Jimin POV
Jam sekolah sudah selesai dari tadi, aku masih berada didepan lokerku, membawa beberapa barang yang kuperlukan dari sana. Tidak seperti siswa lainnya, aku selalu pulang paling akhir.
Maksudku, aku tahu kalau aku memang di bully disini dan aku juga tidak punya teman. Tapi sekolah adalah tempat pelarianku dari rumah.
"Jimin!"
Aku mendengar seseorang memanggil namaku. Lalu, seluruh tubuhku membeku. Suaranya tidak terdengar seperti salah seorang dari para pembully itu. Tapi siapapun yang memanggilku, dia menyebut namaku dengan sangat ceria.
Apakah ada orang lain yang bernama Jimin di sekolah ini? Aku menepis pikiran itu, lalu memasukkan beberapa buku kedalam tasku. Tapi suara itu terdengar lagi. Demi Tuhan, tidak bisakah orang yang bernama Jimin itu menjawab panggilan dari temannya.
Aku mendengus kesal, tapi kemudian aku terlonjak ketakutan karena seseorang menutup pintu lokerku dengan kasar.
"Jimin?"
Aku mendongkak untuk melihat Taehyung, laki-laki paling populer di sekolahku, menundukkan sedikit tubuhnya dan memenjarakanku di antara loker dan sebelah tangannya yang berada disisi kepalaku.
"Jangan takut,"
Katanya sambil menunjukkan ekspresi hangat.
Dia menyunggingkan senyuman kotaknya yang khas, sementara aku menatap bingung kearahnya.
Dari semua orang yang ada di sekolah ini, kenapa dia memilih bicara padaku? Apakah dia berteman dengan para pembully itu? Apakah dia kan membullyku juga? Kupikir aku sudah tidak bisa lagi menerima orang yang mengerikan lainnya didalam hidupku ini.
"Kau baik-baik saja, jiminie?"
Tanya taehyung.
Aku menggigit bibir bawahku, menunduk takut padanya. Lalu dia tiba-tiba menaruh jarinya dibawah daguku dan mengangkatnya sedikit untuk membuatku melihat langsung kedalam sorot matanya.
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, pada akhirnya aku melontarkan dua pertanyaan.
"Kenapa?"
...dan...
"Apa yang kau inginkan dariku?"
Tapi dia malah tersenyum lagi.
"Kau sangat imut,"
Katanya.
Aku tidak tahu apa yang salah dengannya, tapi aku benar-benar ingin pergi. Aku harus kabur. Tidak ada seorang pun yang akan memperlakukanku dengan baik selain ibu kandungku sendiri.
Aku mengambil tasku, hendak berjalan meninggalkan gedung sekolah sampai kemudian aku merasa seseorang mencengkram pergelangan tanganku.
"Tasmu terlihat sangat berat, biar aku yang membawakannya untukmu."
Lalu dia mengambil tasku dan mulai berjalan ke pintu keluar, aku pun mengikutinya.
Ini bukan karena aku tidak punya pilihan untuk menghindar darinya sekarang, tapi masalahnya dia membawa barang-barangku di tas itu.
Taehyung POV
Dia pendiam. Kurasa dia gugup karena orang-orang mulai melihat kearah kami. Ya, mungkin sebenarnya mereka sedang melihatku. Mereka memang selalu melihat kearahku.
"Kau tidak perlu membawakannya."
Katanya sambil menunjuk kearah tas yang kubawa.
"Tidak, aku yang akan membawanya."
Taktikku sangat sederhana. Benar-benar sederhana. Jika aku punya tasnya, dia akan mengikutiku kemanapun aku pergi. Itu berarti dia akan selalu berada disisiku. Lalu jika dia terus berada disampingku, lama-lama dia akan jatuh cinta padaku, kemudian taruhan bodoh ini akan berakhir.
Aku berjalan ke mobilku, dan dia terlihat ragu untuk ikut masuk kedalam mobil.
"Aku bisa jalan kaki,"
Katanya.
"Kau tidak perlu mengantarku pulang."
"Ayolah, aku memaksa. Dan lihatlah, kurasa sebentar lagi akan turun hujan."
Dia melihat ke atas, menemukan langit biru yang bersinar dan awan putih yang sangat jelas. Sungguh hari yang cerah. Kemudian dia melihat kearahku dengan tatapan terheran-heran.
"Ya... Kau kan tidak tahu apa yang mungkin akan terjadi nanti. Sekarang, masuklah ke mobil."
Terlihat jelas sekali kalau dia sedang berdebat dengan dirinya sendiri, tapi kemudian dia menurutiku dan masuk kedalam mobil. Dia memberitahuku alamat rumahnya sebelum kemudian aku menyalakan mobilku dan pergi meninggalkan parkiran sekolah.
Aku bersikap seolah aku akan mengantarnya ke rumah, tapi begitu aku sampai didepan rumahnya, aku menginjak pedal gas sehingga membuatnya bergerak gelisah ditempat duduk samping kemudi mobilku.
"Hey, umm.. Kau baru saja melewati rumahku.."
"Aku tahu,"
Kataku sambil tersenyum senang. Ternyata mempermainkan jimin memberikan kebahagiaan tersendiri untukku. Kasihan dia, tapi biar bagaimana pun dia harus terbiasa untuk tidak takut padaku.
"M-m-mau pergi kemana kita?"
Dia bertanya dengan ekspresi ketakutan yang ketara sekali. Dia mungkin berpikir kalau aku sedang menculiknya.
Catat ini, aku tidak menculik Park Jimin. Secara teknis, aku hanya sedikit memaksanya untuk bersedia menghabiskan waktunya sepulang sekolah bersamaku. Ini adalah langkah pertama dari rencana besarku untuk memenangkan taruhanku dengan jungkook.
*****************************************
Maap spam notif, mumpung lagi pengen :)
Wkwk sampe ketemu ntar malem :')
*****************************************
KAMU SEDANG MEMBACA
[WIP] Yang Hilang
FanfictionTentang jimin yang suatu hari menghilang bersama taehyung. Cr: @ArmyxBlackjack (Dead Girl Walking) Note: the trans project here included some modification due to cross culture understanding.