; Gael

29 5 1
                                    

"Arina?"

Arina yang tengah menutup telinganya dengan headphone putih dan menelungkupkan wajah ke bantal mendongak, mendapati kakak lelakinya berdiri di ambang pintu kamarnya. "Eh, Abang," kata Arina datar, dan kembali menelungkupkan wajahnya ke bantal. Tanpa Gael minta, ia masuk ke dalam kamar Arina. "Kayaknya banyak barang kamu yang berkurang ya?" tanya Gael sambil duduk ditempat Arina. Arina hanya diam tanpa merespon pertanyaan Gael. Gael hanya menghela napas, kemudian ikut berbaring disebelah Arina.

"Lagi patah hati ya? Patah hati pertama ya?" ledek Gael sambil mengambil sebuah guling berbentuk boneka Winnie The Pooh.

"Abang berisik," keluh Arina, sambil membalikkan tubuhnya membelakangi Gael. Tangan Gael menggapai kepala Arina dan mengacak-acak rambutnya. "Kamu mah kalau masalah hati enggak pernah cerita ke Abang, kamu cerita ke Mama Papa melulu. Gini-gini, Abang penasaran sama kamu, Dek," tutur Gael, sambil menyilangkan kedua tangan dibelakang kepalanya.

"Gak ah, males. Kalo Arina cerita masalah hati Arina, ntar Abang ketawa dan bakal ngeledekin Arina kayak anak SMP lagi ngalamin cinta monyet," gerutu Arina sambil memeluk guling, tangan kanannya mengusap layar handphone-nya dan mengganti lagu lain.

"Yee, itu kan dulu Abang bercanda doang. Dulu kamu cerita ke Abang ya kalau ada cowok nembak kamu dikampus, terus Abang ngetawain kamu dan kamu ngambek ke Abang berhari-hari," tawa Gael.

"Tuh, gara-gara itu Arina males cerita ke Abang," Arina melempar sebuah boneka ke muka Gael. "Aw!" Gael menjengit kaget karena Arina melempar sebuah boneka ke mukanya, "Sekarang Abang serius mau denger cerita kamu. Soalnya Mama tadi cerita ke Abang, tapi Abang juga mau tau secara langsung cerita dari korban cinta hari ini," sindir Gael, seraya menyingkirkan boneka itu darinya.

Arina bangkit dan duduk ditempat tidurnya dengan malas, tangannya terangkat melepas headphone dari telinganya. Gael ikut duduk disebelah Arina, Arina menatap Gael dengan tatapan datar. Tangan Gael terangkat dan menarik pipi tirus Arina, "Buruan cerita ke Abaaangggg."

Arina menyentak kesal dan mendengus, Gael tertawa karena berhasil menjahili Arina. Seraya melipat kakinya dan menyandarkan kepala ke bahu Gael, Arina menghembuskan napas berat. "Patah hati seburuk ini ya, Bang?" gumam Arina, "Tau gini, aku nggak mau jatuh cinta lagi, Bang. Nyesek banget ditinggal dengan cara kayak gitu, Bang." Arina menghela napas perlahan, kemudian kembali terisak.

Gael langsung merangkul Arina yang wajahnya sudah basah oleh air mata. Arina menutup matanya seraya terisak dengan keras. "Dia..., tega banget Bang. Dia lebih milih perempuan itu, Bang. Aku enggak pernah tahu siapa perempuan itu. Tiba-tiba perempuan itu dateng ngelabrak aku dan kita hampir aja -"

Tangan Gael menutup mulut Arina, menghentikan cerita Arina. "Kalau kamu enggak kuat cerita, berhenti aja. Maafin Abang kalau Abang maksa kamu cerita. Sekarang puasin aja nangisnya, Abang disini buat kamu. Laki-laki di dunia ini enggak cuma Alan, Arina. Ada Papa sama Abang yang jauh lebih sayang sama kamu."

Gael memeluk adik kesayangan satu-satunya yang ia miliki, Gael merasa berdosa karena telah memaksa Arina untuk bercerita kepadanya. Gael merapatkan kepala Arina ke bahunya, "Puasin aja nangisnya, Dek. Abang ngerti kok apa yang terjadi sama kamu," lirih Gael. Gael sudah lama tidak memeluk adik kesayangannya semenjak merantau ke pulau Jawa dan melanjutkan pendidikan kuliah di sebuah universitas negeri disana. Setelah diterima di universitas dan menetap disebuah indekos disana, Gael jarang kembali ke kotanya sendiri kecuali pada hari raya Idul Fitri. Gael sering berkomunikasi dengan Arina melalui sosial media. Arina sering mengatakan bahwa ia sangat merindukan Gael dan berharap Gael ada disisinya.

"Aku jadi pengen balik ke masa kecil, Bang. Masa di mana kita masih polos, kerjaannya main terus, dan enggak ngerti soal cinta-cintaan kayak sekarang," keluh Arina, kepalanya ia sandarkan ke bahu Gael lebih rapat lagi. "Ya ampun Arina, udah jadi mahasiswa masih ngeluh aja mau balik ke masa kecil," ledek Gael sambil tertawa. Arina melipat tangannya, "Ya bodoamat, suka-suka aku," dengus Arina sambil mengusap wajahnya yang penuh bekas air matanya, "Abang kan baru selesai kuliah, aku mau tanya Bang."

"Tanya apa?"

"Kan waktu aku, Mama, sama Papa ke universitas Abang waktu wisuda, perempuan yang ngejabat tangan Abang sambil takut-takut itu siapa ya?" tanya Arina setengah menyindir. Mendadak wajah Gael berubah menjadi datar, lalu tangannya menjitak kening Arina. "Ih! Kok aku malah dijitak sih?" protes Arina sambil memukul bahu Gael. Gael mendengus, "Itu, perempuan yang suka sama Abang," jawab Gael cepat, seraya memandang Arina, "perempuan itu suka sama Abang, tapi dia udah -"

"Ada cowok lain, iya kan?" ledek Arina.

"Hm, iya," jawab Gael pendek, "Abang sempet suka sama dia, pas abang hampir aja nembak dia, tiba-tiba Abang dapet kabar kalo dia udah jadian sama orang lain."

"Yaahh, Abang senasib kayak aku dong," ledek Arina lagi, kemudian Arina mengerutkan kening, "dia suka sama Abang, tapi dia udah jadian sama orang lain. Maunya gimana coba?" tawa Arina. Gael akhirnya tertawa, "Abang aja juga enggak ngerti maunya dia kayak mana. Tapi Abang bersyukur aja belum jatuh sama dia lebih dalam, kalau udah jatuh lebih dalam dan kejebak disana, keluarnya susah," jawab Gael sambil tersenyum pelan, "kalau udah kejebak di zona macam gitu susah mau ngelupainnya."

Arina memutar matanya dan mengerucutkan bibirnya, Gael tertawa dan mengacak-acak rambut Arina. "Yaudah tidur sana, besok kamu ngampus kan? Besok Abang anter sekalian jemput ya, gak ada penolakan," tegas Gael. Arina mengangguk, "Iya Abaaangggg, aku mau di anter Abaangg," jawab Arina malas-malasan. Gael bangkit dan mengacak-acak rambut Arina, "Yaudah, Abang ke kamar ya. Selamat Tidur, Tuan Putri."

"Terima kasih sudah menemaniku wahai Pangeran."

Mereka tertawa.

Gael pamit dan menutup pintu kamar Arina. Kemudian Arina segera membereskan buku-buku untuk kuliahnya besok dan bergegas tidur.

~~~

-16 Mei 2019

Now Playing: IZ*ONE - Violetta

Enak kali ya punya Abang kayak gitu? T-T

Hiks.

Salam, Bianisa

nb; vote komen jgn lupa -_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang Tanpa Rencana [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang