Hari sudah berganti, tetapi keadaan di rumah Haeyon masih sama seperti biasa,
ramai.
Sangat ramai itu membuatnya muak, telinganya sudah lelah berusaha menghentikan perseteruan kedua orang tua nya, bayangkan saja ia harus menghadapi itu semua langsung setelah ia terbangun dari tidurnya, bukan alasan yang menyenangkan untuk bangun di pagi hari.
Haeyon mengemas keperluannya untuk di kampus nanti, sebenarnya kelasnya masih dimulai siang nanti tetapi ia sudah tidak tahan lagi berdiam di rumah jika harus mendengarkan teriakan-teriakan yang memekakkan telinga itu. Gadis itu mengenakan sweater biru tua dipadukan dengan jeans longgar favoritnya, dengan ransel sedang warna hitam miliknya yang berisi buku yang sekiranya akan ia butuhkan. Tak lupa ia meraih earphonesnya yang berada di meja dan memasukkannya asal ke dalam saku jeansnya.
Gadis itu keluar rumah tanpa menoleh sedikitpun ke arah dapur, tempat dimana perseteruan itu terjadi, ia hanya pamit dengan suara kecil yang sudah jelas suaranya pasti tenggelam dibandingkan dengan suara kedua orang tuanya.
Kelas Haeyon berjalan seperti biasa, normal, tak ada yang spesial. Ia berjalan menyusuri lorong, cahaya oranye menghiasi ubin putih bersih itu, hari sudah sore, Haeyon memutuskan untuk pergi ke taman biasanya untuk menghabiskan waktu dan menunggu malam tiba, setidaknya hingga kedua orang tuanya tidur terlelap agar ia tak harus mengorbankan telinganya lagi.
Seketika pikirannya kembali ke San,
apakah lelaki itu akan datang malam ini
jika iya, apa mereka akan bertegur sapa
atau bahkan melanjutkan obrolan kemarin,
Haeyon menghela nafas dan merutuk dirinya sendiri karena terlalu banyak memikirkan skenario yang absurd, ia terlalu percaya diri akan bertemu lagi dengan San.
Kini gadis itu telah sampai di taman, kakinya melangkah menyusuri jalan setapak yang menuntunnya ke bangku tempat ia duduk kemarin. Syukurlah tidak ada yang menempati bangku yang kemarin ia duduki walaupun taman terlihat sedikit ramai sekarang.
Haeyon mendudukkan dirinya di sebelah ranselnya, mengeluarkan earphones dari saku jeansnya. Lagu dari playlistnya mengalun dan memanjakan telinganya, ia kembali menghembuskan nafas dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran bangku, pandangannya mengamati kelompok orang yang berkumpul di taman. Ada yang menggelar kain piknik, ada yang bermain frisbee dengan anjingnya, ada pula yang bermain bola.
San sedang jogging di sekitar taman setelah seharian ia berada di studio dance bersama teman-temannya. Ia mengenakan celana sport di atas lutut, dengan kaos hitam polos dan jaket parka tipis warna kuning yang dibiarkan tidak diresleting. Lelaki itu berbelok memasuki taman, berlari kecil menyusuri jalan setapak, tanpa sadar langkahnya menuju ke bangku dimana ia semalam bertemu dengan gadis yang menarik.
Hati kecil San berandai-andai kapan ia bisa bertemu dengannya lagi, ada banyak hal yang membuat San penasaran dan tertarik pada gadis itu.
Langkah San melambat ketika ia melihat ada seseorang sedang duduk di bangku tempat ia melihat bintang semalam, langkahnya terhenti sepenuhnya ketika ia menyadari seseorang yang sedang duduk adalah gadis yang ia harapkan untuk bertemu kembali.
-!!-
Hallo hehe
Maaf banget ya lama update stargazing, sebenernya aku ada rencana buat hiatus-in ini dulu karena aku kemarin" merasa buntu mau lanjutin tapi gajadi hehe, terimakasi semuanya yang masih stay buat baca story aku ❤️
oiya aku juga abis bikin playlist lagu buat ff ini, mungkin ada yang tertarik bisa diklik linknya ya :D https://open.spotify.com/user/thevampsdilla/playlist/7e7dpdbHkTbTEcS7xlGkM8?si=fpex6OvFREGaYtXVsqYl4Q
Vote & comments will be appreciated ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
stargazing [choi san ateez]
Fanfictiongaze /ɡāz/ verb : look steadily and intently, especially in admiration, surprise, or thought. . . "the stars are up there, stop looking at me" "the stars will always be up there, but i dont know about you"