Rancell tengah menautkan tas ranselnya di punggung, saat Aimee tiba-tiba mendatanginya. "Ayo cepat!" serunya pelan.
"Ada apa? Mau kemana?" tanya Rancell kebingungan. Tanpa panjang lebar menjawab pertanyaan Rancell, gadis itu segera menarik lengan Rancell keluar dari kelas, menuju lobby kampus. Karena hari ini hanya pengenalan awal saja, maka sudah tak ada jadwal lagi di kampus. Oleh karena itu, ia mengajak Rancell ke suatu tempat.
"Sebelum kau menarikku lebih jauh, Jeon Aimee, lebih baik kau menjelaskan alasanmu terlebih dahulu, aku benar-benar tak tahu kita mau kemana sekarang," keluh Rancell. "Aku baru saja sampai di Jepang dua hari yang lalu dan aku belum merapikan apartemenku," jelasnya lagi.
Namun gadis tersebut tak bergeming. Ia tetap menarik pemuda bersurai coklat terang itu ke arah pintu gerbang saat tiba-tiba seorang pemuda menghampiri mereka. "Kalian Aimee dan Rancell kan?"
Aimee dan Rancell pun langsung terhenti, kemudian saling menatap satu sama lain. Mereka merasa belum berkenalan sama sekali dengan mahasiswa lain didalam kelas tadi, dan tiba-tiba ada seseorang yang mengetahui nama mereka, dan menyapa mereka dengan bahasa Inggris, cukup aneh.
"Ya? Kau siapa?" tanya Rancell.
Pemuda tersebut mendongak. "Maaf jika aku lantang, kenalkan, namaku Dervys. Aku menyapa kalian karena terlihat sepertinya kalian bukan orang Jepang asli, dan aku takut tidak ada yang mau berkenalan denganku karena aku juga bukan orang Jepang asli, dan aku belum benar-benar menguasai bahasa Jepang," ungkapnya. "Oleh karena itu, aku ingin berkenalan dengan kalian. Aku juga sekelas dengan kalian," jelasnya lagi, dan masih menggunakan bahasa Inggris, yang begitu lancar. Aimee tersenyum.
"Tak apa, kau tak perlu minta maaf. Seharusnya kami bersyukur karena ada yang langsung ingin berkenalan dengan kami. Oh ya, aku Aimee, dari Korea, dan ini Rancell, sebenarnya dia blasteran Skotlandia-Korea, tapi dia juga berasal dari kota yang sama denganku. Kau berasal darimana?" jelas Aimee panjang lebar dengan senang-tentu saja dengan bahasa Inggris yang sebelumnya sudah ia pelajari—menyambut Dervys. Tak menyangka akan ada orang yang mengajak mereka berteman tanpa repot mencari teman baru lagi. Rancell menganggukkan kepalanya.
Dervys pun ikut senang. "Aku berasal dari Korea juga! Ternyata kita bertiga sama," ungkapnya dengan bahasa Korea. Aimee dan Rancell pun ikut senang. Dengan sigap, Aimee menarik lengan Dervys juga, "Kalau begitu, ayo ikut denganku dan Rancell. Kita akan berburu makanan malam ini," serunya senang.
***
"Jadi kau berasal dari Gwangju? Dengan nama ke-Barat-an seperti itu?" tanya Rancell heran. Dervys terkekeh mengangguk. "Ayahku sedikit nyentrik, dan yah, begitulah," jelasnya. Rancell langsung mengangguk paham sambil ikut terkekeh.
Kini mereka bertiga tengah berada di salah satu restoran samgyeopsal yang terletak tidak jauh dari kampus. Aimee tengah memasukkan daging keatas seladanya, dengan sayuran lain, lalu ia bungkus dan langsung dilahap cepat. Rancell yang melihatnya, langsung menggeleng.
"Hei, nona manis. Pelan-pelan saja makannya, jangan terburu-buru. Tidak ada yang akan mengambil makananmu," ujar Rancell.
"Ya, setelah porsi keempat," lanjut Dervys. Ia dan Rancell pun langsung terkekeh. Sepertinya Dervys akan menjadi rekan seperjuangan Rancell, untuk mengejek Aimee.
Aimee langsung melirik tajam ke arah kedua pemuda tersebut. "Diamlah kalian, atau aku akan jejalkan wasabi ke mulut kalian," ancamnya. Namun jelas saja, ancaman tersebut tak akan membuat Rancell dan Dervys kapok untuk mengerjainya.
"Rancell, sepertinya kau sudah lama mengenal Aimee ya? Karena kalian terlihat dekat sekali," tanya Dervys memastikan. Rancell terkekeh, "Terlihat seperti itu, ya?"
"Ya, bahkan aku kira kalian saudara kandung, tadinya. Tapi melihat kalian berdebat sebelum keluar kelas tadi, aku langsung yakin kalau kalian bukan saudara kandung. Ditambah wajahmu sungguh berbeda dengannya, karena itu aku menyapa kalian dengan bahasa Inggris, karena kalian tidak terlihat seperti orang Asia," ujar Dervys menjelaskan. Rancell pun mengangguk.
"Ya! Jung Dwarfs! Bawakan aku soju yang ada disampingmu, aku ingin lagi," seru Aimee dengan suara seperti diseret, ditambah dirinya sekarang memanggil Dervys dengan semaunya. Dervys dan Rancell langsung melihat botol yang tengah dipegang gadis bermanik coklat hazel itu. "Ya Tuhan, aku tak sadar kalau ia sudah meminum soju, dan sekarang sudah bisa dipastikan ia mabuk," keluh Rancell sambil memegang kepalanya.
Dervys pun tak kalah kaget dengannya. Ia tak menyadari bahwa gadis itu sudah memesan soju saat mereka asik mengobrol tadi. Mungkin karena merasa terasingi?
"Kalian hanya mengobrol berdua tak tidak ada yang menanyakan tentangku. Apakah kalian berdua saling menyukai?" ketus Aimee dengan mata sayu menunjuk mereka berdua. Gotcha! Dugaan Dervys benar. Rancell semakin menutup wajahnya.
"Hei, wahai nona penyihir manis, atas dasar apa kau beranggapan bahwa aku dan Dervys saling menyukai? Kau tak perlu untuk ditanyai karena kau sendiri sering langsung masuk obrolan tanpa ditanyai. Sudah cukup meracaumu. Akan aku antarkan kau pulang. Jangan sampai tertidur! Aku tak tau dimana apartemenmu," kesal Rancell sambil membereskan barang-barang miliknya dan Aimee. Tak lupa ia membayar makanan lalu keluar bersama dengan gadis itu dan Dervys.
"Dervys, kata-kata Aimee tidak usah kau masukan hati. Dia selalu meracau tidak jelas jika mabuk seperti ini, karena aslinya ia tidak bisa minum," ungkap Rancell. Dervys mengibaskan tangannya. "Aku juga sama sepertinya. Aku tidak bisa minum, karena jika sudah mabuk, pasti meracau tidak jelas juga. Perlu bantuan?" tawar Dervys. Rancell mengangguk. Dervys pun membantu membawakan barang-barang milik mereka berdua.
Sebenarnya tanpa bantuan Dervys, Rancell juga bisa mengantar gadis ini, tetapi barang bawaan miliknya dan Aimee tak bisa ia bawa karena badan gadis ini sendiri sudah lumayan berat. Apalagi Aimee juga membawa banyak barang didalam tasnya, tumben sekali.
Mereka bertiga pun menelusuri jalan atas perintah Aimee—yang masih setengah mabuk- menunjukkan jalan kearah apartemennya. Setelah sampai, dan memastikan Aimee sudah masuk apartemennya, Rancell dan Dervys pun balik.
"Aimee benar-benar terlihat seperti gadis yang ekspresif ya. Selalu bisa mengungkapkan apa yang mau ia ungkapkan, haha," ungkap Dervys. Rancell mengangguk. "Tetapi jika hanya bersama teman-teman terdekatnya," lanjut Rancell.
Dervys menoleh, "Selain kalian berdua, ada lagi?" tanyanya. Untuk kesekian kalinya hari ini, Rancell mengangguk lagi. "Seharusnya kami bertiga. Tetapi orang itu sudah lama pergi."
Alis Dervys terangkat, "Pergi? Maksudmu.." tanya Dervys sambil menunjuk kearah langit.
Rancell langsung mengibaskan tangannya, terkekeh, "Bukan, ia pergi karena lebih memilih mengikuti sang pacar, ke Australia. Tanpa pamit sedikitpun. Oleh karena itu, Aimee sempat kecewa dengannya, lalu memutuskan hubungan. Tapi ia masih berhubungan denganku, sesekali. Namun, Aimee tidak mengetahuinya, takut ia akan semakin kecewa," ungkap Rancell lagi. Dervys pun langsung ber-ohh ria.
"Sebegitu kecewanya?" tanya Dervys heran.
"Ia dikekang oleh keluarganya, jadi ia tak banyak punya teman. Sekolah pun tak bisa berinteraksi banyak dengan yang lainnya. Oleh karena itu, ia menganggap aku dan orang itu sangat berharga, karena hanya itu yang ia punya," ujar Rancell mengingat masa lalu Aimee.
"Lalu bagaimana bisa ia berkuliah disini, jika sebegitu dikekangnya?" tanya Dervys lagi untuk kesekian kalinya. Rancell terkekeh.
"Jujur saja, aku baru bertemu dengannya tadi pagi, didepan kampus. Aku pun kaget. Ia bilang, ia menggunakan berbagai cara untuk membujuk orangtua nya agar bisa tinggal disini. Sebenarnya, itu termasuk keajaiban," lanjutnya. "Dan karena itu, ia bisa langsung akrab denganmu. Karena ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan, ketika orang lain menawarkan dirinya sebagai temannya. Karena dulu, ia tak bisa sembarang menerima seseorang menjadi teman." Dervys terdiam. Merasa sedikit kasian, tetapi juga kagum karena gadis itu benar-benar tidak menampakkan sisi gelap kehidupannya dulu di saat ini.
"Lalu, nama temanmu itu siapa?" tanya Dervys lagi.
Rancell terdiam sebentar, lalu melihat ke arah Dervys, kemudian beralih ke depan.
"Namanya Kim Jevan. Tapi lebih sering dipanggil Jevv."

KAMU SEDANG MEMBACA
as your remedy [KSJ]
Fanfictionwhen the stranger that you didn't know before, was being your one and only remedy until you know who is he.. Kim Seokjin FF