, walau aku tahu pasti dia lelah perjalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku terburu-buru, aku mengajaknya untuk kekampus saja, walau aku tahu pasti dia lelah perjalanan. Dia ikut dalam kelas, bahkan duduk di sebelahku. Aku belum banyak bicara dengannya. Hanya menanyakan kabar dan bagaimana dia bisa ketempatku. Setelah kelas selesai aku mengajaknya makan. Dia tidak mau, dia malah mengajakku pergi ke suatu tempat yang justru aku belum tahu. Di pinggiran danau kami duduk, sungguh bagus pemandangan disana. Aku selama ini hanya melihatnya di internet. Ada banyak toko kecil disana, kuputuskan membeli dua gelas kopi untuk menghangatkan.

Tibat-tiba suasana hening, dan dia mulai mengajakku berbicara serius.

“Perasaanku masih sama sepeti saat aku menyatakan perasaanku padamu, Sil.”

Aku menatapnya, bingung apa yang harus kukatakan.

“Hubungan kita.... apa sudah berakhir?” Tanyaku dengan berani.

“Siapa yang memutuskan hubangan kita? Tidak ada kan? Aku minta maaf atas kesalahanku, perlakuanku yang kasar padamu. Malau itu, kamu hanya tidak ingin membuatku sedih karena kalau mau jujur padaku maka hubungan kami akan kerakhi kan?” Jawabnya.

“Benar. Perjanjian antara aku dan kakek pasti kamu sudah tahu dari ibuku bukan? Kalau malam itu memilih untuk terus terang mengenai hubungan kita ke publik, maka hubungan kita akan berakhir dan karir kita akan hancur. Walaupun tetap saja konsekuensiku ini akan terjadi pula. Setidaknya aku tidak ingin berpisah darimu, aku ingin menjalin hubungan diam-diam karena itulah satu-satunya cara agar kami tetap bersama dan aku tidak dikirim disini.” Penjelasanku.

“Aku minta maaf, aku tidak memahamimu. Aku tersiksa sendiri. Aku merindukanmu sil.”
Seketika aku dibuatnya merinding. Aku sudah bisa berdamai dengan hatiku. Dan Kevin, dia juga sudah berdamai dengan hatinya. Dia bahkan meminta ijin kakek untuk menemuiku. Sesungguhnya kakek sangat baik, dia mengijinkanku untuk menjalin hubungan dengan Kevin. Namun aku memilih untuk fokus kuliah terlebih dahulu. Aku tahu, ini menyakitkan, namun aku pikir kalau aku bisa cepat lulus kuliah akan lebih baik karna aku segera kembali ke Indonesia. Kevin bisa menerima itu, karena dia tahu itu yang tebaik untuk kami.

*****

Kami masih berkomunikasi dengan baik. Perasaan itupun masih sama, kami saling menguatkan. Dia adalah semangatku. Beberapa bulan sekali dia datang untuk mengunjungiku. Dia juga tak pernah marah ketika aku lama tidak memberinya kabar, dia sabar menunggu dan tidak berpaling ke wanita manapun. Aku cukup bahagia dengan keputusan yang kakek buat. Tak lama, aku kembali ke Indonesia. Kuliahku telah selesai, bahkan aku langsung melanjutkan pendidikan S2 juga disana.

Kakek sudah tidak bekerja, dia mudah lelah. Hanya bersantai di rumah. Posisinya sebagai pemimpin perusahaan digantikan oleh kak Prass, dan aku menjadi wakilnya. Namun hal itu, tidak menyulitkanku untuk tetap bertahan di dunia entertainment. Aku bernyanyi kembali. Melelahkan sebenarnya, tetapi aku menyukainya. Begitulah ceritaku, awal hubunganku dengan Kevin. Ketika aku menceritakan kepada anak-anak remaja, ada 6 rupanya. Tiga wanita dan tiga laki-laki. Mereka adalah anak-anak dari Satria, Tomi, Revan, Danar , Rama,  dan Kevin. Julian, Gilang dan Doni tidak datang  bersama anak-anaknya di cara reuni kami.

....
Ada yang biaa nebak kira-kira Kevin nikah sama siapa ya? Sama Prisil atau sama cewek lain? Tunggu season kedua ya💙
.
Nahh guys makaaih banyak ya buat kalian yang baca karyaku ini, maaf jika banyak kesalahan (typo) atau ceritanya yg gak nyambung hehe😘
.
--hai guys, jangan lupa vote dan kasih saran di comment ya,happy reading❤--


Secret Boyfriend (Chanyeol EXO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang