Chapt 3 [Senpai]

29 5 2
                                    

"SADAR WOY!!" Yuki menampol kepala Ryui tanpa rasa bersalah.
"Aww, sakit tau. Lu lupa ya, kepala gua kan abis kena bola basket." kata Ryui meringis kesakitan.
"Ohh pantes."
"Pantes gimana?" tanya Ryui.
"Jadi miring." jawab Yuki.
"Miring gimanaa Yukiiii. Ni temennya mau jadi normal malah dibilang miring. Gimana Indonesia mau maju coba."
"APA HUBUNGANNYA SAMA INDONESIA ELAH!"

Mereka berdebat dipinggir lapangan. Mepet tembok. Menghindari keramaian orang yang sedang menyemangati pertandingan. Takutnya orang-orang malah menonton mereka yang debat, bukannya nonton pertandingan basket.

Namun tidak dapat dipungkiri, senpai kelas MIPA 5 memang bisa diakui ke-keren-annya. Lihat saja hampir semua murid perempuan disini memperhatikan pertandingan dengan seksama.

Tidak terkecuali Ryui.

"Tapi gua seneng kok, Ryu. Ternyata elo normal dan gak lesbi. Selama ini gua takut aja." kata Yuki polos.
"ENAK AJA!! Gua masih normal please. Gua cuma nunggu orang yang tepat aja." balas Ryui.
Yuki hanya tertawa.

Sebenarnya ada alasan lain yang membuat Ryui memilih 'orang itu'. Tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk menceritakannya pada Yuki. Mungkin lain kali.

Ia hanya ingin memastikannya terlebih dahulu.

Lagipula saat ini 'orang itu' sedang bermain basket dengan keren didepan sana. Bagaimana mungkin Ryui akan melewatkannya.

Tentu saja tidak.

^^

Pertandingan telah selesai.
Hasil akhir tentunya dimenangkan oleh kelas senpai. 11 MIPA 5. Tidak dapat dipungkiri mereka jauh lebih lihai dalam memainkan bola-bola cepat.

Bahkan Jun, kapten kelas kami-pun kewalahan dibuatnya.

Seperti pertandingan pada umumnya, diakhir pertandingan para pemain bersalam-salaman untuk menunjukkan sportifitas masing-masing.

Yang kalah mengaku kalah. Yang menang ya menang.

"Enak ya mereka bisa salaman sama Shunta." kata Yuki tiba-tiba.
"Lu pengen?"

Yuki hanya mengangguk cepat dengan wajah melas layaknya kucing yang minta makan sama majikannya.
"MAKANYA CEPETAN DI GEBET!!" ucap Ryui ngegas.
Wajah Yuki mengerut, "Tidak semudah itu Ferguso."
"Basi."
"Ya maap. Soalnya gua blom sempet nyoba kata-kata itu waktu lagi booming-boomingnya ehe."
Ryui hanya membalasnya dengan kata 'oh' pelan.

Dasar bocah, ganggu aja gua lagi ngeliatin doi baru gua. Kata Ryui dalam hati.

Diseberang sana 'orang itu' sedang tertawa bersama teman-teman sekelasnya. Dilihat dari gerak-geriknya tentu saja ia sedang mendapatkan pujian dari teman-temannya.

Bagaimana tidak, 37 dari 96 poin yang didapatkan tim kelas 11 MIPA 5 semua dicetak olehnya.

Keren bukan main.

Ryui hanya bisa dibuat melongo dipinggir lapangan.

Gak salah pilih doi nih gua. Udah baik, keren, pinter lagi. Perfecto! Kata Ryui dalam hati sambil mengelus-elus dagunya.

Pinter main bola basket maksudnya.

"Btw, tuh senpai kok kalo dilihat-lihat tampangnya mirip Yumiki yak." kata Yuki.
"Ya engga lah. Yakali. Kerenan aja itu. Yamato mah beda." balas Ryui bersikeras.
"Mirip, Ryu. Dikit. Perhatiin deh."
"Ngga, masi kerenan senpai itu.
"Serah elu deh." Yuki menyerah.
Ryui memperhatikan 'orang itu' dengan lebih intens.

Hmm. Masa sih mirip? Apa gua aja yang keseringan liat Yamato ya? Tanya Ryui dalam hati.

"Udah kuy ke kelas. Anak-anak dah pada balik tuh. Shunta juga udah kembali ke kelasnya." ajak Yuki.
"Ayokk!"

Mereka berjalan menuju kelas dengan perlahan. Kepala Ryui masih agak pusing akibat benturan tadi.

Yuki hanya memastikan Ryui masih selamat sampai ke kelas. Dari kejauhan ia melihat senpai yang tadi melempar bola ke kepala Ryui. Senpai itu sedang berjalan bersama teman-temannya menuju kantin.

"Heh. Ryui!" bisik Yuki pelan sambil menyenggol lengan Ryui.
"Paan? Hadehh pusing~" balas Ryui sambil masih memegangi kepalanya yang benjol.

"Itu ada senpai yang tadi."
"MANA? MANA?"
"Biasa aja napa."
"Halah, kayak lu gak gitu aja kalo ada Shunta." ucap Ryui.
"Ngga kok." kata Yuki sewot.
"Gak sadar diri."

Mereka malah berdebat dan tidak sadar bahwa gerombolan senpai sudah semakin mendekat.

"Eh, kamu yang tadi kena bola ya?" kata 'orang itu'.
Ryui yang baru saja sadar bahwa ini bukan mimpi dengan cepat menjawabnya, "I- Iya kak."
"Haduuu maap yakk. Tadi gua gak sengaja. Beneran." katanya manis. Sambil menunjukkan kedua jarinya sebagai tanda bahwa ia tidak bohong.

"Iya kak. Gapapa kok hehe." ucap Ryui malu-malu.
"Ngga luka kan?" tanya-nya lagi.
"Cuma benjol aja. Tadi juga udah di kompres pake es batu sama temen gua." jawab Ryui.
"Ohh. Syukurlah. Oiya, nama lo siapa?"
Ryui kaget, "Ryui kak. Yoshizawa Ryui. Kalo kakak?"
"Gue-" omongannya terputus oleh teriakan seseorang dari kejauhan.

"RO, LU NGAPAIN SIH BERHENTI DISITU?!"
Ya, dia adalah teman dari 'orang itu' yang tadi juga teriak-teriak saat insiden bola basket di lapangan.

Hobinya nge-gas kali.

"Ehehe. Sori, Ta. Tungguin gue." balasnya.
"Duluan ya dek. Lain kali kita ngobrol lagi. Jaa~" lanjutnya seraya melambaikan tangan kearah mereka berdua.

Ryui hanya melambai pelan.

"Ehe. Eheheheheh. Ini bukan mimpi kan?" tanya Ryui.

PLAKK!! Serangan lima jari melayang dari tangan Yuki.
"ADAWW." Ryui mengerang kesakitan.
"Sakit nggak?" tanya Yuki.
"Sakitlah!"
"Berarti gak mimpi."
"Uwohh."

Mata Ryui berbinar-binar.

"Beruntung juga ya lu. Mulus amat. Baru aja ketemu hari ini langsung diajak kenalan." kata Yuki.
"Gua cuma bisa bersyukur, Ki. Moga-moga aja gini terus." ucap Ryui.
"Aamiin. Yang terbaik deh buat elu."
"Makasii."
"Doain gua juga tapi."
"So pasti dong!" balas Ryui sambil tersenyum.
"ARIGATOUU~" teriak Yuki sambil bersiap untuk memeluk Yuki.
Dengan lincah Ryui menghindari serangan itu.

"Gausah peluk-peluk gua." ucap Ryui sambil memasang wajah pokerface.
"Iihh." Yuki hanya diam dan merengut.
Ryui tertawa.

^^

Tidak terasa mereka sudah sampai dikelas. Segera berganti seragam, lalu melanjutkan pembelajaran.

Ketika jam pelajaran, Ryui sulit untuk fokus. Beberapa kali Yuki memergokinya melamun. Entah apa yang ia pikirkan.

Paling mikirin si senpai. Pikir Yuki dalam hati.

Namun bukan itu, Ryui memikirkan hal lain.

Apa benar 'orang itu' ya? Ntar nyampe rumah gua stalking deh. Pikir Ryui.

Ya sama aja itu mah. Mikirin senpai juga. Gimana sih?

"Woy! Ntar kalo lu ngelamun lagi, bukan bola cinta yang kena kepala lu." kata Yuki yang geram dengan Ryui yang sejak tadi melamun.
"Trus apa?" tanya Ryui.
"Spidol melayang."
"Ih serem." Ryui tidak bisa membayangkan kepalanya yang uwu kecolok spidol papan tulis yang masih tajam karena baru itu.
Mengerikan.

"Lagian elu si. Berani banget melamun di jam pelajaran Pak Daichii." kata Yuki.
"Emangnya Pak Daichii kenapa?" tanya Ryui.

BRAKK!!
Sebuah penghapus papan mendarat tepat ditengah-tengah meja mereka.

"Bangku yang ada penghapus papannya,"
Teriak Pak Daichii.
"Iya pak." jawab mereka pelan.
"Maju kedepan!" lanjut beliau.

"Tuh kan. Salah elu."
"Salah elu lah."
"Kok salah gua?"
"Yang ngelamun tadi siapa?"

"SUDAH CEPAT MAJU!!"

Mereka berdua berjalan perlahan menuju ke depan kelas.
Entah ini hari yang beruntung atau sial.

^^^
Bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang