II. SUARA YANG INGIN KU SIMPAN

3 0 0
                                    

My mistake was making you a priority, when I was your second choice - Anonim

Sesampainya di depan rumah Syafa, Rey langsung izin pulang kepada mama Syafa karna jam yang sudah menunjukan pukul 10 lewat.

Tidak butuh waktu lama bagi Rey untuk sampai di kediamannya dengan kecepatan tinggi, sangat berbeda saat dia bersama Syafa seperti tadi. Lagi-lagi sudah jadi kebiasaan nya untuk  mengulur waktu bersama Syafa dimana pun mereka bertemu. Walaupun tak ada yang wanita itu lakuukan didalam mobil, hanya sekedar bersenandung mengikuti alunan lagu yang ia putar di dalam mobilnya.

Lagu "HEATHER" milik Conan Gray menjadi salah satu lagu yang mengiringi keheningan. Rey menyesal kali ini karena ia bisa dengan lancar nya memaknai lagu tersebut, yang maknanya memiliki arti sama seperti cerita cintanya.

As she walks by
What a sight for sore eyes
Brighter than the blue sky
She's got you mesmerized
While I die

Why would you ever kiss me?
I'm not even half as pretty
You gave her your sweater
It's just polyester
But you like her better
Wish I were Heather

Senandung kecil milik Syafa yang mengalun indah bersamaan dengan diputarnya lagu itu, menjadi salah satu suara yang sangat ingin aku simpan agar tak ada orang lain yang mendengarnya, egois memang.

❋❋❋

Tepat tiga hari setelah Rey bertemu dengan Syafa di Cafe kemarin, sore ini selepas pulang kerja Syafa mengajak nya untuk bertemu, tanpa pikir dua kali Rey mengiyakan ajakan tersebut dan meninggalkan segala kepenatan yang sudah Rey alami sedari pagi karena pekerjaan yang menumpuk.

Sesampainya Rey di tempat yang sudah dijanjikan menjadi tempat pertemuan nya bersama Syafa, ia langsung menghubungi Syafa untuk menanyakan keberadaan nya.

Belum sempat nada sambung terjawab orang yang di nanti nya sudah menampakkan dirinya dibarengi gerakan tangan yang mengangkat ponsel dan mengoyangkan nya.

Jangankan senyum balasan dari Rey untuk wanita cantik itu kata sapaan untuk Syafa saja sudah hilang berganti wajah masam dari Rey, bencana di senja kala itu membuatnya ingin membawa pergi Syafa. Gilang, iya pacar dari Syaf yang menjadi orang ketiga dari pertemuan nya dengan Syafa.

Entah siapa yang sebenarnya berada dalam posisi orang ketiga, Rey Atau Gilang.

"Sorry.. Sorry telat tadi sekalian tutup toko biar engga kepikiran." Jelas Syafa

"Apa kabar bro? Udah lama juga ga ketemu sama lo." Sapa Gilang yang langsung dibalas Rey dengan pelukan ala bro-bro jaman sekarang.

Cuman pelukan ya engga sampe yang namanya cepika-cepiki.

"Baik gua, makin cerah aja abis balik dari Medan dapet bonus banyak nih?"
Balas Rey basa basi sekedar formalitas.

"Halah engga juga kalo di banding lu yang udah naik jabatan hahahaha." Balas Gilang yang merasa tidak enak.

"Kan kan, kalo udah ketemu nih berdua aku hilang juga engga bakal ada yang sadar." sindir Syafa yang menunjuk Rey dan Gilang sambil memasang wajah masam nya.

"Lucu banget sih fa"

"Lucu banget sih fa"

Kaget, itu yang Rey rasakan saat mendengar kata-kata yang baru ia ucapkan di dahlm hatinya juga terlontar dari laki-laki lain.

Siapa lagi jika bukan Gilang, tapi bedanya Rey dan Gilang adalah jika Gilang dengan berani mengatakan itu sambil menepuk lembut pucuk kepala Syafa. Berbeda dengan Rey, dimana dia hanya berani mengucapkan nya dalam hati dibarengi senyum nya yang bahkan tak sempat terlihat oleh Syafa.

Pengecut Rey.

❋❋❋

Maksud dari ajakan Syafa untuk bertemu dan makan malam rupanya bukan semata-mata keinginan nya sendiri. Itu sebenarnya ajakan Gilang yang disampaikan oleh Syafa.

Begitu berharap nya Rey dengan ajakan ini.

"Lo mau pesen apa nih Rey? gua traktir, bonus gua terlalu banyak buat gua abisin sendiri" Tawar Gilang yang duduk disebang kursi bersebelahan dengan Syafa yang sudah menyebutkan pesanannya pada pelayan.

"Sering-sering deh lo dapet bonus, biar gua kecipratan traktiran kayak gini terus. Hahaha" jawab Rey sambil membolak-balik buku menu.

"Yang paling mahal sekalian lo pesen Rey." Balas Gilang yang sudah memesan makanan yang akan menjadi menu makan malam nya.

"Heh jangan mahal-mahal, enak aja uang nya ditabung buat nikah lang, kamu nih si Rey di traktir nasi putih doang juga udah Alhamdullilah." Sembur Syafa yang tidak terima dengan ucapan pacarnya.

"Fa... Fa engga usah bikin aku ngenes gitu loh pakek bahas soal nikah." Jawab Rey sewot.

"ini saja ya mas mbak, silahkan ditunggu pesanan nya" Ucap pelayan yang ikut undur diri untuk lanjut melayani pelanggan yang datang malam itu.

Mata tajam milik Rey tak pernah lepas menatap kesal ke arah tangan Gilang bergerak, mulai dari pegangan tangan bersama Syafa, usapan lembut yang diterima kembali oleh Syafa di pucuk rambutnya, cubitan kecil yang Gilang arahkan ke hidung mungil milik Syafa dibarengi canda tawa pasangan kekasih di depan nya.

Jika begini minum es teh sampai lima gelas pun tidak akan membuat Rey mendingin, api cemburu yang bahkan tak bisa ia sampaikan hanya bisa membakar hatinya merambat keseluruh saraf otaknya. 

"Oh iya gimana proyek yang lagi di kerjain smaa tim lo? Denger-denger tu proyek yang di incar semua perusaahan kemaren." Tanya Gilang yang menyadari adanya Rey di tengah-tengah kebersamaan nya dengan Syafa.

"Engga gitu jugalah, emang mung-" 

"Huss huss mulai deh kalian tuh bahasan nya pekerjaan mulu, mending aku engga usah ikut tadi kalo gini."Potong Syafa yang merasa tak akan dihiraukan lagi saat dua laki-laki didepan dan disamping nya sudah membahas urusan yang tidak Syafa  mengerti.

"Utututu...  ngambek terus pacar aku nih" Jawab Gilang sambil menempelkan kedua tanagnnya di pipi Syafa.

"Lebay fa" jawab Rey sambil memasang wajah mengejeknya yang sebernarnya Rey tujukan pada dirinya sendiri, yang dengan tidak malunya mengatakan pujian yang sama seperti Gilang ucapkan tapi malah mengatakan hal yang berbanding terbalik.

Sekali lagi Rey menyebut dirinya sendiri

"Pengecut Rey"

❋❋❋

Bersambung... 

vote dan komen nya yukk ... biar semangat uy ...

jangan gitu sedih adek bang 

hahahahhaha (ketawa jahat)

HeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang