Namaku Kwon Lalisa, umur 17 tahun, anak kedua dari pemilik Kwon Company. Kurang lebih seperti itu yang dikatakan eomma padaku malam kemarin sebelum tidur. Dia juga mengaku aku bukan anak kandungnya, katanya mereka menemukanku terdampar di tepi pantai pulau mereka berlibur. Aku jelas lupa ingatan, tak ada satupun tentang diriku yang kuingat, bahkan nama sekalipun.
Eomma bilang sudah lama ingin punya anak perempuan, jadi dia memohon agar aku tetap dikeluarga ini dan menjadi anak gadis mereka. Tak masalah, karna hendak kemanapun aku tak punya tujuan. Mereka baik, eomma bahkan tak henti memelukku semenjak pulang dari rumah sakit kemarin, appa juga sama, dia selalu memastikan dengungan ditelingaku tak kambuh lagi, kecuali oppaku, sejak kemarin dia tak banyak bicara. Entah dia tak suka kehadiranku atau memamg irit bicara, yang jelas eomma bilang dia tidak masalah aku datang ditengah-tengah keluarga mereka. Dan aku juga begitu."Selamat pagi sayang...."
"Pagi eommaa.... Appa.." aku berjalan kearah dapur sambil mencium pipi mereka berdua. Mataku menelisik mencari
"Sedang mencari oppamu?? "
"Apa oppa tidak sarapan dengan kita lagi??? "
"kau tahu oppamu adalah orang yang sibuk, perfeksionis, dan gila kerja. Jadi dia tidak akan pulang kerumah jika proyeknya belum beres" jawab appa sambil mengaduk kopinya kemudian meneguknya.
"Dari semalam oppa belum pulang??? "
"iya, biarkan saja, jangan dipikirkan, dia memang selalu begitu dari dulu. Ayo cepat sarapan, sebentar lagi kita keluar membeli seragam sekolah barumu""aku sekolah??"
"iyaaa sayang...,Lisa tidak mau?? "
"mau eomma....tapi, apa tidak aneh aku masuk kesekolah ditengah semester??"
"tidak ada yang aneh bagi kita, Lisa tidak ingin seharian dalam tiap tahun cuma dirumah kan?? ?" aku menggeleng
"kalau begitu.. Ayo makan, kita belanja habis-habisan hari inii"
*****
Dari rentetan semua kejadian hari ini membuat aku sadar bahwa keluargaku baruku bukanlah orang biasa. Seragam bagus dari desainer terbaik, tas sekolah limited edition, make up terbaik,dan sepatu mahal. Seperti jadi putri bahagia layaknya film ending bahagia, hidupku bisa dikatakan sempurna."Ayo makan,makananmu nak" ucap eomma sambil menyerahkan steak daging sapi yang telah ia potong kecil kearahku.
"Ne.. Eomma"
Kami makan siang disebuah restoran yang kurasa cukup ternama, terlihat dari penghuni restoran ini adalah orang bersetelan mahal. Desain ruangan yang klasik dan alunan musik jazz memanjakan pengunjung. Aku fokus menikmati makananku yang baru kumasukkan kedalam mulutku sudah datang lagi makanan jenis lain dihadapanku, eomma tersenyum seperti berkata "makanlah semuanya".Kring~~
Kring~~"Halo, oh iyaa... Astaga aku hampir lupa, kalau begitu siapkan semua keperluanku, aku akan kebandara sekarang. Iya, berkas semua siapkan akan mudah. Baik, aku akan kesana"
Eomma menutup panggilannya dan menatapku sendu."Lisaya...mian..,eomma harus berangkat kerja, eomma lupa ada rapat di Singapura nanti"
Aku tersenyum hangat berusaha membuat eomma tidak perlu merasa bersalah padaku."tidak apa eomma, bisa belanja keperluan sekolahku dengan eomma saja sudah membuatku bahagia"
"ah iyaa, hampir lupaa...besok bersiaplah pagi untuk berangkat sekolah, oppamu akan mengantarmu. Rukunlah dengan oppamu, eomma akan beberapa di Singapura, appamu sejak siang tadi juga sudah berangkat ke Hongkong, mungkin kembali seminggu lagi" aku hanya mengangguk patuh sambil terus menghabiskan makananku
"Jangan segan meminta apapun pada oppamu, uang, barang, apapun itu minta saja"
"Siap!! Eomma sayanggg"
"Dan.. Besok pagi bangunkan oppamu, dia tidak akan bisa bangun pagi kalau dirumah"
"ne.. "
Eomma memasukkan HPnya dari meja kedalam tas dan berdiri."eomma... Aku belum selesai makan"
"ah iyaa lupa, eomma sudah suruh oppamu kesini, dia akan menemanimu membeli pakaian, mungkin sepuluh me-"
"Ahh itu oppamu datang" aku menatap kearah telunjuk eomma, laki-laki berumur 30 tahun itu berjalan santai kearh kami, dia dengan setelah kerjanya benar-benar perpaduan luar biasa, eh heiii Lisa.. Sadar dia oppamu O-P-P-A mu.
"Eomma pergi dulu ya.... Jiyong, jaga adikmu baik-baik" aku berdiri dan memeluk erat ibu sesaat sebelum wanita paruh baya itu pergi.
"Jadi namamu Lalisa? " aku tersentak mendengar suara berat dihadapanku itu memulai pembicaraan. Untuk pertama kalinya oppaku berbicara padaku
"y-ya oppa"
"hmm, jadi begini, aku tidak pernah ingin punya adik perempuan. Aku juga tidak ingin menganggapmu adik"
Ucapannya seakan menjawab pertanyaanku sejak beberapa hari ini,tidak kaget namun tetap terasa sakit."Tapi aku tidak keberatan kau datang ditengah keluarga kami, aku tahu kau anak yang baik, setidaknya ibu dan ayah bahagia dengan keberadaanmu"
"maaf op-"
"Tak perlu minta maaf, aku hanya menegaskan saja. Jangan mengecewakan eomma dan appaku. Jadilah anak baik, jangan karna kau diterima keluarga kaya kau lupa diri."
"Jadilah anak manis untuk Eomma dan Appa"ucapnya kemudian menekan pipiku.
"ma-maaf"
Suaraku terbata gugup takut melihat tatapan matanya."Sudah kubilang jangan minta maaf"
Dia menjauhkan tangannya dan berjalan keluar restoran."cepatlah, kau mau pulang jalan kaki? "
Sontak aku berdiri meraih tas dan belanjaanku menghampiri laki-laki manis yang ternyata punya sikap iblis.-bersambung-
Jiyong maunya apa sihh, dikasih adik manis bin cute kok ndak mauuVote dan komen juuseyooo
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditionally
Fanfiction⚠18+ Aku bangun disebuah kamar Rumah Sakit. Disambut tatap senang, haru dan bingung orang-orang yang sangat asing dipandanganku. Satu-satunya wanita dihadapanku itu memelukku erat sambil berucap syukur atas sadarku,kemudian bertanya "Siapa namamu...