Transmigrator Meets Reincarnator✔

216-220

Bab 216: Mengambil Keuntungan (1)

Alis 'One' menyatu dan bibirnya terbuka untuk bersiap menyuarakan keberatan. Namun, ketika dia bertemu dengan tatapan dingin Xiao Bojian, dia menundukkan kepalanya dan menyimpan pikirannya sendiri.

Itu sudah lewat jam 1 siang, jadi sebagian besar pelayan di pelataran dalam Perumahan Jing'an sudah pergi untuk beristirahat atau bermalas-malasan di tempat lain. Dalam perjalanan mereka ke pelataran dalam, mereka tidak bertemu siapa pun.

Setelah berjalan sebentar, Xiao Bojian mengeluarkan peta kasar dari lengan bajunya. Dia melihat ke bawah dan memeriksa posisinya sebelum bergerak langsung menuju Pengadilan Songtao.

'One' mengikuti dari belakang Xiao Bojian sambil mengawasi sekeliling mereka.

Chu Lian akhirnya berhasil menyelinap dalam istirahat setengah hari di paviliun tepi sungai. Dia berbaring di sana sekarang, sedang tidur siang yang menyenangkan. Ketika angin sepoi-sepoi melewati, itu membawa serta aroma bunga krisan yang ringan.

Ketika Xiyan melihat bahwa tuannya tertidur, dia dengan lembut meletakkan selimut tipis di atas Chu Lian sebelum dengan hati-hati mundur ke ruang sitar di dekatnya. Dia duduk di meja dan mengerjakan beberapa sulaman saat dia menjaga Chu Lian.

Xiao Bojian memasuki Pengadilan Songtao melalui jalan kecil di taman. Dia mengambil waktu berjalan, mengangkat sudut jubahnya sehingga dia tidak akan tersandung.

Sudah musim gugur, jadi sebagian besar bunga di halaman layu, melukis pemandangan kuning dan suram. Tatapan Xiao Bojian menyapu pengaturan halaman seolah-olah menghafal mereka. Dalam benaknya, dia sudah berpikir untuk membangun real yang lebih besar dan lebih indah untuk ditempati Chu Lian, begitu dia akhirnya menjadi miliknya.

Saat pikiran liar mengalir di kepalanya, kilatan warna di sudut pandangannya menarik perhatiannya. Ekspresinya yang santai menghilang ketika murid-muridnya berkontraksi. Xiao Bojian hanya bisa menoleh dan fokus sepenuhnya pada percikan warna kecil itu.

Tidak terlalu jauh adalah sebuah paviliun duduk di tepi sungai. Di sana, seorang gadis mengenakan gaun hijau muda sederhana yang tertidur di kursi kayu. Satu tangan bersarang di bawah kepalanya, sementara yang lain di tengah melepas sandaran tangan. Lengan bajunya yang lebar turun ke siku, memperlihatkan lengannya. Kulit tangannya yang pucat menyinari kayu gelap sandaran, dan jari-jarinya yang ramping sedikit melengkung dalam keadaan rileksnya - cukup untuk mengungkapkan kuku jarinya yang tidak dicat, yang keadaan alaminya hanya menambah pesona imutnya yang polos.

Xiao Bojian berdiri diam, membeku di tempat, tatapannya berkeliaran dengan rakus di atas tubuh langsing gadis itu.

'One' memandangi ekspresi tuannya dan menempelkan bibirnya. Terlepas dari keinginannya untuk berbicara, dia menekan pikiran batinnya sekali lagi.

Di bawah lengan bajunya yang lebar, Xiao Bojian mengepalkan tangannya. Dia tidak berhenti lama, dan segera menurunkan suaranya untuk memesan, "One, urus pelayan perempuan itu di sana."

Ketika dia mengikuti garis pandang Xiao Bojian, 'One' melihat seorang pelayan wanita sedang mengerjakan beberapa sulaman di ruang sitar terbuka di dekatnya. Dia menangkupkan tinjunya sebagai pengakuan sebelum melompat ke udara dan menghilang dari pandangan.

Hanya dalam beberapa menit, tubuh Xiyan runtuh saat dia pingsan. Seseorang kemudian menggerakkan Xiyan untuk berbaring di salah satu penyangga kayu di ruang sitar.

Ketika Xiao Bojian melihat bahwa One telah menyelesaikan tugasnya, ia mengubah arah menuju paviliun.

Meskipun penampilan luarnya tenang, jantungnya berdetak seperti drum.