IV

133 13 1
                                    

Hari sabtu.

Sekolah libur hari ini. Aku jadi bingung mau ngapain. Sejak kenal David, bawaannya pengen sekolah terus. Pengen lihat senyumannya sama gingsulnya.

Bahkan semalam aku mimipiin dia lagi.

Drrtt drtt
Aitakata aitakata aitakata! Yes! Jeng jeng jeng!
Aitakata aitakata aitakata! Yes! Denganmu..

Handphoneku bergetar panjang tanda ada yang menelpon. Entah siapa, ku biarkan saja sampai mati sendiri sambil dengerin lagu 'Aitakata'.

Drrtt drrtt

Untuk kedua kalinya ada yang menelpon. Mau tak mau aku angkat, siapa tahu penting.

Nomor tak dikenal menelponku. Siapakah gerangan? Jangan-jangan penagih hutang? Tapi aku kan nggak ngutang?

"Assalamualaikum. Kalih sinten wonten pundi?" tanyaku pada si penelpon.

"Ngomong apa sih lo nggak jelas banget!"

Aku berdecak. "Lo orang mana nggak tahu bahasa Jawa?"

"Gue orang Medan!"

Medan? Sebentar..

"Buset Medan. Jauh banget tong. Kok tau gue? Fans gue lo ya?"

"Pede banget sih. Lagian gue tau lo! Masa lo nggak tau gue?!"

Lah, kok ngegas? Sabar Nessa.

"Ini siapa?" tanyaku yang benar-benar pemasaran. Eh, penasaran.

"Gue David Maulana yang kemarin kenalan sama lo," jawab seseorang itu.

David? David Maulana? Nggak salah, kan?

Ada apa gerangan dia menelponku? Dari mana pula dia punya nomerku. Jangan-jangan..

"Oh, lo. Mau ngapain?" jawabku cuek. Padahal pengen banget ngomong ini itu panjang banget sepanjang jalan kenangan.

"Gue disuruh Nando buat jemput lo ke lapangan. Mending sekarang lo keluar! Gue udah di depan rumah lo."

Hah? Nando ngajakin ke lapangan? Ngapain nih? Terus kenapa nggak nelpon sendiri aja si Nando?

"Kok lo yang nelpon? Kenapa bukan Nando aja?"

"Nando nggak punya kuota katanya. Cepetan! Gue lumutan nih. Kuota gue juga abis entar."

Nando nggak punya kuota? Tumben banget dia. Biasanya juga buang-buang kuota.

"Iya gue ganti baju dulu sebentar."

David tak menjawab lagi. Dia langsung mematikan sambungan teleponnya. Takut kuotanya habis kali.

Aku langsung ganti baju. Mandinya entaran aja kalau udah pulang. Aku memakai jersey warna biru dan celana joger hitam. Juga sepatu abu-abu. Tak lupa menguncir rambutku tinggi. Rambut pendek punyaku kalau digerai jelek.

Setelah selesai aku langsung turun menemui David. Kasihan kalau calon imam nunggu kelamaan.

Kebetulan rumah kosong. Ressa masih sekolah--sd sabtu nggak libur--dan papa lagi kerja. Sedangkan mama lagi dirumah tante Maya. Ya sudah, pamitan saja sama rumah.

"Sorry lama," ucapku sambil mengunci gerbang depan, lalu menoleh ke arah David.

Seketika aku terpesona melihat David begitu keren. Pakai jersey warna belang biru dan merah.

Biasanya aku tuh kesel banget kalau lihat orang pakai jersey itu, tapi pas lihat David yang pakai nggak ada kesel-keselnya sama sekali.

"Nih!" David memberikanku helm.

Indahnya Senyum Manismu [Story Timnas : David Maulana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang