*Bintang as You
Happy Reading
"Halo? Kamu di mana?" Gadis itu mengobrol dengan seseorang di telepon. Iya, kekasihnya.
"Aku di sekolah. Kenapa?" jawab laki-laki itu dari seberang sana.
"Kamu lupa mau jemput aku? Aku udah sejam di sini dan kamu nggak datang-datang. Kamu pikir nunggu sambil berdiri itu nggak capek?"
"Oh, Astaghfirullah! Aku lupa! Maaf maaf, aku ke sana sekarang!" Laki-laki itu menutup teleponnya secara sepihak. Membuat gadis dengan kerudung warna hitam ini mendecak.
"Pake alasan lupa, bilang aja betah di sekolah gara-gara banyak cecan!" gerutu Sang gadis, kakinya menendang salah satu kerikil di dekatnya dengan geram.
'Pletak!'
"Mampus, kena orang." Bintang mengalihkan pandangannya, sesekali melirik korbannya barusan dengan takut-takut.
"Aihh... orangnya nyamperin lagi, ah, ngapain coba?" Gadis itu terus menggumam, hingga sebuah tangan menepuk bahunya.
"Mbak?" Kan, pria itu benar-benar menghampirinya. Bintang harus menjawab apa setelah ini?
"Eh, i-iya? Ada perlu apa? Kenal saya, kah?" tanya Bintang, basa-basi.
"Ng-nggak. Cuma mau bilang, lain kali kalo nendang kerikil hati-hati, ya? Hampir kena Oma saya di sana." Dia menunjuk satu arah, dan Bintang mendapati seorang wanita paruh baya yang tengah duduk tenang di salah satu bangku. Melambaikan tangan, beliau tersenyum.
Bintang ingin menghampiri, namun urung karena kekasihnya sudah sampai. Dia harus segera pulang, orang rumah pasti sudah khawatir.
"Ayo pulang." Tangan mungil namun kekar itu menggenggam jemarinya. Dia marah, Bintang tahu itu. Laki-lakinya ini agak posesif, mohon maklumi.
"Huang Renjun ngeselin, Huang Renjun suka ingkar janji, Huang Renjun nggak sayang aku, Huang Renjun nggak jelas, Huang Renjun suka alasan masih di sekolah kalo jemput aku, bilang aja di sana banyak cecan, kan? Makanya betah," omel Bintang setelah mereka sudah duduk di dalam mobil.
"Astaghfirullah. Nggak boleh su'udzon gitu, Sayang. Aku emang lagi ngurus anak-anak ekstrakurikuler tadi, beneran, deh!" balas Renjun, lantas mulai melajukan mobilnya.
"Kamu juga, siapa tadi? Ngapain berduaan di pinggir jalan?" Renjun malah balik bertanya.
"Nggak sengaja ketemu, aku nendang kerikil kena dia tadi," jawab Bintang singkat. Lantas mengalihkan pandangan ke arah jalan.
Renjun tertawa, "lagian kamu ngapain coba nendang kerikil?" tanyanya, masih berusaha meredakan tawa.
"Ya abisnya kamu lama! Ini semua gara-gara kamu tau?!" geram Bintang, menyilangkan kedua tangan di depan dada. Sedang Sang laki-laki hanya menghela napas.
***
"Assalamu'alaikum...!" Renjun masuk ke dalam rumah—yang bisa dibilang mewah—milik keluarganya. Iya, dia masih tinggal bersama orang tua. Dengan alasan tidak mau tinggal sendiri di rumah yang sudah ia beli seminggu lalu.
"Wa'alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh," jawab seseorang dari dalam sana, menghampiri Renjun.
"Mama sama papa mana, Kak?" tanya Renjun kepada Kakaknya, Huang Eun Bi.
"Keluar sebentar," jawab Kak Bi—Renjun biasa memanggilnya seperti itu—sembari melangkah ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E [?] memories
عشوائيIni oneshoot. "Hanya tentang sebuah perasaan yang datang, yang membawa pada satu hubungan penuh kisah. Antara suka dan duka, antara harus mempertahankan atau merelakan. Entah akan berakhir bahagia atau sebaliknya." - ♡