ENAM: Dia Kembali

126 18 0
                                    

06 | DIA KEMBALI

*

Zia begitu histeris menceritakan siswa pindahan yang katanya super keren dan ganteng di sekolah kami. Saking senangnya cerita ia sampai meremas-remas boneka doraemon kesayangannya yang dipeluknya dari layar tablet.

Kulirik jam tangan cokelatku, hampir setengah jam aku mendengarnya bercerita via videocall. Melelahkan. Dia tidak tahu apa ini sudah malam dan aku butuh istirahat. Kesambet apa sih ni anak???

"Ris! Dengerin dong!" Zia merajuk saat aku meleng sedikit karena mengantuk.

"Hah.. Apa?" kataku.

"Dengerin dong, aku belum selesai ceritanya," pekiknya.

Aku menanggapinya dengan tersenyum kecut.

"Hih.. Rissa! Awas ya, kalau kamu ketemu langsung sama dia. Aku yakin, kamu pasti juga bakalan klepek-klepek seperti yang lain, huh.." Zia mendengus kesal.

"Hmm...." gumamku setengah tak peduli.

"Sumpah, Ris. Cowok yang satu ini ganteng and manis banget, pokoknya perfect deh, Irfan kamu saja kalah.." Zia tidak terima aku tidak menanggapi kata-katanya.

Aku mengerjapkan mata, bukan karena tertarik dengan apa yang dikatakan Zia, tapi karena bosan. Kapan musibah ini berakhir? Kesalku dalam hati.

"Ris, kok diam aja sih! Coment kek, apa kek gitu!" Zia semakin kesal.

"Ok. Dari apa yang kamu ceritakan, kayaknya nggak diragukan lagi cowok pindahan itu ganteng, keren, manis, tinggi, cool dan seabrek pujian kamu yang lain." Aku akhirnya menanggapi. "Tapi.. ngomong-ngomgong, tahu nggak siapa namanya?"

"Ya Allah.. Lupa nggak nanya!" Zia menepuk jidadnya.

Alhamdulillah. Nyebut juga dia. Aku menghela napas. "Udah ya, Zi. Aku mau tidur dulu. Besok pagi aku mau masuk sekolah. Bye!" kutekan pilihan end call warna merah pada layar tabku.

*

Irfaaaan!!! Kamu muncul lagi di kepalaku. Besok kita bertemu, apa kabar kamu? Pasti baik-baik saja meski tidak ada aku--tentu saja, memangnya siapa aku bisa mempengaruhimu. Kamu masih tersenyum seperti biasanya di ponselku. Masih sangat manis.

Kamu tahu, aku berhasil mengambil langkah pertama untuk move on. Aku berhasil menghapus kebiasaan mengetik pesan untukmu. Memang melihat fotomu belum bisa kuhentikan. Tapi tidak lama lagi aku pasti akan berhasil melakukannya. Dan segera aku akan mengganti wallpaper-ku dari fotomu. Segera.

*

17 Juli 2018.
Kalender dinding menunjuk angka itu.

Mama menatapku lekat saat kami sarapan di meja makan. Tumben seperti ini, tapi aku pura-pura tak peduli. Ini adalah hari pertama mereka di rumah setelah aku sakit--Bisa dibilang ini kunjungan mereka--Mereka lebih seperti tamu daripada pemilik rumah karena jarang pulang.

Kemarin malam saat aku berbaring di kasur empukku dari luar terdengar deruman mobil BMW mereka. Pasti Mama-Papa pulang. Aku tetap memejamkan mata saat Kak Larissa mendatangi kamarku. Pura-pura tidur. Aku lelah. Kemudian setelahnya kira-kira lima menit Mama datang ke kamar, tapi aku tetap pura-pura tidur sampai Mama pergi. Aku tidak tahu apa yang Mama lakukan--lebih tepatnya aku tidak ingin tahu dan aku tidak peduli.

Aku tidak tahu mereka mengkhawatirkan aku atau tidak. Mereka tidak ada saat aku sakit. Selama ini jika ada anak mereka yang sakit mereka tidak pernah pulang. Hanya mengirim kami ke rumah sakit atau memanggil dokter untuk merawat kami di rumah. Itu juga yang terjadi padaku kemarin. Dan aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Aku sendiri sudah lupa bagaimana rasanya diperhatikan. Dan aku tidak ingin mendapatkan perhatian itu sekarang, aku tidak ingin kecewa.

With Luv (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang