Beberapa kali kamu bercerita sedang menerka-nerka arti sikap dan perhatiannya. Sementara kamu tahu dengan benar bahwa tidak pernah ada kepastian.
Kamu hanya bertumpu pada perasaanmu sendiri.
Sementara kamu menunggu dengan setia, dia masih terlalu senang berkelana.Pada segala-galanya kamu menggunakan perasaan dengan berlebihan. Perasaanmu terlalu indah untuk bisa dijelaskan dengan kata-kata. Bahkan dalam kehilangan dan dinginnya hujan, tidak perlu ada genangan air mata untuk sebuah kerinduan.
Tapi kemudian kamu bercerita tentang perasaan menyesakkan yang datang tiba-tiba, karena segalanya tak seperti yang dibayangkan. Kamu sadar penuh bahwa sosok dia sudah tidak lagi ada. Yang kau punya hanyalah potongan-potongan visual dalam kepalamu sendiri hingga kamu tua nanti.
Tapi kamu bersikeras.
Mencintai adalah sebuah pilihan yang tidak segalanya mesti kamu mengerti, terkadang perasaan adalah sebuah anugerah yang tidak akan mampu dijawab cara kerjanya oleh kepala.
Di dalam dadamu cinta itu tetap agung adanya. Rindumu adalah kekuatan yang akan terus membuatmu menuliskannya di saat-saat yang bahkan nyaris tak mampu menggerakkan tanganmu.
Bahkan jika kelak dunia ini dan seluruh isinya meledak menjadi satu supernova, pada satu waktu hanya kamu yang tahu bahwa perasaan itu masih utuh.
Kamu sangat mencintainya. Bahkan dalam ketiadaannya pun kamu mampu.