Tiga

53 23 0
                                    

       Di dalam rumah mewah, terlihat keluarga yang sedang menikmati makan malam mereka. Keadaan sangat hening, suara dentingan sendok dan garpu yang memecahkan keheningan tersebut. Sang kepala keluarga menyelesaikan makannya terlebih dahulu, dan mulai membuka pembicaraan.

    "Bagaimana sekolahmu Melvin?" Ucap Julian selaku kepala keluarga.

    Melvin berhenti menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. "Baik."

    "Tatap Papa jika sedang berbicara Melvin." Ucap Julian kepada anaknya.

    Melvin menatap ayahnya dengan tatapan datarnya. "Semuanya baik – baik saja Tuan Andreus, saya selesai." Melvin membalik sendoknya tanda ia telah selesai makan dan bangkit dari duduknya.

    "Besok Papa akan pergi lagi untuk mengurus perusahaan Papa di luar, kalian berdua tidak apa – apa?" Jelas Julian sebelum Melvin menjauh.

    "Sudah biasa." Melvin langsung pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

    "Bisakah kau menunda kepergianmu? Luangkan sedikit waktumu dengan Melvin Sayang?" Trisha akhirnya membuka suara.

    "Tidak bisa, perusahaan sedang membutuhkan aku." Julian meminum minumannya.

    "Kau baru saja kembali dari luar, dan sekarang kau akan pergi lagi. Tidakkah kau memikirkan Melvin juga? Dia merindukanmu, merindukan saat kita bersama – sama." Ucap Trisha menghela nafasnya.

    "Aku mencari uang juga untuk kebahagiannya Trisha. Kalian hanya tinggal diam dan menikmati semuanya saja." Julian terus menatap Istrinya.

    "Tapi bukan uang yang Melvin inginkan." Trisha merasa kesal, akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamarnya.

       Melvin yang mendengar hal itu hanya diam, dan mengunci dirinya di dalam Kamar untuk mengistirahatkan dirinya. Ia menutup mata dengan lengannya menghalau cahaya lampu ke matanya, seraya menghembuskan nafas kesal. Ayahnya selalu saja meninggalkan dirinya dan Mamanya, ucapan yang di ucapkan oleh Mamanya barusan benar. Ia tidak memtuhkan uang, ia hanya menginginkan Papanya. Ia ingin bermain dan berlibur bersama keluarganya dengan lengkap bukan tanpa Papa.

    "Ya di otaknya hanya ada uang." Gumam Melvin lalu memainkan game di ponselnya.

...

    "Kayla, tolong bersihkan meja nomor 3, dan catat pesanan untuk meja nomor 16. Aku sedang sibuk di sini" Sebuah suara terdengar di telinga Kayla.

    "Ah Baik Kak." Kayla dengan cepat menuju meja 16 dan mencatat pesanan mereka, dan membersihkan meja nomor 3. "Meja 16 memesan secangkir kopi, dan teh hangat juga dua roti panggang tanpa coklat." Ucapnya pada seseorang di sana, dan membawa piring kotor menuju washtafel dan segera mencucinya.

    "Kayla ada yang mencarimu di meja nomor 10." Ucap orang yang tadi menyuruhnya.

    "Ah siapa? Tunggu sebentar aku akan menyelesaikan piring kotor ini terlebih dahulu Kak Grace." Ucap Kayla tetap mencuci beberapa piring kotor tersebut.

    "Biar aku yang lanjutkan, kau hampiri dulu sepertinya penting. Dan dia, lumayan tampan." Ucap anak yang di panggil Grace.

    "Baiklah." Kayla mengeringkan tangannya menggunakan Lap dan segera berjalan menuju meja 10, dan ia melihat Revaldo melambaikan tangannya bersama dengan kedua sahabatnya. "Ha...Hai."

    "Jadi bener Kayla, gue kira tadi gue salah liat. Jadi lo kerja paruh waktu disini?" Ucap Revaldo tersenyum.

    Kayla meremas tangannya. "Ah i...iya." Kayla melihat meja Revaldo yang masih kosong. "Ah iya, lo mau pesan apa?"

Cool BadBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang