Tiga bulan sudah berlalu setelah kejadian di rooftop kampus. Mark dan Jaebum jadi semakin dekat. Hubungan mereka nyaris tak berjarak lagi sekarang. Bahkan kalau diperhatikan mereka berdua lebih mirip sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta daripada sepasang sahabat yang sudah bersama sejak lama.
Lihat saja mereka berdua yang sedang saling menyuapi satu sama lain seakan lupa kalau keduanya sedang berada di kantin kampus saat ini. Dunia serasa milik berdua sementara yang lain hanya numpang.
Tunggu, sahabat mana yang akan saling menyuapi satu sama lain sampai isi mangkuk yang ada di depan keduanya habis tak bersisa? Hanya mereka berdua sepertinya.
Belum lagi cara mereka bertatapan. Seakan-akan ada gambar hati yang keluar dari mata keduanya. Apa mereka menyadari itu? Sepertinya belum tuh.
Sahabat rasa pacar atau dua orang anak manusia yang sedang terjebak dalam friendzone mereka berdua ini?
Setelah makan siang Mark dan Jaebum yang sudah tidak memiliki jadwal kuliah memilih untuk meninggalkan kampus dengan mobil Jaebum.
Ngomong-ngomong sudah tiga bulan ini keduanya selalu berangkat bersama. Mentang-mentang tetanggaan dan lagi otw bucin. Jadi makin lengket seperti perangko dan amplop. Dimana ada Mark disitu ada Jaebum kecuali ketika keduanya ada kelas tentunya.
Mereka memilih pergi ke bukit tempat keduanya biasa menghabiskan waktu untuk bermain ketika masih kecil dulu daripada langsung pulang ke rumah.
Lihat saja di bawah pohon, Mark sedang duduk bersandar pada batang pohon sementara kepala Jaebum ada di atas pangkuan Mark. Tangannya sibuk memainkan jemari tangan Mark. Sementara Mark sibuk mengelus kepala Jaebum. Sahabat? Jangan bercanda, please.
"Mark hyung."
"Hmmm?"
"Ku rasa sekarang aku sudah sepenuhnya move on. Karena ku pikir-pikir tidak ada gunanya juga terus menyukai orang yang sama sekali tidak menyukaiku."
"Baguslah kalau begitu."
Entah mengapa ada rasa bahagia yang asing di hati Mark ketika mendengar perkataan Jaebum. Bukan seperti bahagia untuk sahabatnya, tapi sesuatu yang sama sekali berbeda dari itu.
"Kau tidak berniat menanggapi ceritaku hyung?"
Gelengan kepala Mark berikan untuk menjawab pertanyaan Jaebum.
"Kenapa?"
"Karena ceritamu tidak butuh tanggapan ku rasa. Hanya butuh didengar."
Jaebum tertawa mendengar ucapan Mark. Namun Jaebum yang peka jelas menyadari ada yang berbeda dari cara bicara hyung kesayangannya ini.
"Ada apa denganmu Mark hyung?"
"Jaebumie, kalau misalnya sahabatmu menyukaimu apa yang akan kau lakukan?"
"Tentu saja aku akan menolaknya. Aku lebih memilih bersahabat sampai kapanpun daripada berkencan, putus lalu bermusuhan. Aku tidak menginginkannya hyung."
Hati Mark seperti tersengat mendengar ucapan Jaebum. Hatinya tiba-tiba terasa sakit mendengar jawaban Jaebum.
Jaebum menunggu respon Mark. Sedikit bertanya-tanya karena Mark hanya membisu. Ketika, Jaebum mengangkat wajahnya untuk melihat Mark. Wajah sedih Mark tertangkap oleh pandangan matanya. Hatinya seketika terasa sakit ketika melihat wajah sedih Mark.
"Kau kenapa hyung? Ada masalah? Ceritakan saja hyung."
"Aniya, tidak ada masalah apapun Jaebumie."
"Kau sakit hyung?"
Jaebum bangun dari tidurannya di paha Mark. Berusaha memegang wajah Mark. Namun secara halus Mark berusaha menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Happiness {MarkBum}
FanfictionCompleted ✔ Jaebum yang ditolak oleh Jinyoung tanpa sebab yang jelas berusaha untuk move on. Sedangkan Mark sahabat Jaebum berusaha untuk mencari tahu alasan penolakan yang dilakukan oleh Jinyoung, namun sesuatu hal yang belakangan diketahuinya memb...