✏ the 4

84 8 0
                                    


_Layaknya sebuah rasa tertentu yang selalu melekat dalam hati setiap manusia, seperti itu jualah cara dunia menunjukkan kekuasaannya dalam mengatur takdirnya.”

















⬅❇❇❇➡

















Seperti janjinya, di pagi Senin ini, dengan motor matic kesayangannya, Jungkook pun mengantarkan sang ibu untuk ke stasiun kereta. Namun sebelum itu mereka ke rumah Nyonya Shin terlebih dahulu, untuk mengantarkan sesuatu yang ibunya maksudkan. Vitamin.

Dan Jungkook baru tahu, jika Nyonya Shin yang dimaksudkan sang ibu itu ternyata adalah sesosok wanita tua yang mengelola sebuah panti asuhan dengan puluhan anak - anak yang terbuang didalamnya. Sama seperti dirinya, namun dalam konteks yang berbeda.

Dan ia juga mengerti kenapa ibunya memberikan wanita tua itu kapsul vitamin.

Sesampainya disana, Jungkook melihat wanita tua itu tidak sendiri. Ada juga tiga wanita lainnya yang seumuran dengan ibunya, ikut membantu mengelola panti sederhana tersebut. Bahkan yang seumuran dengan dirinya pun ada.

Namun keduanya tidak bisa berlama lama disana. Sebab sang ibu tidak ingin mengulur waktu dan harus segera berangkat ke Busan. Juga setelah ini, ia pun harus segera berangkat ke kampus sebelum jam sembilan. Maka, setelah berbincang - bincang sejenak, mereka pun memutuskan untuk undur diri dari sana dan langsung menuju stasiun kereta bawah tanah.

Dan disinilah akhirnya keduanya sekarang, di stasiun kereta yang dimaksud.

"Mengantarnya sampai disini saja, Jungkook-ie. Tidak apa - apa. Eomma bisa sendiri." ujarnya sesaat sudah tiba di tempat pemberhentian kereta. Ia kemudian beralih pada sang putra.
"Terima kasih, sayang."

"Ne." balasnya. "Oh ya. Jam berapa keretanya akan tiba?"

Sang ibu menatap pergelangan tangannya sejenak.

"Mungkin sebentar lagi." jawabnya. Kemudian kembali menatap sang putra. "Kau berangkat lah ke kampus. Eomma tidak apa harus menunggu sendiri." ujarnya saat menyadari sesuatu.

Namun Jungkook hanya menggeleng pelan.

"Tidak. Aku harus memastikan jika eomma tidak ketinggalan kereta. Dan aku akan tetap disini, sampai eomma benar - benar menaikinya." keukeuhnya, menatap berbinar sosok sang ibu.

Dan sang ibu pun spontan terkekeh kecil karenanya.

"Jangan lakukan itu, sayang. Eomma tidak ingin kau terlambat ke kampus." bujuknya. "Cha.. Pergilah. Eomma tahu, setengah jam lagi kelasmu akan dimulai. Dan eomma tidak mau jika putra eomma yang tampan namun menggemaskan ini di detensi oleh dosennya nanti." putusnya, sembari menjawil dagu sang putra yang kemudian menampilkan raut malasnya.

"Ck. Cukup katakan tampan saja eomma. Aku laki - laki jika eomma lupa. Dan aku tidak menggemaskan." rengutnya. Yang mana hal itu semakin mengundang kekehan gemas dari sang ibu yang melihatnya.

• The Truth Untold • TaekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang