You Are Mine 🔞

7K 284 63
                                    

"Haah! Haah!"

Langkah kaki yang cepat melewati ubin ubin lantai. Menghindari sosok misterius yang mengejarnya.

"Kemarilah sayangku, jangan takut!"

Pria buntal itu terus berlari. Lorong itu semakin ditelusuri, terasa semakin jauh. Keringat membasahi tubuhnya. Ia kelelahan.

"Aku tahu kau lelah sayang. Ayo beristirahat! Aku juga ingin istirahat sayang!"

Pria itu tak menyerah untuk mengejar pria buntal yang telah kelelahan itu. Seringaian kejam menghiasi wajah tampannya.

"Berhenti! Berhenti mengejarku!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"BERHENTI!"teriak Minseok keras.

Minseok berlari mengejar penjambret yang menarik paksa tas belanjaannya.

Kakinya melangkah lebar lebar. Mempersingkat waktu agar bisa menangkap penjambret itu segera.

Terbiasa berlari, Minseok berhasil menarik pundak penjambret itu dengan segera.

"Kena kau! Kembalikan tasku!"

Penjambret itu menatap Minseok tajam. Memang ia lebih tinggi dari Minseok, tapi Minseok tetap berani melawannya.

"Cepat! Atau kulaporkan polisi!"

Kesal, penjambret itu melempar tas belanjaan Minseok ke sembarang arah dan kabur.

"Hei tasku! Astaga!"Minseok mencari tasnya dan mengabaikan penjambret itu pergi.

"Untung saja tertangkap. Loh, di mana kartu pelajarku? Apa terjatuh di sekitar sini? Omo!"

Tanpa jijik, Minseok mengorek orek sampah demi mencari kartu pelajarnya.

"Aku bisa telat!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Minseok! Kau terlihat kacau! Diam di tengah lapangan!"

Minseok mendesah perlahan. Bajunya kotor karena sampah. Mukanya dekil dan badannya bau.

"Siram Minseok sampai bersih." ucap guru BK pada tukang kebun. Dan berakhirlah Minseok basah kuyup di tengah lapangan. Ditertawakan seisi sekolah.

"Sial."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa yang kau dapat hyung?" tanya Jongin ketika melihat Jongdae kembali dengan tangan kosong.

"Tidak menarik. Lihat." Jongdae melempar benda tipis berwarna biru.

"Apa ini? Hei cantik sekali."

Jongin menatapi benda tipis itu sembari menyunggingkan senyuman.

"Aku akan sekolah hyung."ujar Jongin seketika setelah menatap benda tipis itu.

"Kau bercanda? Bagaimana kalau identitas kita?"Jongin mengangguk dan tertawa.

"Ayo kita buat resiko hyung, ini akan menyenangkan!"Jongin tersenyum lebar.

Jongdae menatap Jongin penuh tanda tanya. Namun terpaksa. Jongdae tak bisa menolak keinginan dongsaengnya.

"Baiklah kita akan sekolah besok. Bersiap siaplah."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Minseok hyung, kenapa selalu terlambat?"tanya Sehun sambil memberikannya baju olahraga.

"Tadi ada yang menjambret tasku. Jadi hyung kejar. Menyebalkan sekali. Lalu kartu pelajarku hilang."

Sehun tersedak minumannya. Entah karena minumannya, entah karena pernyataan Minseok.

Sehun menatap botol minumannya. Lalu menatap Minseok dengan keruh.

"Rasa soda nanas. Pantas asam sekali."Sehun meletakkan botol minumannya. Dan memandang Minseok.

"Lalu hyung pikir mungkin kartu pelajarku terjatuh di antara tumpukan sampah. Ya kau tahu tahu selanjutnya, Hun."

Sehun tertawa lepas. Meja ia pukul pukul saking lepasnya ia tertawa. Minseok sudah terbiasa dengan kelaknatan Sehun.

"Pantas saja guru BK menyuruh tukang kebun menyirammu dengan air selang!"disekanya air mata karena tertawa. Minseok mendesah pelan.

"Laknatnya gak abis abis."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suara bus ketika berhenti menghamburkan lamunan Minseok.

Kakinya melangkah memasuki bus dan memilih kursi di area belakang.

Headset ia gantungkan di telinga. Memilih milih lagu dan menikmatinya sepanjang perjalanan.

Sebuah tangan menepuk pundak Minseok lembut. Minseok membalikkan badan. Melihat siapa yang menepuknya.

Mata Minseok terbelalak lebar. Keringat dingin mengucur. Jantungnya berdegub kencang.

"Jongdae?"

.
.
.
.
.
.
.

"Nghhh…"

"Mendesahlah untukku Minseok."

"Ahhhh… Jongdaaehh…"

Gerakan Jongdae memabukkan Minseok. Kejadian ini belum lama. Sesaat setelah Minseok turun, dan menuju rumahnya.

Ternyata Jongdae mengikuti Minseok sampai rumah. Minseok agak takut. Hingga kesulitan mencari kunci rumah di sakunya.

Tangan Jongdae memaksa masuk pada saku celana belakang Minseok yang menganggur. Minseok terkejut karena tangan Jongdae sedikit meremas pantatnya.

"Ini kuncimu sayang. Mengapa kau lupa?"Minseok mengambil kunci di tangan Jongdae gemetaran. Jongdae menyeringai melihat uke mungil di depannya.

Pintu terbuka. Dan Minseok berlari masuk ke kamar. Jongdae dengan cepat mengikuti dan menahan pintu kamarnya menggunakan sebelah kakinya.

"Kenapa kau kabur Baozi? Apa kau tidak merindukan 'permainan'ku?"Minseok terdiam. Memalingkan wajahnya yang merona.

"Berisik Dae. Aku tidak mau mengingatnya!"Minseok masih setia menahan pintu agar Jongdae tidak masuk ke kamarnya.

"Kenapa kau menghindariku?" Jongdae menajamkan tatapannya. Minseok membalas tatapan tajam itu kalut.

"Atau kau mau identitasmu ketika malam hari kubocorkan? Pilih yang mana?"Minseok kembali bergetar hebat. Ia tak bisa membiarkan Jongdae membocorkan rahasia besar itu.



Bahwa























Minseok





















Di malam hari





















Adalah seorang pelacur.




"Jangan! Jangan kumohon!"Minseok memohon pada Jongdae. Namun badannya tetap menahan pintu agar pria seram itu tidak 'menerkamnya'.

"Pilihlah, puaskan aku secara gratis, atau identitasmu tersebar secara gratis juga?"

Dilema. Andai saat itu Minseok tidak menggoda Jongdae. Pasti hidupnya tidak akan diteror seperti ini. Pasti Minseok bisa hidup tenang.

"Memuaskanmu…"Jawab Minseok dengan suara yang kecil. Membuat Jongdae mengernyit heran.

"Apa katamu? Aku tak mendengarnya Baozi."

"Fuck me daddy!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

                 •●✪✫TBC✫✪●•

WATCH OUT!●CHENMIN🔞✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang