"Please give me a remedy
meomchwobeorin simjangeul ttwige hal remedy
ije eotteohge haeya hae
nal sallyeojwo dasi gihoereul jwo
Please give me a.."Dengan penuh penghayatan, gadis bersurai hitam sepunggung dengan ombre putih diujungnya itu, bersenandung pelan sambil berjalan di atas trotoar, dengan atribut pakaian yang tertutup jaket dan tas sekolah berwarna ungu pastel, tak lupa juga headset yang tersangkut di telinga putihnya yang mungil.
Ia pun mengadahkan kepala ke arah kampus yang sudah berjarak sekitar 100 meter lagi, lalu balik berfokus ke arah kepingan logam berwarna gold yang menjadi barang wajib yang ada di tangannya, sambil memilah lagu-lagu yang akan ia putar selanjutnya-yang penuh dengan lagu BTS, idol kesukaannya-dan kembali bersenandung ria. Moodnya pagi ini cukup bagus, dikarenakan tadi malam ia mendapat kabar bahwa idol favoritnya tersebut memasukkan kota tempat ia tinggal di list tour mereka 7 bulan lagi. Tentu saja, ia akan menonton konser tersebut, ditemani dengan beberapa teman seperjuangannya-yang kebanyakan sudah bertemu di event exhibition buatan fans sebelumnya-nanti. Ia pun membayangkan bagaimana serunya menonton konser tersebut, lalu-
Bugh!
"Aw!" keluh gadis tersebut sambil memegang hidungnya. Ia telah menabrak seseorang.
Orang tersebut pun menoleh, menundukkan kepala melihat siapa yang menabraknya dari belakang, lalu terkaget, "Aimee?"Gadis tersebut pun langsung mendongak dan langsung saja, sebuah senyum bahagia terukir di wajah cantiknya. "Rancell!"
"Astaga! Lihat, siapa yang sedang aku temui sekarang, setelah 3 tahun lamanya. Bagaimana kabarmu?" tanya pemuda jangkung yang bernama Rancell tersebut. Manik berwarna biru tersebut bersinar senang. Sudah 3 tahun ia tidak bertemu dengan gadis tersebut karena ia harus pindah ke kampung halamannya, Skotlandia-yang sebelumnya menjadi tetangga kecil Aimee-sejak SMP.
"Hehe, kabar baik. Kau bagaimana? Kau kuliah disini juga?! Ya Tuhan, kenapa kau semakin tinggi sih! Argh!" tanya Aimee sambil mengeluhkan tinggi badan teman kecilnya tersebut. 3 tahun benar-benar waktu yang singkat.
Rancell tertawa. Gadis ini masih seperti dulu, cerewet dan masih sering mengeluh tentangnya-padahal baru saja bertemu-terutama kelebihannya itu. Padahal Aimee pun tak kalah tinggi, untuk ukuran seorang gadis dengan tinggi 165 cm. Masih suka mengoceh dan masih menjadi gadis periang, yang benar-benar terlihat dari ekspresinya. Ia tak menyangka jika keputusannya untuk berkuliah di Jepang, membuatnya kembali bertemu gadis ini. Padahal beda daerah dari tempat ia tinggal sebelumnya—bersama gadis tersebut—, di Korea.
"Jangan salahkan aku. Kau tahu aku mewarisi gen Skotlandia milik Ayahku. Kau juga sudah cukup tinggi, jadi jangan banyak mengeluh, dan ya, aku kuliah disini," kekehnya sambil mengukur tinggi Aimee dengan badannya. Aimee pun langsung menendang kaki pemuda tersebut. "Kenapa kau bisa ada di Jepang? Bukankah kau sudah bersekolah di Skotlandia? Mengapa tidak lanjutkan saja disana?" tanya Aimee beruntun.
"Ow ow! Ini dia serangan pagi harinya. Tenang, gadis cerewet. Aku tahu kau tidak suka dengan keberadaanku disini, tapi jujur saja aku lebih nyaman tinggal disini, dibandingkan disana. Kau tahu aku malas beradaptasi dengan orang baru," jelasnya. Aimee hanya memutar bola matanya, "Disini juga kau harus beradaptasi, wahai tiang listrik! Dan seharusnya aku tidak menanyakan alasanmu itu karena aku sudah mengetahuinya sejak lama, huft," sahut gadis itu. Rancell pun tertawa kecil, lalu mengajak gadis tersebut berjalan bersama.
"Setidaknya karena sudah mengetahui ada kau disini, aku tak perlu beradaptasi lagi, wahai putri penyihir. Bukankah seharusnya kau di Korea? Kenapa memilih kuliah disini? Kau kan tidak bisa berpisah dengan orangtua mu," tanya Rancell. Gadis tersebut melirik tajam kearah pemuda tersebut, lalu menghela nafasnya.
"Kau tahu kalau aku tak tahan dengan semua kekangan orangtua dan keluarga ku. Dan ralat-aku bukan tidak bisa berpisah—kekangan orangtua ku yang membuatku terlihat seperti aku tidak bisa berpisah dengan mereka. Aku hanya ingin bebas, tanpa kekangan apapun. Itu makanya aku memilih kuliah disini, yah, walaupun kau juga pasti tahu seberapa besar usahaku membujuk mereka agar membiarkan aku tinggal sendiri disini," ungkapnya sambil terkekeh membayangkan usahanya kemarin saat membujuk orangtua nya. Rancell ikut terkekeh, "Ya, aku sangat tahu itu."
Aimee tersenyum, lalu melihat jam tangannya. Sudah saatnya ia mencari ruang kelasnya, ia pun hendak pamit diri ketika Rancell bertanya, "Kau di jurusan apa?"
"Broadcasting," jawabnya singkat sambil memperhatikan handphone berwarna gold nya tersebut, mencari penjelasan tentang kelas di website kampus. Alis Rancell terangkat. "Kalau begitu, kita sama," ungkapnya.
"Oh begitu, yasudah- Hah?!" kaget Aimee. "Sama?! Kalau begitu, kau juga di Broadcasting? Ah, pasti karena ketertarikanmu dengan kamera itu. Argh, kenapa ketertarikan kita harus sama dan kenapa kita harus bertemu di negara yang sama di bumi yang seluas ini!" keluhnya setengah histeris.
Rancell terbahak. Sudah berapa kali gadis ini lupa tentang dirinya, sedangkan ia sendiri masih ingat tentang gadis tersebut, sangat. "Kalau begitu, ayo kita ke kelas bersama," ajaknya sambil tertawa jahil. "Jangan menolak, mungkin ini takdir kalau kita tidak boleh terpisah lagi, haha," bahaknya lagi.
Aimee mengumpat pelan, lalu memukul bahu pemuda itu. "Aku akan mengutukmu jika kau macam-macam denganku nanti," ujarnya tajam, lalu berjalan lebih dahulu memasuki gedung kampus. Rancell kembali tertawa. Memang gadis yang aneh, batinnya. Ia pun langsung menyusul gadis itu.
Dan tanpa mereka sadari, terlihat seorang pemuda lain di balik dinding lorong, yang melihat keakraban mereka tadi, dengan ekspresi tak terbaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
as your remedy [KSJ]
Fiksi Penggemarwhen the stranger that you didn't know before, was being your one and only remedy until you know who is he.. Kim Seokjin FF