*Alea as You
Happy Reading
Senja. Satu hal yang indah, hangat, dan penuh kenangan. Satu hal favorit dari seorang Alea Febriana. Satu hal yang membuat kerinduan terus datang tanpa henti. Membuat bayangan laki-laki itu terus datang dalam pikiran dan hati.
"Senja, apakah kamu tahu? Merindukan seseorang yang tidak pasti itu seperti menusukkan jarum pada tangan sendiri. Entah apa yang dia lakukan sekarang, tapi, bolehkah jika aku mengharapkannya kembali padaku lagi? Bolehkah aku mengharapkan dia setelah 2 tahun dirinya pergi? Ragaku memang tentram tanpanya, tapi tidak hatiku. Dia terus meraung memintanya kembali lagi, padahal laki-laki itu sudah tidak peduli. Aku harus bagaimana?" Gadis itu menggaruk kepalanya, menjambak rambutnya sendiri karena geram. Sudah 2 tahun terakhir seperti itu, hatinya lelah. Menunggu seseorang tanpa kepastian itu melelahkan, menyakitkan juga.
Matahari tenggelam, senja yang hangat mulai hilang. Langit jingga yang indah berganti menjadi langit malam yang menghitam. Mendung datang, maka rindu dan gundah hati itu akan datang juga. Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu berdiri dari duduknya, meninggalkan bangku taman yang sejak beberapa jam lalu menjadi pendampingnya menikmati senja di sore hari.
"Alea!" panggil seseorang, Alea menoleh. Netranya mendapati Kak Daniel—Kakak kandungnya— tengah berlari ke arahnya. Sedikit ada rasa takut saat mengetahui Kak Daniel menemukannya berjalan sendirian, sedangkan hari sudah mulai malam seperti ini.
"Kamu, tuh, kemana aja, sih?! Pulang sekolah bukannya langsung ke rumah malah ngilang! Keluarga di rumah cemas tahu!" Dengan nafas yang masih tersenggal, Kak Daniel mengomeli Alea. Sedangkan gadis itu hanya menunduk takut, kepribadian Kak Daniel tidak sebaik yang kalian pikirkan. Tapi, Alea tahu, semua itu juga demi kebaikannya.
"Kakak, kan, udah bilang. Jangan keluar malam-malam, kamu perempuan, Al. Banyak hal nggak baik yang mungkin terjadi," omel Kak Daniel. Tentunya setelah berusaha mengembalikan nafas tersenggalnya tadi.
"Maaf," balas Alea. Gadis itu tidak berani berbicara banyak jika Kakaknya sudah bersikap seperti ini.
Kak Daniel menghela napas, "ya udah, sih. Udah terlanjur, untung nggak diculik kamu. Ayo, pulang."
***
"KAK DANIEL! AYO, BANGUN!! MAMA UDAH NGOMEL DI BAWAH, AYO BANGUN, KAK!! AKU UDAH TELAT LESNYAAA!!!" Baik. Kalian pasti tahu itu teriakan Alea. Iya, gadis berkuncir kuda itu tengah membangunkan Kakaknya sekarang. Menyibak selimut dan memberikan pukulan keras pada Kak Daniel yang masih tidak mau bangun setelah 10 menit lamanya Alea memukulnya dengan bantal. Oh, teriakan nyaringnya juga membuat telinga orang sakit. Tapi, bukan Kak Daniel namanya jika pria itu tidak kebal dengan teriakan Alea.
"Hhnngg..."
"Aish! Ayo, bangun. Mama udah ngomel-ngomel, tuh! Aku mau les, Yuna udah nunggu di depan. Ntar aku ditinggal kalau lama, ayo bangun!" Alea merengek. Ia paling tidak suka jika disuruh membangunkan Kakaknya, karena, yah, kalian tahu sendiri bagaimana susahnya membuat seorang Kakak bernama Kang Daniel ini bangun.
"Terserah, ya. Aku mau berangkat, jangan minta bantuan aku kalo pacar Kakak ngambek karena lama nunggu Kakak di ruang tamu." Alhasil, Alea pergi begitu saja. Meninggalkan Daniel yang secara tiba-tiba duduk dengan ekspresi kagetnya. Pria itu lupa jika ia ada janji dengan pacarnya pagi ini.
"Baru bangun?" Kak Yeji—pacar Kak Daniel—melipat tangannya, bersandar pada sisi pintu kamar Kak Daniel. Memandang pria yang masih terkejut itu dengan raut wajah yang tak bisa diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E [?] memories
RandomIni oneshoot. "Hanya tentang sebuah perasaan yang datang, yang membawa pada satu hubungan penuh kisah. Antara suka dan duka, antara harus mempertahankan atau merelakan. Entah akan berakhir bahagia atau sebaliknya." - ♡