V

228 15 1
                                    

Aku membuka jendela kamar, lalu menghirup dalam-dalam udara pagi ini. Masih sejuk sekali. Tak ada polusi sedikitpun. Jalanan juga belum ramai. Jadi enak juga dipandang, nggak bikin sakit mata.

Hari minggu kali ini aku berniat jogging bersama tetanggaku sekaligus sahabat terkampretku. Vieny namanya, dia beda sekolah denganku. Makanya kita jarang ketemu.

Paling seminggu satu kali atau dua kali. Tergantung dua pulang atau tidak. Karena dia ngekost.

Aku sudah siap dengan jersey kebanggaanku. Lalu bergegas ke rumah Vieny yang ada di sebelah rumahku.

"Sister Nessa. Where you go?" tanya Ressa begitu keluar dari kamar. Tumben dia bangun pagi pas hari libur?

"Jogging," jawabku lalu turun.

Aku langsung pamitan dengan mama dan bergegas menghampiri Vieny.

"Assalamualaikum. Ono wonge ta?"

Aku mengetuk pintu rumah Vieny. Tak lama kemudian tante Yuna--mamanya Vieny--membuka pintu dan mempersilahkanku untuk masuk.

"Vieny masih dikamar. Coba kamu bangunin!" ucap tante Yuna.

Aku langsung menuju kamar Vieny. Dan benar sekali, Vieny sedang tidur nyenyak di kasurnya. Enak banget nih anak.

"Vin, bangun! Katanya mau jogging?" Aku mencoba membangunkan Vieny dengan menggoyangkan lengannya.

"Sejam lagi," sahut Vieny tanpa berminat untuk bangun.

"Set, dah. Keburu mataharinya terbit kampret!" ketusku sambil menarik telingan Vieny. Rasakan! Makanya kalu dibangunin jangan susah!

"Sakit, Ness. Iya gue bangun," ucap Vieny lalu bangkit dari tidurnya. Dia mengucek-ucek kedua matanya. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

"Cepetan siap-siap. Kelamaan gue tinggal!" ancamku yang berhasil membuat Vieny menurut.

Vieny bergegas untuk bersiap-siap.

Sekitar lima belas menit Vieny akhirnya selesai. Langsung saja jogging di mulai. Tapi pertama melakukan pemanasan dulu agar tak cidera.

Kan sakit tuh kalau cidera. Apalagi yang cidera hatinya.

"Kita kemana" tanyaku setelah selesai pemanasan.

"Keliling kampung aja," usul Vieny.

Aku mengangguk, lalu mulai berlari kecil ke arah kanan.

***

Satu kampung sudah aku kelilingi bersama Vieny, kini tinggal istirahat sejenak lalu kembali berlari.

"Makasih, bang!" Vieny membeli dua air minum. Yang satu diberikan padaku, perhatian juga dia.

Setelah minum, dilanjutkan berlari ke arah kiri. Ke kampung sebelah.

Ternyata banyak juga yang jogging. Sudah beberapa kali aku dan Vieny berpapasan dengan teman sekolah Vieny. Memang kebanyakan di kampungku dan di kampung sebelah bersekolah di SMA Taruna--sekolah Vieny. Aku juga dulu disuruh bersekolah di sana, tapi aku menolak.

"Ke sana, yuk!" ajak Vieny menunjuk ke arah kiri. Aku menurut saja.

Sepanjang jalan aku dan Vieny saling bercerita. Vieny menceritakan pengalaman di sekolahnya, dan aku menceritakan pengalaman di sekolahku.

"Ness, sepupu lo si Zico masih pacarnya Syakilla nggak?" tanya Vieny.

Selain Hilmi, ada juga fans fanatik Zico yang lain. Ya si Vieny. Dia banyak bertanya tentang Zico, bahkan bilang mau pindah sekolah agar bisa bertemu Zico. Ada-ada saja dia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indahnya Senyum Manismu [Story Timnas : David Maulana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang